Part 26. di culik

136 13 0
                                    

"Aku lebih memilih neraka daripada surga di depan mata,"

_Bara_

Di teras rumah mewah bercat putih itu, nampak Bara yang sedang mencuci mobil milik Rocky padahal jam masih menunjukkan pukul empat tiga puluh, tapi Bara sudah mulai beraktifitas. Hari ini Rocky telah beri dia tugas untuk mengantarkan Ayessa Cek up ke rumah sakit, mau menolak tapi takut kena hukuman tapi kalau tidak tubuhnya tidak akan bisa di ajak kompromi saat menyetir mobil nantinya. Luka yang bertumpuk kemarin membuatnya semakin lemah.

Selesai dengan kegiatannya, Bara masuk ke dalam rumah untuk meneruskan pekerjaanya. Ayessa dan Rocky sedang sarapan di ruang tamu, dia mengepel lantai dengan santai namun tiba-tiba Ayessa menumpahkan minumannya kelantai membuat lantai yang sudah bersih kembali kotor. Dia menghela napas sebal menghampiri Ayessa, saat hendak menekuk lutut, Rocky menendang lututnya dengan kasar dan keras hingga membuat Bara tersungkur di lantai. Rocky terkikik pelan sambil berdiri menenteng tas kerjanya.

Ayessa mengantarkan Rocky sampai teras, dia mencium punggung tangan Rocky lalu kembali masuk ke dalam rumah. Mendapati Bara yang mengepel lantai sambil menyeret kakinya bukannya iba, dia malah menyambar tangannya Bara kasar dan menyeretnya ke garasi. Bara tidak bisa berbuat apa-apa ketika tubuhnya di tarik bahkan terseret oleh Ayessa sampai ke garasi, Bara di hempaskan ke bawah hingga membentur ban mobil.

"Heh nakal! Antarkan saya cek up, apa kamu tudak melihat waktu? dasar bocah lelet!" Umpat Ayessa melipat tangannya di depan dada.

Mereka berdua pergi mengendarai mobil yang ada di teras tadi, di kawal oleh Pino dan temannya yang duduk bersama Ayessa di kursi belakang. Di perjalanan, seperti dugaan Bara, dadanya sesak diikuti dengan perutnya keram. Ayessa tadi tidak menyisakan makanannya untuk Bara jadi dia gak sarapan apalagi minum obat. Tubuhnya lemas seketika, Pandangannya kabur tapi Bara tetap berusaha untuk bertahan sampai rumah sakit, beberapa saat berlalu, mereka sampai di rumah sakit. Pino dan temannya mengantarkan Ayessa ke dalam sedangkan Bara di suruh nunggu di dalam mobil.

Kaca mobil seperti ada yang menggedor-gedor dari luar, Bara merabakan tangannya membuka pintu mobil yang kacanya terketuk. Nampak seseorang memakai serba hitam kelihatan matanya saja, mulut dan wajahnya tertupi oleh masker hitam seperti yang dia kenakan,seseorang sedang masuk ke dalam mobil mengeluarkan sapu tangan biru dari sakunya. Tanpa aba-aba, orang itu membungkam Bara dengan sapu tangan biru yang sudah tercampur dengan obat bius,hal itu membuat Bara seketika pingsan.

Orang itu berhasil membawa pergi dengan cara menopangkan lengan Bara ke lehernya bagian belakang lalu berjalan sambil menatih Bara, mereka berdua semakin menjauh dari rumah sakit menuju ke suatu tempat. Melewati tempat yang terdapat bangunan-bangunan besar dan gedung, orang yang membawa Bara pergi berhenti di salah satu mobil putih yang terpakir depan sebuah perusahaan, letaknya sekitar bangunan-bangunan tersebut.

Di letakkan di kursi depan mobil itu, irang yang membawa Bara pergi membuka penutup matanya. Siapa sangka ternyata yang menculik Bara adalah Cahaya, dia terpaksa melakukan ini semua demi kebaikan Bara, sedari tadi dia terus memandangi Bara yang memejamkan mata sambil sesekali memandang jalan. Cahaya merasa dia ini penculik yang tidak memiliki hati bahkan matanya menitikkan air mata.

