. ..
Adam pov.
Aku pergi ke sekolah masih dengan perasaan kesal. Ingin sekali memaki dan mengumpat kasar tetapi lidahku terasa kelu. Dean sudah berhasil menjungkir balikkan kehidupan ku yang tenang dan kini seolah sengaja memberi warna yang kelam. Aku tidak mungkin terus terpuruk dengan apa yang aku peroleh sekarang karena Dean juga masuk dalam doa yang kupanjatkan setiap malam. Melengkapi keluargaku dan membuat kehidupanku lebih berwarna. Tapi kenapa Dean harus memilih warna kelabu kalau warna pelangi itu lebih indah. Aku memijit kepalaku kasar dan kini aku hanya pasrah dengan apa yang akan dilakukan Dean nanti, esok bahkan hari-hari berikutnya.
"Hey tenang bro!!"Tristan menyelaku saat aku melempar tasku kearah sembarangan. Siapa yang tidak marah, disaat aku berfikir kalau adikku akan bersikap manis kini dalam kenyataanya dia sangatlah menjengkelkan. Bersikap pemberontak yang bahkan aku tidak berani melakukannya. Memanggil papah sebagai si om. Ayolah papahku bukan si om om yang suka menggoda isteri orang. Papahku menjaga mom dan menjaganya. Tidak adakah sedikit rasa kehangatan didalam dirinya sehingga dia harus membenci keluarga kami. Ah, sudahlah aku masih harus bersikap bijaksana disini. Sebagai seorang kakak dimana aku ingin sekali mempunyai seorang adik.
"Apa tentang adikmu lagi. Apalagi yang sekarang diperbuatnya. Membakar rumahmu?." Tristan sedang menertawaiku karena semalam aku sempat bercerita banyak tentang Dean. Karena dia membuat ikan koi papah sekarat, berisik saat malam membuatku tidak bisa tidur dan aku yang berakhir memilih mengobrol dengan Tristan.
"Belum dan jangan sampai itu terjadi. Karena aku akan menguburnya hidup-hidup kalau dia sampai bertingkah absurd seperti itu yang berfikir untuk membakar rumah."Aku jengah memikirkan hal konyol yang mungkin terlintas dalam fikiran Dean dan kini aku memilih merebahkan kepalaku diatas bangku. Aku lelah bahkan otakku ingin melindungi diri dari serangan Dean nantinya.
"Aku jadi penasaran tentang adikmu itu. Kapan kamu akan memperkenalkannya padaku?"Tanya Tristan antusias. Ayolah, kalau keduanya bertemu pasti akan terjadi peperangan yang nyata. Karna Tristan itu tipe orang yang tidak mau kalah dan Dean yang punya tipe yang sangat pembangkang.
"Urungkan saja niatmu. Panggil aku kalau guru datang!."Perintahku kepada Tristan dan aku ingin tertidur sejenak.
"Kita harus berganti baju olahraga dan pergi ke lapangan tidak perlu menunggu guru datang." Tristan mengingatkanku dan kini dia mengambil ponsel didalam saku celana miliknya alih-alih mengambil kaos olahraganya. Sepertinya dia berniat membolos. Aku pun baru ingat kalau jam pertama hari ini adalah pelajaran olahraga dan guru tak perlu datang untuk memerintah di kelas karena guru pasti sudah menunggu di lapangan.
"Apa dia cantik?"Tristan serius dengan foto amatir yang di share di grub sekolah. Ada foto anggota osis kelas 2, Tristan sengaja menunjukkannya padaku.
"Cantik, tapi apa mau sama kamu?"Tanyaku kembali kepada Tristan. Disekolah Tristan itu adalah murid yang tidak bisa diatur. Suka membuat onar bahkan tidak pernah melewatkan tidur dikelas saat pelajaran dimulai.
"Ya, harus maulah. Kecuali aku bersaing denganmu."Tristan serius dan kini menyimpan ponselnya kembali dan diapun mengambil seragam olahraganya dan berniat menyeretku untuk pergi kelapangan.
"Aku pikir kamu akan membolos?"Tanyaku karena tadi dia sibuk dengan ponselnya.
"Ayolah membolos itu tidak baik."Tristan tersenyum kearahku. Padahal aku tahu dia sering mengabaikan pelajaran di kelas.
"Ada gabungan kelas hari ini kelas kita digabung dengan kelas 2 kebetulan juga kelas dia. Aku sungguh tak sabar bertemu dengannya."Tristan bersemangat karena ternyata ada gadis yang disukainya yang akan bergabung dikelas kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
UmorPeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...