11

666 103 34
                                    

Happy Reading!

"Ih ngomong aja" desak Fanya pada ketiga temannya, entahlah Fanya tidak tau apakah ia salah berbicara atau menceritakan sesuatu yang salah, sehingga Jaen, Maya dan Marsya tiba tiba bungkam dan bersikap seolah-olah tidak mau membahas tentang apa yang tadi Fanya ceritakan.

"Fan gue tanya sekali lagi. lo nangis cuman karena niruin film yang lo nonton, atau lo rasain sesuatu gitu pas lihat Gagan sama Fero. kesel nggak? atau lo kayak sakit hati gitu? apa yang lo rasain?" Pertanyaan serius dari Jaen membuat Fanya terdiam sejenak.

"lima puluh persen iya sih, kalo soal film" akunya.

"berarti sisanya? apa yang lo rasain?" Marsya ikut kepo.

"pas gue lihat Gagan sama Fero ciuman, dada gue sesak gitu, kek ada sesuatu yang buat gue susah bernapas. terus terus kayak sakit gimana gitu, tapi gue marah sampai nih lihat buku buku tangan gue sampai biru karena gue benturin di tembok toilet, pas keingat mereka ciuman. menurut kalian itu karena apa?" tutur Fanya dengan tatapan polos.

"itu karena lo udah suka sama dia Fan, lo kalo udah sayang sama orang, kita bakal rasain namanya cemburu, jika orang yang kita sayang dekat atau bahkan duain kita. nah,  sekarang yang lagi lo rasain itu namanya cemburu"Jelas Maya membuat Fanya mengangguk paham.

"berarti gue udah sayang ya sama Gagan?" ujar Fanya kembali.

"maybe, tapi gue nggak terima kalo lo di selingkuhin sama Gagan lo itu. dia udah janji sama kita tapi dia malah ingkar janji lagi" tutur Marsya serius membuat Jaen dan Marsya mengangguk sedangkan Fanya mulai was was. ia takut Gagan kesayangannya dibuat patah tulang oleh tiga cewek bar bar ini.

"santai aja kali. hitung hitung Morgan lagi latih gue, biar suka sama dia. nggak usah di apa apain ya" ucap Fanya sambil terkekeh sumbang.

"telpon dia sekarang, minta kejujuran dia " tutur Marsya membuat Fanya meneguk saliva nya kasar. semoga Gagan kesayangannya tidak salah berbicara nanti.

Fanya mengambil handpone dan langsung menghubungi Morgan.

"hallo Fan, kenapa sayang? kamu udah selesai latihan? aku udah selesai latihan di sekolah tetangga nih, mau di jemput?" saat panggilan baru tersambung, Morgan sudah menyerbu nya dengan banyak pertanyaan membuat Fanya menghela nafas pelan, sedangkan ketiga temannya menyimak dengan estentik.

"nggak usah, aku udah di jalan nih. "

"ya....  Padahal aku udah di depan gerbang sekolah" terdengar jelas Morgan berucap dengan nada kecewa.

"emmm Gan... "

"iya kenapa sayang?"

"aku mau nuntut kejujuran kamu, boleh?" Fanya mulai berbicara pada intinya, degup jantungnya berpacu begitu cepat, wajah serius ketiga temannya membuat ia khawatir dengan nasib Morgan setelah ini.

"iya apa yang akan kamu tanya bakal aku jawab dengan sejujur jujurnya."

"kamu tadi ciuman sama Fero kan? aku lihat sendiri" tanya Fanya membuat Morgan terdiam lumayan lama.

"iya." akunya. "maaf ya Fan, aku buat kamu kecewa. maaf buat kamu sakit hati, sumpah aku nggak nyangkah dia bakal senekat ini" lanjut Morgan membuat Fanya mengangguk walau sudah pasti Morgan tidak melihatnya.

"iya" jawab Fanya sekenanya.

"kamu marah sama aku ya Fan? Aku minta maaf banget, sayang."

"dimaafinnya pake syarat boleh?" tawar Fanya.

"tapi jangan buat aku jauh sama kamu, selain itu aku bakal penuhi" jawab Morgan.

"malam ini aku ikut balapan motor ya"ujar Fanya membuat Morgan berdecak sinis.

FANYA(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang