Hari ini sungguh mendung, mungkin akan turun hujan karena udaranya pun menjadi sangat lembab. Pantas saja semalam terasa sangat dingin. Setelah selesai sarapan kita turun untuk pergi kesekolah. Tristan terlihat keren dengan jaket kulitnya. Tak kalah keren Nathan pergi dengan hoodynya padahal dia tidak pernah memperhatikan penampilan saat kesekolah nyatanya Tristan datang membawa sedikit perubahan. Nathan tidak nampak lusuh hari ini. Dan sekarang kulihat Adam dengan wajah kusutnya langsung merusak mood. Mungkin semalam dia tidak bisa tidur karena harus tidur dilantai. Nathan tak mau mengalah karena dia tuan rumahnya dan meminta tidur diranjang. Padahal ada dua kamar kosong tetapi Nathan bersikukuh tidak mau meminjamkannya. Walau kenangan tak boleh dilupakan tetapi kalau menjadikan diri lebih sedih itu juga tidak baik. Aku ingin Nathan lebih menerima dan tidak kaku seperti itu lagi. Nanti aku akan coba bicara lagi padanya.
"Dean mau ikut denganku?" tanya Nathan menawarkan tumpangan. Dan saat kulihat Tristan dia nampak tak suka. Mungkin dia merasa tak enak kalau pergi mengantarku, disana ada Adam juga yang lebih etis untuk pergi dengan Tristan. Secara sekolah mereka sama.
"Aku menunggu sopir saja," aku menolak tawaran Nathan karena itu nyatanya membuat Tristan lebih bisa mengontrol emosinya. Dia baru saja membunyikan montornya dengan kesal. Dan kini dia melonggarkan suara gas montornya.
Dan benar ada mobil yang masuk dipelataran rumah Nathan padahal aku belum sempat meminta untuk dijemput. Apa mungkin Adam sudah memintanya, tapi yang kulihat Adam sangat ingin ikut dengan Tristan.
Mobil sudah berhenti tetapi yang turun bukan sopir Adam atau sopir yang biasa mengantarku. Dan suasana mendung yang tidak terkondisikan bahkan gerimis semakin lebat membuat suasana makin mencekam kala yang keluar adalah si om.
"Papah," seru Adam dan kini dia meletakkan kembali helm yang hendak dia pakai. Om datang tanpa sopir dan seperti biasa dia sangat rapih dan turun dari mobil sembari menginterupsi anak-anaknya untuk menurutinya.
"Cepat masuk papah yang antar!!" suaranya menggema seakan menyerupai petir menyambar dilangit. Suasana makin senyap dan Adam seolah enggan masuk. Kenapa dia begitu takut dengan om? Tristan pun juga ikut turun dan meletakkan kembali helmnya setelah mematikan mesin montornya. Nathan yang juga pasti ikut mendengarnya menatapku seolah dia mendapatkan bukti dimana keluarga hangat yang dipamerkan Adam padanya hanyalah cover belaka. Nathan berjalan cepat kearahku dan ingin membawaku pergi tetapi Tristan pun juga mendekat kearahku. Melepas jaketnya untuk menutupi kepalaku. Gerimis makin lebat.
"Jangan ikut campur!!" perintah Tristan dan menahan Nathan memperingatinya kalau tidak perlu ikut campur.
"Aku tidak akan membiarkannya masuk, kalau kau bersikukuh aku tidak segan memukulmu lagi," Nathan makin menjadi. Dia tidak ingin aku ikut masuk karena mungkin Nathan pikir disana aku tidak akan baik-baik saja.
Srrrt....
"Jangan ikut campur kalau tak ingin tempatmu hancur," aku mendengarnya. Adam berbicara pada Nathan dan diapun kini memilih masuk kedalam mobil dan duduk di jok samping pengemudi.
"Papah tunggu didalam," Om mengikuti Adam dan kini mulai menyalakan mobil. Menungguku untuk lekas masuk. Apa-apaan ini, aku sungguh tidak mengerti. Kenapa bersikap dingin.
"Kenapa dia? Kalau kamu tidak baik-baik saja ikut denganku!" Nathan masih memegang lenganku. Dan ada apa pula yang dilakukan Nathan. Dia bukan waliku kenapa harus bersikap seperti itu.
"Dean masuk dulu ya, ikut papahmu," Tristan membukakan pintu mobilnya dan membiarkan jaketnya tinggal bersamaku. Sebelumnya dia mengusap ujung kepalaku dan berharap aku tidak perlu mencari tahu tentang situasi hari ini.
"Hey, aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah legal untuk tinggal sendiri." batinku tak terima seolah-olah tak ingin ada rahasia yang terbongkar.
Saat si om hendak membelokkan mobil nya aku memaksa berhenti. Aku punya hak untuk memperbaiki keadaan yang tidak baik ini. Karena saat aku melihat kebelakang Tristan terus mengawasiku seakan tidak tega membiarkan ku ikut. Aku tidak mengerti tentang perasaan ini. Seakan aku terikat olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
HumorPeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...