Karena aku makin khawatir karena tidak mendengar kabar dari ayah dan kini dalam kesempatan saat suster membawakanku sarapan aku pergi untuk menyelinap keluar dengan lebih dulu menyalakan kran didalam toilet agar suster pikir aku berada didalam. Berjalan terburu-buru agar aku tidak ketahuan dan kini aku bersembuyi didalam ruang ganti petugas rumahsakit dan mengambil jaket sebelumnya dengan perlahan aku membuka jarum infusku dan aku plaster yang kebetulan dalam ruangan ganti ada beberapa peralatan obat-obatan. Aku mengambil topi serta masker dan kini aku keluar dari rumahsakit dengan melewati tangga darurat.
Tak perlu waktu lama karena nyatanya didalam jaket ada dompet sang pemilik yang membuatku bisa pergi dengan memakai bus. Setelah beberapa saat aku sampai dibengkel ayah. Hal yang tidak menyenangkan terlihat, ada garis polisi disana dan aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Rasa khawatirku serasa mencekikku dan kini aku langsung berlari menuju rumah.
Dan yang kulihat tidak bisa kupercayai. Foto ayah berada diruang tengah dan Nathan yang orang lain tengah repot untuk upacara kematiannya. Dimana ibu dimana om? Kenapa aku tidak tahu dan ini terjadi kapan? Karena sepertinya pemakaman sudah selesai peziarah sudah tidak ada yang berlalu lalang dan Nathan terlihat kaku saat melihatku datang.
"Dean apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya langsung memintaku duduk karena kakiku terasa lemas dan tanganku gemetaran.
"Apa yang terjadi kepada ayah. Dia....." aku tidak percaya dengan apa yang kulihat dadaku terasa sesak tiba-tiba dan aku kesulitan untuk bernafas.
"Dean tenang, bernafaslah pelan-pelan. Dean......." Nathan berusaha untuk membuatku tenang dan memintaku untuk bernafas perlahan. Tapi aku tidak mengerti dengan apa yang kulihat.
"Om kecelakaan kerja dan dia meninggal ditempat," jelas Nathan dan aku tahu dia berusaha menipuku. Tidak mungkin kecelakaan kerja seperti pada umumnya karena aku melihat garis polisi dan itu pasti sebuah kasus.
"Jangan berbohong padaku, yak......." pekikku terus memukul mukul kepalaku tidak bisa menerimanya. Om Airlangga kemarin mengancamku apa ini semua berkaitan dengannya.
"Dean tenang, Dean jangan seperti ini," Nathan terus membuatku tenang dan kini penyesalan yang harus aku terima. Aku berjanji untuk pulang dan membawa ibu tapi sekarang melihat ayah meninggalkanku lebih dulu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa menerimanya bahkan alasan tentang kematiannya.
"Kenapa tidak ada yang memberitahuku, dimana ibu?" aku menarik kerah baju Nathan ingin sebuah penjelasan kenapa ibuku bahkan tidak datang. Walaupun pemakaman sudah selesai setidaknya dia masih ikut berduka dan harusnya membantu Nathan untuk membersihkan rumah.
"Dia tidak datang," balas Nathan dengan nada rendah dan itu langsung membuatku makin marah. Kenapa dia begitu tidak peduli. Ayah tidak punya sanak saudara bahkan sekarang harus merepotkan Nathan. Setidaknya ibu harusnya punya rasa kasihan. Memberitahuku atau mau repot sedikit saja.
"Dan saat aku ingin mengabarimu untuk upacara pemakaman aku tidak mendapatimu mengangkat ponselmu jadi maafkan aku Dean karena harus segera melakukan pemakaman," Nathan meminta maaf, tapi bukan itu alasan aku marah. Bukan karena aku tidak hadir tetapi kenapa ibu menutup mata. Aku putra ayah bahkan aku belum sempat meminta maaf karena dosa-dosaku pernah membencinya. Hal terakhir yang kuingat saat dia memberikan sarung tangan hangatnya padaku dan sekarang aku melihatnya tersenyum dibalik foto terbingaki kaca.
"Kenapa ini begitu kejam?" tanyaku kepada Nathan masih didalam isak tangisku. Nathan hanya diam dan menepuk pelan punggungku.
"Nathan, aku merasa aneh, hatiku sangat sakit. Aku tidak tidak punya energi sama sekali sekarang, aku tidak bisa berteriak karena keadaan sulit seperti ini. Aku sangat rusak tidak berdaya semua mempermainkanku, dadaku terasa penuh, rasanya sangat sesak dan aku tidak tahu harus bagaimana?" Aku menatap mata Nathan, dia pernah kehilangan orang yang paling dicintai dan kini dia hanya melihatku agar aku lebih tegar. Dia tidak berbicara apapun dan hanya mencoba mendengarkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
HumorPeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...