Happy reading!
Kadang kadang ada suatu yang diciptakan hanya untuk memandang, bukan untuk saling pandang.
Diam diam, tanpa tanda. Diam diam, sembunyikan kata. Diam diam, memandang. Diam diam, cinta.
"Ifa.... "
"Anya.... "
Teriak Dua bocah cewek bersamaan. dari arah berlawanan mereka berlari saling menghampiri satu dengan yang lain, seolah olah sudah tidak bertemu bertahun tahun. Padahal mereka baru berpisah 3 jam yang lalu, tapi keduanya terlihat saling merindu satu dengan yang lain.
Bruk
"sssh.."
"Auh.."
Ricau keluar dari mulut keduanya, ketika dengan kekuatan super mereka berdua bertabrakan tadi. mereka berdua terbangun dari jatuh, memandang satu sama lain dan berpelukan. Meluapkan rindu yang mereka simpan 3 jam yang lalu setelah berpisah.
"rindu... " tutur Fanya membelai rambut panjang Ifanca. Cewek itu sangat menikmati sentuhan Fanya, ia ingin waktu seketika berhenti dan ia hanya ingin selalu bersama dengan orang yang sedang memeluknya.
Mencintai dalam diam sangat sering ditemukan. Ketika kita diam diam menaruh perasaan pada lawan jenis, kita bahagia jika berada di dekat orang itu. Tapi bahagia dengan sudut pandang berbeda, kita mencintai dia. Tapi, dia menganggap kita hanya sekedar teman. Ironinya memang sangat sakit, saat ingin terus terang tapi takutnya dia malah memilih menjauh. lebih baik diam diam mencintai dia, mendampingi dia dan memeluk dia lewat sujud doa dalam Kebisuan.
Tapi bagaimana jika yang kita kagumi dalam diam adalah sesama jenis? Apa itu wajar? Semesta kadang menamparmu dengan kenyataan yang sangat pahit. Ifanca merasa itu! gadis yang tumbuh dalam lingkaran kekerasan, membuat ia merasa kalau hanya Fanya yang bisa mengerti padanya.
Hidup tanpa kasih sayang dari orang tua, membuat ia sering dikucilkan dari lingkungan teman sebaya. satu satunya orang yang mau menerima Ifanca sebagai teman hanya lah Fanya.
"masih takut ngomong sama ayah kamu? Sama abang kamu, udah ngomong atau belum?" pertanyaan Fanya setelah mereka berdua duduk dibawa pohon mahoni di taman kompleks mereka.
"masih takut... " senyum kecut terbit dikedua sudut bibir Ifanca. dia benci pada dirinya sendiri, terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Hanya untuk berbicara pada ayah dan abangnya saja, ia akan gemetar.
Pernahkah kalian melihat seseorang merasa takut saat melihat kaum pria? Bukan hanya sekadar takut, adanya laki-laki di dekatnya saja bisa membuatnya gemetar hebat. Kondisi ini disebut dengan androphobia. Anak-anak usia 10 tahun ternyata berisiko mengalami androphobia karena pengaruh lingkungan.
Orang dengan androphobia dapat mengalami ketakutan yang berlebihan dan cenderung tidak masuk akal, dalam hal ini adalah pria. Padahal, pria yang ada di sekitarnya adalah pria normal yang tidak berbuat jahat atau menimbulkan bahaya. Akan tetapi, rasa cemas yang berlebihan bisa menyebabkan penderita androphobia menghindar.Penyebab androphobia masih belum diketahui dengan pasti. Para ahli menduga bahwa ada kaitannya dengan pengalaman negatif dengan pria di masa lalu, seperti pemerkosaan, kekerasan fisik, atau pelecehan seksual. Itulah yang dialami Ifanca. Kekerasan yang ia alami sudah sejak ia masih berusia 4 tahun. Ayah dan abangnya memang tipe orang yang cepat emosi dan selalu kasar. ia saja pernah dipukul sampai pingsan oleh abangnya dan dibiarkan tergeletak di pinggir jalan. Tidak punya hati! Sedangkan Ayahnya selalu dingin padanya. Saat anak kecil lain bermanja pada kedua orang tua, Ifanca tidak merasakan itu. Ibunya selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang desainer, ia selalu lembur dan kadang tidur dibutik. ia terkucilkan, sendiri tanpa kasih sayang. Situasi ini yang membuat ia akhirnya di pertemuan dengan Fanya. dijaga, disayangi, dilindungi dan dihargai oleh Fanya membuat Ifanca salah menafsirkan perasaan suka pada Fanya, bukan sebatas sahabat tapi lebih. Cinta! Lebih tepatnya. Ifanca tau kalau itu memang satu kekeliruhan yang ia ambil , tapi ia siap menerima konsekuensinya. Intinya Fanya selalu ada untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANYA(END)
HumorHujan turun membasahi keduanya. Alam seolah merasakan pedihnya kisah Fanya dan Garra, dua insan yang mungkin ditakdirkan untuk tidak bersama namun mereka memaksakan kehendak.