Part 12. mengejar cowo es

103 14 0
                                    

Aku tidak bisa menemanimu namun setidaknya terselip cerita di hidupku tentangmu.

                   -Bara-

Di kamar yang luasnya dua kali lipat lapangan bola, di atas kasur lebar dan panjang. Cahaya sedang membuat membuat artikel di dalam laptopnya, ia menuliskan apa saja yang ia ketahui tentang Bara.

"Dingin dan misterius, menarik gak sih? Jangankan buat tau kehidupan untuk jadi teman saja susahnya gak ketulungan," gumam Cahaya tersenyum-senyum.

Cahaya terus mengetik hingga kira-kira dapat lima ratus kata, ia menutup laptop dan mulai beranjak berdiri meraih jaket yang ia gantung di depan pintu Almari, berlari menuruni tangga menuju lantai tuju lalu ia masuk lift menuju lantai satu.

Sampai di bawah, ia bergabung sarapan dengan papa mamanya yang sudah melahap sarapan milik masing-masing.

"Morning pa, ma," sapa Cahaya pada kedua orang tuanya.

"Morning sayang, wah makin cantik aja. Ada apa nih dengan anak papa?" Ejek Gabril papanya Cahaya,tersenyum ke arah Cahaya.

"Ih papa apaan sih, ya gak ada apa-apa lah pa," jawab Cahaya tersipu.

"Nak, kenapa kamu selalu pulang telat? Bibi selalu menemuimu pulang lewat jam yang telah mama tentukan," tanya Desril mamanya  Cahaya sambil melahap makananya.

"Cahaya banyak urusan ma, intinya gak kelayapan kok cuma palingan sekitar pasar," jawab Cahaya tersenyum ragu.

"Benar ya gak ngelayap, awas kalo ketahuan ngelayap sama laki-laki bahkan sampe pulang malam. Nanti mama hukum," acam Desril tersenyum miring.

"Iya ma bener," jawab Cahaya santai.

Usai sarapan, Cahaya pergi kesekolah mengendarai mobil pribadi. Di sekolah, ia hanya memakirkan mobil di parkiran yang luasnya tiga kali lipat ruang kelas. Pergi lagi naik ojek ke pasar untuk mengejar si cowo es supaya lebih kenal lagi. Mumpung waktu masuknya kurang  tiga puluh menit lagi.

Burung berterbangan di langit, para pengunjung yang baru datang, ada juga yang membeli dagangan para  penjual itulah pemandangan yang di lihat Cahaya setiap hari. Ia menyusuri pasar mencari di mana letak Bara sekarang.

Dari kejauhan terlihat seorang memakai hodfie dan masker putih bekerja di bangunan sedang mengankut semen, Cahaya langsung menghela nafas kasar. Ia tak lagi berhasil menemui Bara kembali lalu ia beranjak kembali ke sekolah.

Sementara itu, Bara bersemangat mengangkat semen menggunakan arko ia hantarkan pada kuli lain yang menyusun bata. Waktu istirahat siang, kuli yang lain pada makan di teras bangunan sedangkan Bara hanya duduk termenung di taman dekat situ.

Cahaya yang kebetulan juga sudah istirahat langsung saja ke pasar, ia kembali mengejar cowo es itu. Baru saja ia sampai kembali di pasar itu, ia menemukan Bara sedang duduk di taman menjauhi kuli-kuli lainnya yang sedang menikmati bekal masing-masing.

"Hay Bar, kamu kenapa menyendiri disini? Harusnya kamu gabung dengan kuli yang lain dong," tanya Cahaya sambil duduk di samping Bara.

"Aku gak bawa bekal," jawab Bara singkat.

"Yaudah nih, makan bekal aku aja. Aku kan cuma sekolah jadi gak terlalu butuh banyak tenaga dan yang sangat  butuh itu kamu," ucap Cahaya menyerahkan bekalnya pada Bara.

"Gak, makasih," elak Bara lantang.

"Udah ambil aja, kasian perut kamu keroncongan tuh," paksa Cahaya menaruh telapak tangan Bara di atas bekalnya.

Bara [END] OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang