Adam pov.
Aku harus menepati janjiku untuk bekerja ditempatnya Nathan. Karena hanya itu yang membuat Nathan setuju akan permintaanku untuk menjaga Dean saat disekolah lamanya. Aku sudah belajar kilat kemarin jadi aku tidak akan membuat malu disana dan akan bekerja segiat mungkin agar rumah Nathan bersih seperti yang dia inginkan. Bahkan tugas dari sekolahnya sudah aku selesaikan sampai aku harus mengabaikan saat Dean pulang terlambat semalam.
Dan kini saat aku hendak turun untuk pergi sarapan maid menahanku dipintu depan kamar.
"Den Adam,"panggilnya sembari membawa sesuatu didalam kantong kresek dan berniat untuk diberikan padaku.
"Apa ini?"tanyaku karna bingung, aku tak sedang menunggu paket bahkan minta sesuatu pada maid.
"Saputangan den Adam, mbk menemukan binatu yang bisa membersihkan noda darah. Coba lihat den disana sangatlah bersih."maid sangat antusias memberitahu kalau saputangan yang pernah aku tangisi karena rusak kini kembali seperti sedia kala jadi aku tidak akan membawanya kemana-mana lagi. Aku bisa memakai sapu tangan yang lainnya.
"Bukannya kemarin aku memintanya untuk dibuang saja,"aku sedikit mengeluh itupun aku tunjukkan karena tidak perlu merasa sungkan kalau memang itu tidak bisa dibersihkan toh aku sendiri yang merusaknya jadi maid tidak harus repot mencari binatu.
"Karna aden menangis, jadi tersenyum ya. Mbk lanjutin memasak, den Dean meminta sesuatu untuk dibungkus."maid
"Sssst,"aku memberi kode kalau itu rahasia perihal aku menagis. Gak lucu juga seorang pria harus menangis hanya karna karna saputangan.
"Janji."maid berjanji padaku dan kini aku ingin tahu kenapa Dean ingin membungkus makanan.
"Kenapa Dean ingin membungkus makanan apa dia akan pulang terlambat seperti semalam?"tanyaku karna semalam Dean pulang terlambat. Dan aku pun harus meninggalkan nya untuk makan malam terlebih dahulu demi Nathan.
"Bukan sesuatu yang berat. Den Dean hanya meminta sandwich saja."maid tersenyum kepadaku dan itu tandanya Dean tak akan pulang terlambat. Mungkin selain dia suka susu hangat dan tak berasa, dia juga suka dengan makanan ringan tapi berat seperti sandwich, tak heran kalau pipinya semakin lama akan mengembang. Aku tidak mau ambil pusing dan kini memilih menyimpan sapu tangan yang memang kembaran dengan punya Tristan itu daripada rusak untuk kedua kalinya. Dan kini aku pergi turun untuk sarapan bersama.
.....
Disana sudah ada mom dan papah bahkan Dean sudah mulai menyantap sarapannya. Aku senang dia ceria seperti ini. Tidak mengeluh tentang ayahnya lagi, tidak pergi mencaci mom, bahkan tidak cari musuh dengan papah.
"Pagi adikku sayang,"aku langsung menyambut Dean, ternyata dia tidak peduli. Dia seperti terhipnotis dengan sarapannya kali ini.
"Mom gak disapa ni,"nyatanya mom iri karena aku tidak menyapanya dan malah menyapa Dean yang terlihat tidak peduli dengan kehadiranku.
"Iya maaf mom, pagi mommyku sayang, papah. Selamat pagi......"sapaku riang dan kini aku juga ingin mulai dengan sarapanku. Melirik Dean yang tidak bergeming dan masih saja terus mengunyah sarapannya.
"Apa enak?" tanyaku penasaran karena Dean hanya diam disana. Aku sedikit merasa aneh, apa volume suaraku sangat lirih sehingga tidak didengar Dean.
"Adam sepertinya Dean sangat menikmati sarapannya jadi jangan ganggu dia."pesan papah karena aku terus saja bicara dengan Dean tetapi Dean terus saja tidak respon. Tapi kenapa harus sefokus itu, aku tidak akan pernah mengambil makanannya. Dan kuputuskan untuk menepuk pundaknya.
"Dean...."sembari memanggilnya. Dan kali ini dia pun menoleh kearahku.
"Apa enak?"tanyaku lagi karena penasaran kenapa Dean harus mengabaikan orang yang ada disampungnya, seolah-olah tidak ada yang pernah menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
HumorPeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...