Dean pov,
Pagi ku yang indah mataharipun bersinar sangat cerah, aku pergi kesekolah dengan riang. Semalam aku begadang karena ibu memaksa, tim nya pun tidak seru dan berakhir 0:0 merasa rugi karena harus menontonnya. Mungkin perasaan ini juga dirasa Adam karena tadi pagi diapun sampai bangun terlambat.
"Masih ingin bertengkar?" tanyaku pada Adam aku hendak masuk kedalam mobilku.
"Aku lelah," keluhnya dan diapun memilih mengabaikanku dan masuk kedalam mobilnya. Tetapi aku tidak diam saja dan kini kembali mengusiknya.
"Diputus pacarmu kah?" aku ingin terus membuatnya kesal.
"Iya, puas kamu!" lantas Adam meminta sopirnya untuk segera melajukan mobil dan mengabaikanku.
"Yakkk," teriakku kesal tapi percumah Adam sudah pergi jauh.
........
Kini aku kembali ke sekolah masih dengan perasaan riang, detik-detik ujian sudah didepan mata dan aku pun tidak bisa mengabaikannya. Mulai hari ini disekolah akan terus melakukan ujian pelatihan agar saat ujian mendatang bisa lebih baik untuk mengerjakannya. Dan pihak sekolahpun sudah mulai melakukan penilaian untuk mengisi nilai raport. Waktu panjang yang kubayangkan nyatanya meleset jauh sekarang serasa aku tidak bisa bermalas-malasan lagi.
Untuk kelas kami dijam pelajaran akhir akan diadakan ujian praktek penjaskes jadi kami sekarang sudah berkumpul di kolam renang yang kebetulan sekolah punya. Walau begitu tetap saja aku murid yang nol dalam prakteknya disemua bidang olahraga. Dulu ayah juga meminta ijin resmi jadi guru pun tidak bisa memaksaku.
Pelajaran yang paling menyebalkan saat penjaskes adalah pengambilan nilai untuk berenang. Jelas aku tidak bisa berbuat apa-apa disana. Aku tidak pernah mencobanya dan memang aku tidak bisa sama sekali untuk berenang. Melihat air pun aku terlalu malas untuk membuat diriku basah.
Pritt
Guru penjaskes memanggilku,
"Iya pak," aku mendekat dan mungkin untuk nilaiku. Hampir semua olahraga berat yang harusnya diambil nilai aku hindari karena guru pun tidak mau mengambil resiko. Jadi untuk pilihan terakhir sebelum ujian kelulusan guru mengharuskanku untuk berendam saja di kolam selama satu jam agar aku punya nilai rata-rata. Dan teman-teman tidak merasa aku mendapatkan nilai tanpa berbuat apa-apa.
"Dean berendam saja dipinggir dan jangan lupa pegangan. Bapak akan nilai teman-teman yang lain," guru memutuskan apa yang harus kulakukan jadi aku mengiyakan saja yang disuruh guru. Aku mulai dengan turun dipinggiran dan berdiri disana. Kolam satu meter itu tidak membuatku kesulitan jadi aku memilih melipat tanganku dan meletakkan kepalaku disana. Spontan sedikit demi sedikit kakiku memang terangkat tetapi itu bukan berarti aku bisa berenang. Aku masih menahannya agar menapak dilantai kolam. Aku ketakutan karena bisa saja aku terpeleset dan tenggelam. Tapi nyatanya waktu satu jam itu tidak terlalu mengerikan karena guru sudah meniup kembali peluitnya.
Prittt
"Pergilah bersih-bersih jam pelajaran selesai," guru memberi pengumuman dan kini teman-temanku berhamburan untuk pergi kekamar mandi.
"Dean, perlu bapak bantu?" tanya guru karena aku juga harus lekas meninggalkan kolam.
"Aku bisa sendiri pak," aku memberitahu kalau aku bisa pergi naik sendiri. Guru pun tersenyum kearahku dan meninggalkan area kolam renang sekolah. Aku melihat sekeliling sangat sepi jadi kuputuskan untuk naik. Tapi saat berusaha untuk mengambil pegangan agar aku bisa naik Mei sengaja mendorongku.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku mulai panik karena peganganku lepas dan rasanya kakiku tidak menapak dilantai dasar.
Sst
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
HumorPeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...