Dean pov
Memulai kehidupan baru dan membuang hal buruk yang kemarin sudah menjadi tekadku dan kini aku bersemangat kembali ke kelas. Awalnya aku memang duduk sebangku dengan Mei namun karena insiden kemarin entah bangku ku melayang kemana. Jadi aku tidak bertanya dan mengapa mereka harus memperlakukanku sampai sejauh itu. Tunggu satu atau dua minggu kedepan mereka mungkin akan berubah dan melupakan kejadian mengerikan yang pernah terjadi. Aku tidak meminta mereka ramah kepadaku tetapi yang kuinginkan abaikan aku saja bila perlu, aku hanya ingin lulus tahun ini.
Disana tidak ada bangku yang tersisa dan seperti yang aku bayangkan tidak ada yang membantuku sama sekali. Menyapa pun tidak bahkan semuanya seolah tidak pernah melihatku. Menganggap aku tidak pernah ada. Akan tetapi aku tidak merasa kesal sama sekali mungkin mereka juga tidak nyaman karena aku kembali, untung loker yang kupunya sebelumnya tidak ikut raib jadi aku kini bisa menyimpan barang-barangku disana dan pergi ke gudang untuk mengambil bangku. Aku melihat jam ditanganku, masih ada cukup waktu untuk mengambil bangku tanpa harus melewatkan jam pertama karena memang aku tadi berangkat lebih awal dan mengabaikan sarapan.
"Anggap saja sedang membersihkan dosa-dosaku,"gumamku dalam hati dan kini memilih berjalan kearah gudang untuk mengambil bangku. Aku harus bertahan sampai enam bulan kedepan walau sepertinya tidak mungkin tapi itu lebih baik daripada aku harus beradaptasi dengan sekolah baru, bahkan yang terjadi mungkin akan lebih buruk karena aku pindah diakhir semester tahun ketiga cap sebagai berandal kecil yang dikeluarkan sekolah mungkin akan membuatku lebih berat disana. Hanya sekedar asumsi tetapi bersiap lebih baik. Berjalan pelan karena aku tidak perlu membuang energiku untuk berlari. Aku kelaparan dan seperti yang lalu aku mengabaikan makan malam dan berakhir tidak sarapan. Sungguh malang sekali nasib cacing diperutku.
"Sabar ya, setelah ambil bangkunya kita sarapan,"aku mengusap perutku perlahan tinggal beberapa langkah sampai. Disana kulihat gedung yang kokoh dengan pintu yang besar.
Sssrt karena tidak fokus akupun tak sengaja tersandung oleh kaki seseorang dan kini aku menoleh kearahnya. Pemandangan yang tidak mengenakkan disana. Ada kumpulan berandal kecil disekolah dan pemimpinnya Nathan. Merokok tanpa perduli dimana mereka sekarang.
'Kenapa, tidak diberi makan orangtuamu?"Suara itu menggema menyelidik membuatku ingin sekali berdebat disana, mungkin Nathan mendengar keluhanku tadi. Ayolah kalaupun aku disiksa seperti yang mungkin dia bayangkan aku tidak mungkin hanya diam. Aku bisa kabur atau bahkan melaporkan orangtuaku ke komnas perlindungan anak untuk menghukum mereka. Aku melirik kearahnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Apa dia sedang membicarakan dirinya sendiri,"gumamku dan ingin menghilangkan perasaan ingin menolong Nathan. Sebenarnya Nathan yang harusnya diperhatikan. Dia tinggal seorang diri di lingkungan yang buruk dan bahkan harus bekerja untuk membiayai kebutuhannya.
"Ini masih pagi haruskah kamu sarapan dengan rokok. Itu tidak sehat."Kritikku kearahnya karena dia terus saja menghisap batangan rokok. Aku menggerutu karena lapar bahkan aku harus pergi ke gudang untuk mengambil bangku. Dan mendapati Nathan yang malah merokok disana aku merasa itu tidak baik. Bisa saja dia pergi ke kantin atau kalau tidak mau dia bisa pergi ke ke kelasnya dan menunggu guru datang.
"Kalau aku tidak merokok pabrik akan tutup,"alasannya dan itu sungguh tidak masuk akal. Coba hitung penduduk didunia berapa persen yang dilaporkan menjadi perokok pasif sudah bisa dipastikan pabrik tidak akan tutup karna satu orang absen merokok.
"Itu hanya alasan klasik. Merokok lah saat kamu berusia 21thn,"ujarku karena bagiku sudah cukup umur dan memang legal untuk membeli rokok di mini market. Kupastikan Nathan membelinya karena menyuruh orang dewasa. Disini kalau membeli rokok harus menyertakan ktp.
"Tapi Nathan kan punya bar,"tiba-tiba aku memikirkan sejauh itu dan melupakan tujuanku pertama kali.
"Kenapa aku harus menunggu selama itu. Dan apa yang kamu lakukan disini, merindukanku,"tanya Nathan karena memang disinilah Nathan biasa berkumpul dengan teman-temannya. Dia melihatku dan pergi untuk menghampiriku. Menatapku curiga dan mungkin dia berfikir kalau aku akan melakukan tindakan yang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
HumorPeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...