Part 11. teman

101 16 0
                                    

Mungkin dia tau banyak hal tentangku hingga mau menemaniku.

                   -Bara-

Bara menyalakan lilin yang telah ia ganti baru kemaren, setiap dua minggu sekali ia selalu mengganti lilin. Ia meraih buku di dekatnya.

Ada bayangan hitam masuk menghampiri Bara, sebenarnya ia ingin berteriak tapi ketika mendongak ternyata Liora yang berdiri di depannya.

"Ibu ngapain disini?" Bisik Bara lirih.

"Ibu mau buang sampah! Lihat tuh apa yang kamu bawa," pinta Liora merebut buku di tangan Bara.

"Bu jangan diambil," cegah Bara.

Liora menyobek setiap halaman buku itu sambil tersenyum licik, ia tak akan tinggal diam lihat Bara bahagia. Ia tau bahwa buku itu yang menyebabkan Bara mendapat penghasilan banyak.

"Jangan di sobek bu, hentikan!" Cegah Bara menitikkan air mata.

"Apa? Ini sampah Bara dan harus di sobek dulu sebelum di buang! Dah ibu mau buang ini semua," ucap Liora mengambil sobekan di lantai lalu di hamburkan di atas kepala Bara. Sementara Bara sudah menangis tersedu-sedu.

"Kau tau itu sumber penghasilanku tapi kau membuangnya! Di mana otakmu? Apa sengaja agar aku lebih terluka!!" Gumam Bara dalam hati sambil terus meluncurkan alimata.

Liora sudah berlalu, Bara menangisi sobekan buku-buku yang berserakan dan mulai mebereskannya satu persatu. Seburuk itukah ia di mata ibunya.

Malam berganti Pagi, Bara beberes rumah. Ia langsung pergi tanpa sarapan terlebih dahulu, ia tau nanti gak akan bawa uang sebanyak kemaren jadi ia berangkat pagi sekalian cari kerjaan.

Bara melangkah kesana kemari melamar kerjaan pada penjual-penjual di pasar, semuanya menolak karena takut tidak bisa membayar bila dagangannya sepi. Alhasil ia duduk di taman sambil termenung.

Cahaya yang tak sengaja lewat langsung bersembunyi di balik pohon besar, ia tau pasti Bara bimbang tentang kerjaan lagi. Jadi ia tak akan tinggal diam kini, sudah lama ia akan membantu namun tertunda waktu. Ia langsung menghampiri Bara di taman.

"Hai, boleh duduk?" Sapa Cahaya sambil tersenyum.

"Ya," jawab Bara cepat.

"Boleh tau nama kamu? Beberapa kali aku melihatmu di sini bekerja dan aku ingin berteman denganmu siapa tau bisa bantu," sahut Cahaya memandang Bara di sampingnya sambil memegang tas kecil di pangkuannya.

"Bara," timpal Bara singkat.

"Kamu gak ingin tau namaku?" Tanya Cahaya menghela nafas kasar. Ia di buat geram oleh sifat cuek Bara.

"Namamu?" Sahut Bara sambil menunduk.

"Aku cahaya," jawab Cahaya dengan senang hati menjulurkan tangannya.

"Iya, aku gak bisa berjabat tangan," ucap Bara cepat.

"Kenapa?" Tanya Cahaya keheranan.

Bara menautkan jari tangannya sambil menghembuskan nafas kasar, dia selalu merinding bila berjabat tangan dengan orang lain apalagi perempuan.

"Cih apa penting aku menjelaskan diriku dengan detail? Aku ini kan gak berguna, kata ibu begitu," gumam Bara dalam batin.

"Hei malah diam, kenapa gak bisa berjabat tangan?" Gertak Cahaya menghancurkan kediaman.

"Eh hmmm ... ya gapapa," jawab Bara setengah berfikir.

"Jadi gimana, boleh nggak aku jadi teman kamu?" Tanya Cahaya menaikkan alisnya sebelah.

Bara [END] OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang