Happy reading!
Ada saat untuk bersuka, ada saat untuk berduka. Ada saat untuk bertanya mengapa semuanya terjadi? Kehilangan terkadang membuat kita berada dalam beberapa keadaan. Mengikhlaskan dan menerima kenyataan, lalu kembali melanjutkan kehidupan seperti biasa. Atau justru kita tidak menerima apa yang sudah terjadi, kita merasa berada dalam mimpi buruk yang sangat menyiksa,kita tenggelam dalam duka kehilangan, dan terkadang kehilangan dapat membuat seseorang berubah karena faktor tertentu.
Sekarang mayat bunda Fanya sudah di masukkan di dalam peti mati. Tangisan dari keluarga besar maupun orang yang sedang melayat terdengar begitu pilu dan menyayat hati.
Wanita manja yang tumbuh menjadi pribadi yang tahan banting ini,Sekarang sudah tertidur untuk selama lamanya. Merawat dan membesarkan kedua buah hati, menjadi tulang punggung keluarga, mendidik dan mengajarkan anak anaknya dengan tegas tapi penuh kelembutan. Kini terbaring dan tidak akan Fanya lihat ketika besok ia bangun pagi.
Air mata bahkan tidak bisa mengekspresikan keadaan jika seseorang sedih. Itulah yang di alami Marsel dan Fanya. Tidak ada lagi air mata dan tangisan dari keduanya. Mereka berdua hanya terduduk disamping peti bunda mereka sambil sesekali menyentuh pipi atau tangan bunda secara bergantian, berharap ini hanya mimpi.
"Bang kita lagi di prank bunda kan?"Tanya Fanya sambil menatap Abang dengan senyum getir.
"Fan... "Lirih Marsel menyentuh tangan Fanya yang sedang menggenggam tangan bunda mereka. Ada perasaan menyesal dan kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga salah satu bidadarinya,dan sekarang dia juga terlihat begitu lemah di depan adik kecilnya. "Sel kenapa lo sepayah ini sih?"Marsel merutuki dirinya dalam hati. Ia berjalan dan berpindah tempat di samping Fanya, ia menangkup kedua pipi adik kecilnya itu, "Ini gak lagi main prank Fan, it's so real. She's leave me and you. Abang tahu Fan, sakit kan? Sama itu yang abang rasain. Disini," Marsel membawa tangan Fanya kearah dadanya, "disini sakit banget, sesak Fan, abang gak kuat...."air mata Marsel menetes. Fanya langsung memeluk tubuh Abang nya dengan erat, lalu keduanya menangis tersedu sedu, Fanya meraung raung seperti anak kecil, Marsel terus memeluk tubuh Fanya memberi kekuatan pada bidadari kecilnya.
***
Brak..
"Sya, lo udah keterlaluan!"Ucap cowok yang baru saja membuka pintu ruangan cewek bernama 'Sya'itu.
"Apa sih, Don?! Baru datang udah emosi" jawab cewek itu sambil terus memotong tubuh belalang kecil kecil, yang baru saja ia tangkap di luar karena ia gabut. Hari ini sekolah mereka di pulangkan lebih awal, karena guru guru dan teman dekat Fanya akan mengikuti penguburan bunda Fanya.
"Lo buat bundanya Fanya meninggal,dan lo sesantai ini? Lo udah gila ya?!" Ucap cowok itu dengan sinis. Dia hanya takut karena beberapa orang sudah sedang menyelidik kasus bunda Fanya, dan mendapatkan informasi bahwa pembunuh yang sama dengan kejadian sehari sebelumnya. Oh for you information, salah satu mata mata di SMA 1 sudah mengetahui bahwa cowok itu adalah tangan kanan si pembunuh.
"Dia kan udah di peringatin,malah ngelunjak dia. Biar dia tau kalau gue gak main main sama omongan gue" jawab 'Sya' cuek.
"sebenarnya laki laki sialan itu yang lo salahin! Dia yang kegatelan sama Fanya" Ucap cowok itu membanting foto Garra dan beberapa poster foto Garra ia robek. Kalimat Ghio masih tergiang giang dikepalanya. Sial! Bagaimana kalo Sya dan dia tertangkap. Ia tahu betul siapa itu Ghio, laki laki cerdas itu akan terus menyelidik kasus ini sampai tuntas.
"Lo apa apaan sih?! Kalo lo cuman mau berantakin barang barang gue, mending lo pergi aja Don! " Tegur Sya, lalu menghempas tangan Cowok itu yang ingin merobek poster Garra yang paling besar di dalam ruangan nya.
"Lo harusnya nggak kayak gini tau, nggak?! Lo bego Sya, lo udah kebangetan tau nggak?! Kita sedang dimata matai, siap siap aja gue sama lo tertangkap aja" jelas Cowok itu melirik tajam pada Sya.
"Tenang aja, kita akan aman. Saudara gue bakal siap membantu kita" terang Sya, lalu fokus pada handpone nya.
"Gue cuman nggak mau lo kenapa kenapa" Ucap cowok itu pelan lalu beranjak keluar dari ruangan itu.
***
"Fan, makan dulu" Ucap Marsel membangunkan Fanya yang masih terlelap. Kesedihan ini memang membuat ia dan Fanya terpuruk.
Bunda mereka sudah dikuburkan pukul 15.00 Wita, di halaman rumah mereka. Fanya pingsan sampai sekarang dan baru tersadar beberapa menit yang lalu.
"Fanya nggak lapar Bang, Fanya cuman pengen lihat bunda gedor gedor kamar Fanya sambil teriak teriak suruh bangun. Ternyata takdir selucu ini mainin perasaan Fanya. Hahaha" Kekehan Fanya seperti menancapkan sebila pisau di dada Marsel.
"Fan.... " lirihnya
"Iya Bang, nanti Fanya makan kok. Abang keluar aja, Fanya mandi dulu baru makan. Abang temani teman teman Fanya sama rekan kerja abang di luar nanti Fanya nyusul" Fanya menghapus jejak air matanya lalu berjalan ke arah pintu kamar mandi untuk bersih bersih.
"Kek lagi mimpi tau nggak" Lirih Fanya. Padahal tadi pagi ia masih sempat bercanda dengan bunda, tapi sekarang bunda nya tidak ada lagi. Lihat saja, Fanya akan mencari tau penyebab bunda nya meninggal, dan ia akan balas dendam dengan orang yang sudah melakukan semua ini padanya.
"Iya Fan, Aba lihat sendiri kalo orang itu motong perut bunda lo. Mereka kan ngikat bunda di tiang dekat kaca jendela, makanya pas Aba mau minum kan nggak sengaja noleh ke rumah Fanya, pas Aba lihat langsung Aba telpon polisi" penjelasan Aba, abangnya Linda masih Fanya tergiang giang dikepalanya. Fanya harus cari tau ini.
"Gue bakal balas apa yang udah lo buat ke gue! "Batin Fanya lalu keluar dari kamarnya.
.
.
.
Tbc
Vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
FANYA(END)
HumorHujan turun membasahi keduanya. Alam seolah merasakan pedihnya kisah Fanya dan Garra, dua insan yang mungkin ditakdirkan untuk tidak bersama namun mereka memaksakan kehendak.