48.

123 24 0
                                    

Dean pov.

Aku masih terbaring lemah seluruh tubuhku terasa remuk seperti habis terbanting dari tempat ketinggian dan aku dinyatakan selamat. Doa terakhirku nyatanya dikabulkan oleh Tuhan dan kini aku bernafas kembali, walau akhirnya aku berakhir dirumahsakit, itu lebih baik daripada aku berakhir dipemakaman. Selang infus menusuk kulitku yang terlihat sangat pucat hari ini dan kini terlihat Adam mendekat kearahku dengan raut wajah yang kesal. Mungkinkah dia sangat marah kepadaku? Tapi, apa salahku? Aku kembali hidup dan tidak membuat rumahnya jadi angker karena insiden kematianku.

Tangan besarnya sudah menyentuh leher ku sebelum aku berkesempatan bertanya kenapa dia harus memasang wajah yang tidak enak dilihat, cengkeramannya kuat spontan aku berontak menahan tangannya yang terus berusaha menghabiskan nafasku. Adam menyeringai dihadapanku matanya membola dan itu sungguh mengerikan.

"Kakak....." aku kaget dan mengeluh tentang apa yang dilakukan Adam terhadapku. Kenapa dia bertindak sebrutal ini? Melihat matanya penuh dendam dan kebencian yang sepertinya ditunjukkan padaku aku harus segera bangkit dan mengingatkannya kalau tindakannya itu hanya akan merugikannya.

"Mungkin kakak membenciku tetapi aku masih adikmu," jelasku disisa nafasku yang hampir habis agar Adam melepas cengkeramannya. Aku baru saja bernafas dan aku bersyukur diberi kehidupan lagi tapi kenapa Adam malah berniat untuk menghabisiku? Apa yang salah dalam dirinya, sungguh aku ingin tahu dan aku tidak ingin mati untuk kedua kalinya.

"Ka.....akh," keluh ku masih berusaha melepas cengkeraman Adam. Aku terus berontak untuk menyelamatkan diriku sehingga tak sengaja membuat selang infusnya terlepas. Adam tiba-tiba menghentikan perlakuan buruknya kepada ku karena sempat melihat darah mengucur mengotori sprei rumahsakit.

"Tidak apa-apa," aku mencoba membuatnya tidak takut seperti waktu lalu dan kini aku menutupi bekas luka robeknya dengan selimut rumahsakit.

"Kenapa, kakak bisa cerita kepada Dean?" tanya ku ramah, mungkin hatinya sangat penat sehingga Adam tidak bisa berfikir secara jernih. Aku saja baru berusaha mengakhiri hidupku dan aku bersyukur Adam tidak melakukan hal yang sama.

Perasaan hancur itu pasti juga dirasakannya. Bagaimana bisa Adam menerima kalau mamahnya hampir mati ditangan pamannya? Hanya karna ingin membela orang luar yaitu diriku.

"Apa kamu ingin mendengarnya?" tegas Adam dan kini duduk di kursi samping kasurku baru saja melepaskan cengkeramannya. Aku kini sedang mencoba menghirup oksigen agar paru-paru ku tidak meronta sakit.

Baiklah aku ingin mendengar semua yang ingin dia katakan padaku. Aku mengangguk dan tersenyum kearahnya. Semuanya pasti bisa teratasi walau sebenarnya aku masih marah pada semua orang tetapi melihat Adam aku juga tidak bisa terlihat lemah didepannya. Mungkin kita berdua hanya korban. Dari keegoisan orangtua kami. Aku mengerti sebab rasa sakit yang pernah kurasakan bisa membuat ku sedikit paham tentang perasaan orang lain termasuk Adam.

"Bisakah kamu mati saja," ucapnya tegas sembari memberikanku aspirin yang aku sendiri tahu kegunaannya. Kenapa Adam tiba-tiba menyerangku lagi dan kali ini melihatnya sangat serius aku yakin dia tidak sedang bercanda karena aku ditemukan masuk didalam kolam.

"Bercanda," aku terkekeh sembari menekan lenganku agar darahnya tidak keluar terlalu banyak. Kupikir dia hanya bercanda karena tidak ingin melihatku mati dan memintaku berfikir ulang daripada harus menceburkan diri dalam kolam lebih baik memakan aspirin dan semuanya akan cepat selesai.

"Seharusnya kamu tidak perlu selamat dan Tristan tak harus bertindak sejauh itu untuk menyelamatkanmu," jelasnya tidak langsung pada intinya yang membuatku tak mengerti. Kenapa harus Tristan dibawa-bawa jelas masalah antara aku dan diapun perlu penjelasan. Karena aku melihat Adam begitu mencintai ibu kenapa dia harus mengorbankannya untuk menyelamatkan mamahnya. Hal yang sangat membuat ku tidak mengerti dan punya pemikiran sendiri kalau bisa saja Adam hanya berpura-pura baik untuk rasa terimakasihnya. Walau ginjal ada dua dan bisa didonorkan tapi apa mungkin mengorbankan orang yang dicintai untuk orang yang berharga. Aku tidak mengerti tentang keruwetan masalah keluarga yang ada dihadapanku.

akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang