HAPPY READING!
Semua orang pasti akan berubah pada waktunya. Tidak ada orang yang dapat mempertahankan sikap baiknya sekalipun, di depan orang yang dia sayangi apalagi, orang yang disayangi tidak mendengarkan maksud baik dari kita. Itu yang sedang Masel rasakan dia tidak bisa mempertahankan sikap baik dan sabarnya di depan Fanya lagi, dia tidak bermaksud membuat Fanya terluka Marsel hanya bersikap tegas agar Fanya dapat sembuh dia tidak mau Fanya terus-terus dirundung trauma yang tidak berakhir juga. Namun niat baiknya malah disalah artikan oleh Fanya, ia malah dibenci dan sekarang entah kemana gadis kecilnya itu. "Gue emang abang yang buruk buat lo Fan" batin Marsel sebelum akhirnya terlelap dikasur Fanya saking lelah dengan keadaan yang ia alami, semesta seolah olah tidak ingin ia bahagia dengan Fanya, ia rasa hanya lara dan duka yang hilir mudik di kehidupan keluarga nya.
***
Fanya berhenti diperempatan dekat sekolahnya setelah hampir tiga jam berkelana dengan pemikirannya yang ingin memecahkan kepala Fanya. Entah kenapa hatinya membawa dia kesini untuk beristirahat. Ia berdiri didepan pintu gerbang sekolah di jam 7 malam dimana sekolah sudah sepi bahkan tidak adalah lagi siswa siswi yang mondar mandir atau guru guru yang berteriak sana sini pada murid nakal tersisa satpam yang tertidur nyenyak di pos. Fanya menyetuh pintu niat untuk masuk ke dalam dan ternyata gerbangnya memang tidak dikunci, ia berjalan dengan pikiran yang entah kemana, berjalan menapaki hampir tiap ubin keramik kelas 12 dan akhirnya kaki mungil itu berhenti dikelas 12 Ipa1. Seseorang dengan linca menyentuh jari panjangnya pada senar gitar memainkan melodi mellow lagu the way you look at me Karya Cristhian Batista. Lagu yang membawa Fanya pada suatu memori kebahagiaan saat ia masih didampingi ayah dan bundanya dalam menapaki kejamnya planet ini. Ia tidak begitu paham dengan lirik lagu tersebut tapi lagu itu merupakan lagu yang selalu ayahnya buka ketika ia dan bunda merayakan ulangtahun pernikahan mereka.
"lagu ini terus perasaan" ucap gadis kecil berumur 5 tahun dengan tatapan sebal yang terlihat mengemaskan dimata sepasang kekasih yang sedang berdansa. Mereka terkekeh melihat anak mereka yang bosan dengan lagu pengiring dansa mereka karena sejak tadi tidak diganti. Mereka berempat sedang berada ditaman samping rumah, dengan Marsel yang sedang sibuk membakar marshmallow sekitar satu meter dari mereka.
"Masa sih dek...perasaan ayah gak juga tuh" laki laki parubaya itu mencubit pipi gadis kecil itu lalu membawanya kedalam pangkuannya. Kemudian istrinya ikut duduk disamping mereka.
"Abang... melow melownya udah mateng belum?" teriak Fanya dari pangkuan ayahnya.
"Marshmallow Fanya" kekeh Marsel menghampiri mereka lalu duduk di samping bundanya setelah menyerahkan marshmallow pada Fanya.
"Kenapa lagunya juga belum diganti sih bund?" tanya Marsel ikut heran dari tadi lagu ini mulu yang diputar. Yang ditanya mengalihkan pandangannya pada suaminya. Lalu keduanya terkekeh.
"Kalo seandainya kita nggak di izinkan Tuhan buat sama sama ingat ya kalo dulu ini lagu kesukaan bunda sama ayah, kalian tahu bahkan ketika kita nikah aja ayah dipaksa bunda untuk solo lagu ini pas resepsi pernikahan ayah sama bunda" jelas ayahnya. Mereka berempat tertawa renyah.
"Tapi ayah sama bunda jahat tahu....masa nikahnya gak ngundang Fanya sama abang sih!" ucap Fanya dengan raut wajah lucu. Mereka bertiga kembali tertawa karena pernyataan Fanya.
"Itu kan kita belum lahir Fanya..... " jelas Marsel malah membuat adik kecilnya berpikir keras.
"Ya kan ayah sama bunda bisa tunggu sampe Fanya sama Abang lahir baru deh nikah" sanggah nya membuat suasana makin nyaman karena Fanya dan otak kecilnya terus membuat mereka tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANYA(END)
HumorHujan turun membasahi keduanya. Alam seolah merasakan pedihnya kisah Fanya dan Garra, dua insan yang mungkin ditakdirkan untuk tidak bersama namun mereka memaksakan kehendak.