Part 5. Ruang Hampa

165 18 2
                                    

Luka nyataku bertumpuk, luka kalbuku terpupuk.

                   -Bara-

Pagi ini Liora, Ahsan dan Dina pergi untuk berkunjung ke rumah nenek di kampung. Bara membereskan rumah lalu berangkat kerja, Hari ini minggu. Jadi Bara gak ke sekolah melainkan kerja.

Saat Bara keluar rumah hendak berangkat kerja. Ada ibu-ibu seumuran Liora datang membopong anak perempuan yang seumuran dengan Dina.

"Ini nak Bara kan? Nak ibu minta tolong untuk bawa Eca anak ibu ke rumah sakit, badannya panas tinggi dari kemaren. Nafsu makannya semakin berkurang," ucap Ibu itu rinci.

Bara berfikir sejenak, di rumah ada montor tapi gak boleh di sentuh apalagi di pakai oleh Bara namun ibu itu lebih membuntuhkan pertolongan.

"Iya bu saya Bara, kalo begitu kita langsung aja ke rumah sakit," ajak Bara mengeluarkan motor dari teras.

Bara yang tak pandai menaiki motor itu memaksakan diri untuk membantu, sampai di rumah sakit. Bara langsung membopong anak itu ke dalam diikuti ibu dari belakang.

Usai mengurus ibu dan anaknya, Bara kembali menghampiri motor yang ada di parkiran rumah sakit. Bara panik saat melihat  motor Ahsan terguling ke samping.

"Aduh! Kenapa aku lupa memarkirkan dengan benar, ada lecet di mana-mana lagi," ucap Bara panik sambil memeriksa motornya.

Bara meneruskan perjalananya ke pasar. Ia mulai menjadi tukang parkir di tempat langgannya, saat baru sampai Bara sudah di tuduh melecetkan motor seseorang.

"Mas gimana sih! Motor saya biasanya gak lecet kok jadi lecet semua kayak gini. Mas gak bener ya kerjanya," teriak salah seorang laki-laki keluar dari toko buah pinggir jalan.

"Loh mas ada apa? Saya baru dateng kok langsung di tuduh," tanya Bara lirih.

"Alah mas jangan pura-pura gak tau deh, mas tadi disini lo ngatur parkiran trus duduk disitu," jawab lelaki itu.

"Bukan saya, saya baru dateng. Itu buktinya motor saya," elak Bara berbisik dengan lembut.

"Saya gak mau tau, mas harus ganti rugi sebab kelalaian anda!" Gertak lelaki itu kasar.

Bara yang mendengar itu terdiam kaku, ganti rugi apa? Dia tidak melakukan apa-apa bahkan baru datang. Kalaupun ada uangnya pasti bisa mengganti rugi.

"Tapi saya belum ada pendapatan sepeserpun, bagaimana bisa mengganti rugi?" Ucap Bara lirih dengan kelembutan khasnya.

"Motor kamu saja saya sita! Sampai nanti sore kamu gak bisa tebus. Motor itu akan menjadi milik saya!" Bentak lelaki itu membawa motor Bara pergi.

"Tapi kan mas," ucap Bara mencoba mencegah tapi sudah terlanjur pergi jauh.

Bara membuang nafas kasar, ia duduk di teras toko buah yang ada di pinggir jalan dalam pasar. Ia sekarang menargetkan pendapatan supaya bisa menebus motornya yang di bawa lelaki tadi.

Parkiran ramai bahkan dua kali lipat lebih ramai dari biasanya, Bara gembira karena akan bisa menebus motornya yang disita. Dari kejauhan, Ahsan datang membawa kayu panjang di pundaknya menghampiri Bara dengan jiwa yang sudah marah.

"Bara! Kamu ya memang dasar anak gak berguna! Anak gak tau di untung. Di suruh jaga motor satu aja gak bisa, mana motor ayah yang ayah titipin ke kamu?" Tanya Ahsan dengan nad tinggi.

"Di-- di sita orang yah," jawab Bara gugup.

"Ha? Kok bisa di sita orang? Pasti kamu yang nakal ya sampe motor ayah jadi korban. Sekarang ayah mau kamu ambil motor itu!" Gertak Ahsan kasar sambil menjewer telinga Bara.