Tak berselang lama, Bara membuka matanya pelan-pelan melihat ke atas sebentar lalu mendongak ke samping melihat Cahaya yang menungguinya. Dia membenarkan posisi duduknya dan bergeser ke samping menjauhkan jaraknya dengan Cahaya. Entah mengaap tiba-tiba dirinya ada di dalam mobil bersama Cahaya bahkan setelah lihat keadaan sekitar, dia tidak di rumah sakit melainkan di perusahaan.

"Aku di mana?" Tanya Bara menatap Cahaya penuh tanya.

"Di mobilku,sekarang aku minta kamu sarapan dahulu lalu minum obatmu. Nih nasi bungkus buat sarapan," sahut Cahaya menyodorkan nasi bungkus pada Bara.

"Enggak mau," elak Bara sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak meminta pendapatmu, yang aku minta kamu sarapan dan minum obat!" Gertak Cahaya membuka nasi bungkus yang belum di terima Bara lalu di sendok sesendok dan kembali menyodorkannya pada Bara.

Sesak napas dan keram di perut Bara kembali menyerang, tubuh Bara yang masih lemas bertambah tidak berdaya dengan seragan rasa sakitnya itu. Mau tidak mau Bara harus menerima suapan dari Cahaya, dia mengambil nasi bungkus di tangan Cahaya dan memakannya sendiri. Cahaya yang melihat itu tidak bisa berkata-kata, yang di rasa hanyalah iba dan terpesona dengan kehalusan, kesabaran bahkan ketekunan yang Bara miliki, dua rasa itu bergelut du dalam hati Cahaya.

Setelah semua selesai, Bara minta di antarkan pulang sebab dia sedang mengemban tugas dari Rocky. Kalau Ayessa sampai melaporkan pada Rocky kalau dia meninggalkannya maka sakit di badannya makin bertambah, Cahaya mengerti tentang semua itu, dia melajukan mobil yang mulanya terpakir rapi menuju rumah Bara. Di kembalikan ke rumah sakit yang tadi pun percuma karena Ayessa pasti sudah kembali dan kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi tepat dengan jamnya Ayessa pulang cek up.

Kembali ke rumah penuh siksa neraka itu, Bara di turunkan dari mobil Cahaya. Tanpa sepatah kata atau pesan Cahaya berlalu meninggalkan Bara sendirian, saat berbalik badan hendak masuk ke rumah tiba-tiba ada highils melayang mengarah ke muka mengenai jidat Bara, darah segar kembali mengalir dari jidatnya. Membuat dia meringis kesakitan walau tak berhenti berjalan menghampiri Ayessa yang sudah memelototkan matanya.

"Kamu sekarang sudah berani nakal ya! Awas saja nanti Rocky bakal saya beri tau kalau kamu tidak mengantarkan saya cek up malah main, biar kamu kena hukuman!" Ancam Ayessa menelunjukkan tangannya.

Seketika Bara langsung menekuk lututnya di depan dan memeluk lutut Ayessa. Memohon untuk tidak mengadu pada Rocky, diam-diam Bara memiliki trauma yang sangat tragis tentang amarah yang di miliki Rocky semenjak dia di jadikan pelampiasan. Muncul ide licik di benak Ayessa, dia akan memanfaatkan Bara untuk mendapatkan kemauannya namun itu akan berjalan nanti.

"Aku akan memaafkanmu anak nakal, tapi ada syaratnya! Jika tidak, kamu akan tau akibatnya," ucap Ayessa mencolek dagu Bara dengan nada pelan tapi mencekam, tatapannya pun mematikan.

"Apa?"tanya Bara antusias supaya tidak begitu memikirkan apa yang akam di terima.

"Kamu harus ikut aku ke perusahaan-perusahaan besar untuk meminta sumbangan tentang penyakitnya, dan itu akan aku lakukan nanti! Kau harus mau," jawab Ayessa berdiri membelakangi Bara sambil melirik dengan senyumannya yang mengerikan.

Tidak busa berkata apa-apa Bara hanya memberi Anggukan kecil, Ayessa masuk ke dalam rumah di kawal Pino dan temannya. Bara mengikuti mereka dari belakang juga masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaanya.

Bersambung

Bara [END] OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang