Tiba-tiba Nathan menekan pundakku dan aku terpaksa bersandar disandaran sofa. Aku melihat matanya dan dia juga melihat mataku. Apa yang sedang dia lakukan? Aku hanya bisa menelan ludah kasar karena Nathan benar-benar sedang menindihku.
"Aku yakin dan aku tidak salah dengan firasatku," Nathan berbisik dan sisa rasanya mampu menusuk urat leherku.
Glek
"Menyingkirlah!!" usirku karena Nathan makin agresif untuk mendekatkan wajahnya bahkan tubuhnya, aku langsung menoleh kekiri agar dia tidak berani menatapku.
"Lihat aku," paksa Nathan agar aku melihat dirinya, tangannya memegang daguku dan menyuruhku untuk melihatnya saja. Nathan memang lebih tinggi dariku, kulitnya berwana coklat Asia dan dia punya garis rahang yang kuat tapi yang tak kusangka kenapa dia bisa sekuat ini untuk ukuran anak SMP, hidungnya panjang dan tidak terlihat ada bekas jerawat yang membuat kesan menawan yang eksotik, aku melihatnya ya... Aku melihat bulu mata yang lentik, kenapa aku harus terpesona olehnya. Potongan rambutnya rapi diatas telinganya, lurus lebat dengan warna hitam legam bahkan aku sangat suka dengan aroma tubuhnya, aroma buah plum yang manis dengan keringat panas yang terlihat jelas dimataku. Tubuhku tidak bisa berkompromi dengan apa yang kurasakan, seakan-akan sedang menikmati popcorn rasa strobery sembari menonton film romantis. Aku ingin lari saja dari situasi ini tetapi melihat Nathan terlalu indah membuatku sangat egois dan terus ingin tinggal. Hal yang mengejutkan lainnya, tanganku tiba-tiba penasaran dengan sosok tubuh tegap diatasku, persaan tak inginku mengalah dan tanganku langsung mendarat di dada Nathan, menarik pelan untuk turun bahkan aku merasakan nafas Nathan yang membuat perutnya kembang-kempis mengatur nafasnya. Nathan membuka mulutnya untuk membuatku lebih penasaran, bau rokok rasa mentol membuatku ingin menghisapnya. Sensasi gila sampai aku lupa tentang kesalahan yang akan terjadi karena Nathan sedang menggoda ku dan aku hanya terjerembab menginginkannya. Tanganku yang satunya kini memilih menyentuh bibir Nathan membuat irama sentuhan dan perlahan-lahan aku sengaja memasukkan ujung jariku kedalam bibirnya, aku harus mengutuk diriku atas perbuatan ini. Bahkan Nathan sadar tentang apa yang sebenarnya aku inginkan dan kini Nathan melakukan hal yang tidak pernah kuduga dia setuju, Nathan menghisap ujung jari telunjukku menelanya agak dalam dan aku tidak merasa jijik sama sekali. Tidak sadar bahwa bibirku pun juga ikut terbuka karena seperti diriku dihipnotis oleh rangsangan pria kecil didepanku. Aku melihat matanya dan dia tersenyum kepadaku.
"Apa yang sedang kamu lakukan Adam, dia bukan Tristan," gumamku dalam hati, aku sedang berusaha membuyarkan rasa aneh dalam diriku dan kini aku berontak lagi ingin pergi jauh dari Nathan.
"Lepaskan aku!!' pekikku mendorong tubuhnya agar menjauh. Lagi-lagi aku tak berdaya dengan apa yang tubuhku kerjakan yang terus mengkhianati diriku. Aku memaksa menarik jemariku agar keluar dari mulut Nathan tetapi yang dikerjakan tanganku dia malah berakhir untuk memegang tengkuk leher Nathan. Tanganku satunya yang sempat berfantasi menyentuh dada bahkan perutnya kini aku alihkan kerambutnya. Saat ku usapkan bahkan aku sengaja menjambaknya Nathan tidak terlihat bergeming bahkan dia mengikuti arahanku, aroma shampo langsung menyentuh hidungku aku sungguh ingin memakannya. Aku sudah mulai gila dan nafasku tersenggal. Bibir kita belum saling mendarat tapi hal yang dihadapkan padaku kali ini sanggup membuat jantungku berhenti berdetak. Aku membayangkan Tristan yang ada dihadapanku. Kalau dia juga menginginkan ku seperti yang dilakukan Nathan disini sudah kupastikan aku ikhlas untuk menyerahkan segalanya untuk Tristan. Tapi didepanku bukan Tristan bahkan aku masih tak berdaya dibawanya dan dia masih menindihku. Nathan masih terus saja menggodaku, dia sangat lihai membuatku ikut bermain dalam permainnannya. Aku kalah dalam permainan ini.
Hal gila lainnya, aku malah pergi untuk mengintai leher Nathan. Buah adam miliknya yang naik turun membuat bibirku terbuka ingin menggigitnya, masih tidak mau pergi kini aku menikmati aroma leher Nathan yang basah, aku belum siap menghisapnya tapi kenapa diriku harus berakhir disini. Mataku membola dan aku ingin sekali berteriak kalau ini tidak benar.
"Berdosalah bila aku melakukan hal gila ini padanya?" gumamku prustasi tapi tubuhku ingin sekali menari diatasnya. Nathan tak sabar dan kini kedua tangannya memegang pinggangku yang awalnya dia menekan pundaku. Dia mengangkatku seolah-olah aku sangat ringan dan kini aku malah berakhir didalam pangkuan Nathan. Aku mencoba berontak lagi tetapi Nathan malah melingkarkan tangannya dipinggangku dan memberi kuncian agar aku tidak bisa lari.
Pasrah,
Menikmati,
Dan,
Hal gila apalagi ini karena saat aku melihatnya semakin aku mengingankannya. Bahkan Nathan selalu tersenyum kearahku dan kini diapun menyentuh leherku pelan, mengusapnya keatas dan kebawah. Telapak tangannya yang hangat bahkan basah karena keringatku membuat ku semakin merinding. Aku melihat kelangit-langit karena hatiku terasa bergetar. Aku menutup mataku merasakan sensasinya. Bibirku terbuka dan aku menggigitnya pelan,
"Akh," tak sadar aku memekik desahan yang menggelikan. Aku ingin keluar dari zona yang menyeramkan ini. Tetapi kenapa, lagi-lagi tubuhku merasa ingin lebih. Nathan tidak sampai disitu. Dia menciumi bajuku mencari celah agar semua kancingnya terlepas, di memaksa untuk menerobos masuk. Aku masih mencoba segala cara agar aku bisa lepas. Karena sekarang nyatanya Nathan berhasil membuka hampir semua kancing baju seragamku. Jantungku makin berdegup kencang bagaimana aku bisa menuruti apa yang dia mau, melihat lagi Nathan dan dia melirik tegas kearah tubuhku aku ingin sekali menamparnya tapi kenapa aku masih tak berdaya disini, siapapun kumohon tolonglah aku? Aku sudah melakukan hal yang tidak benar.
"Tubuhmu tidak akan bisa berbohong, jadi kalau kamu suka Tristan katakanlah!!" tiba-tiba Nathan menghentikan aktifitasnya yang membuatku kesal. Kenapa dia harus menghentikannya saat aku sudah terjebak dan tidak ingin lari yang akhirnya membuat tubuhku seakan terbakar penuh kekecewaan. Walau itu menyakitkan tapi aku ingin bergelut didalamnya. Aku merasa baru dimanjakan tetapi Nathan malah enggan meneruskan.
"Apa dia sedang mempermainkanku?" pertanyaan itu memenuhi isi kepalaku. Aku terjebak aku tertipu bahkan dia sedang menertawaiku.
Aku menatapnya marah tetapi nyatanya dia menatapku dengan tatapan meledek.
"Walau kamu sangat cantik tetapi aku tidak suka memaksa orang lain menyukaiku bahkan menjebaknya, jadi ini peringatan terakhirmu. Lakukan apa yang kusuruh dan jangan membantah!!" ancam Nathan sembari menyentuh wajahku lagi. Aku ingin menahannya tetapi dia kini pergi berdiri dan hendak meninggalkanku.
"Apa yang sedang kamu coba katakan padaku?" aku menahannya, kenapa dia harus bermain-main terhadapku kalau dia tidak pernah ingin sebelumnya. Bahkan seolah-olah dia sedang memberitahuku kalau hatiku memang sedang memikirkan Tristan dan tubuhku disini hanya tergoda nafsu.
"Tubuhmu ada disini tetapi hatimu sedang pergi entah dimana, apa aku harus menjelaskan samai akarnya, perihal cinta tidak ada yang dapat menulis silabusnya,' Nathan menepuk pipiku agar aku lekas sadar.
Apa yang kulakukan salah? Aku mulai mencari kebenaran tentang apa yang kulakukan sekarang.
"Jangan bicara omong kosong," aku kini berdiri dan hendak meninggalkannya lebih dulu. Aku ingin bilang akulah yang mencampakannya bukan dirinya. Dan kini aku terburu-buru tanpa melihat arah pijakanku. Hoody milik Nathan tersangkut dibawah meja diantara kaki sofa dan itu membuatku tersandung.
Brugh,
Aku kehilangan keseimbangan bahkan aku merasakan lantai itu sangat dingin karena kancing bajuku terbuka.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Nathan membuatku makin kesal. Dan kini memilih untuk segera berdiri lagi dan meninggalkan rumahnya namun nasib sial terus menghampiriku dan aku terjatuh lagi.
"Pegang tanganku," Nathan kini mengulurkan tangannya untuk membantu berdiri. Tapi aku menolaknya dan memilih berjuang sendiri untuk bangun. Namun aku terlalu rapuh untuk bilang tidak perlu bantuan, kakiku terkilir dan aku kesakitan.
Melihatku tak berdaya Nathan kini menggendongku untuk dia bawa kesofa miliknya. Dan nasip sial lainnya datang.
"Yak........, apa ini yang membuatmu mengabaikanku!!"
Tristan melihatku, berada dalam gendongan Nathan yang bertelanjang dada dan akupun hampir setengah telanjang.
.........
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
ComédiePeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...