Bara pergi berjalan kaki mencari orang yang menyita montornya, sudah berkeliling pasar tapi gak nemu orangnya bahkan di ulangi sampai tiga kali tetap saja tidak ketemu akhirnya Bara memberanikan diri kembali menghampiri ayahnya dengan tangan kosong.

"Mana motornya?" Bentak Ahsan melihat Bara kembali dengan tangan kosong.

"Motornya hi--hilang," jawab Bara gugup sambil menunduk.

"Hilang?Kamu ini gimana sih? Apa kamu kira harga motor ini murah! Sini kamu. Ayah kurung kamu dalam gudang," sahut Ahsan menarik tangan Bara kasar di bawa pulang ke rumah.

Di rumah, Bara di banting di atas Sofa oleh Ahsan. Liora yang masih di teras langsung membuntuti Ahsan ke dalam.

"Ada apa ini yah? Anak gak becus itu berulah lagi ya?" Tanya Liora pada Ahsan yang terbakar amarah.

"Ini nih anak kamu, Dia ngilangin motor aku!" Teriak Ahsan geram.

"Apa? Kamu emang anak yang gak berguna, gak tau di untung!" Umpat Liora memukuli Bara kuat tepat di luka yang ia ikat dengan kain merah di dahi.

Bara mencoba mengelak dengan merapatkan tanganya  di depan muka supaya gak kena pukulan.

"Kau sungguh menyanyangiku. Hingga kesalahanku pun kau tau, bu kau ibu terbaik yang pernah ada di hidupku," gumam Bara dalam hati.

Liora melempar Bara ke dalam gudang dengan kasar lalu gudang itu di kunci dari luar.Bara terbentur sikutnya hingga berdarah, kepala sudah diikat kain merah. Dengkul juga di ikat dengan kain biru. Sekarang sikut juga akan diikat dengan kain warna hijau.

Bara berdiri tertatih tatih membuka jendela yang telah berkarat saking lamanya tidak di buka. Bara mengintip ke luar melihat senja bersinar-sinar.

"Bu, aku rindu kasih sayang yang selalu ibu berikan kepada aku. Tanpa ibu mungkin aku dulu takkan kembali lagi di rumah ini," bisik Bara.

"Kalo boleh aku memutar waktu, aku pasti akan memutarnya ke waktu kita bertemu dulu. Dimana lembutnya kasih sayangmu sangat tulus hingga kau rela jadi madu dari Ibu kandungku," tambah Bara sedikit bercerita.

Gudang yang luasnya seluas kamar mandi kecil itu selalu menjadi ruang hampa bagi Bara yang selalu terluka dan mendapat hukuman di dalam situ.

Di situ ada bermacam-macam barang mulai dari ikat luka, obat luka, dua tas ransel, Kasur kecil dan lilin.

Iya lilin. Bara lebih suka menyalakan lilin daripada lampu sebab dengan begitu ia merasa di temani oleh alm. Ratna saat keluarganya bangkrut dahulu.

"Lilin putih yang manis, temani aku meyambut malam yang gelap. Tetap jadi pengganti ibuku yang setia ya," umpat Bara dengan manisnya mulut.

Bara sebenarnya manis dan perhatian, dia suka menjelaskan namun tidak untuk sekarang. Sekarang ia lebih suka diam dan melakukan apa yang ia bisa.

Selalu memakai masker sebab tersenyum pun kini Bara tak mampu, hanya terkadang air mata yang menggantikan senyum dan jiwa ceritanya pada sesiapa yang menatapnya.

Ia ingin terlihat misterius dan tertutup supaya orang tak tau kalau dia itu terluka, ia ingin orang di sekitarnya tetap menganggap ia baik-baik saja tanpa celah luka.

                   Bersambung

Hulla
Lup lup full♡♡♡ dari akuh🤓
Gimana bagus gak?

Mau di next kah? Kalo mau cukup komen next dan kasih vote juga jangan lupa follow me biar tau semua karya-karyaku.

Mampir ke ig: angkasa601
Ke fb: Niki bekti.

Ku tunggu gengs

Bara [END] OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang