05; Tragedi

791 79 2
                                    

Tak terasa tahun demi tahun berganti, Marcel pun kini sudah menduduki kelas 5 SD, begitu juga dengan Brian yang kini duduk di kelas 9 SMP. Meski demikian keduanya masih senang melakukan segala kegiatan bersama-sama, tak berbeda dengan saat mereka kecil dulu.

Marcel masih sering tidur dengan didongengkan oleh Deana, pun masih dinyanyikan lagi pengatar tidur seperti Bintang Kejora dan Ambilkan Bulan, namun yang berubah adalah ia sudah tak lagi satu kamar dengan Brian.

Alasannya sederhana, karena badan mereka sudah semakin besar, membuat kasur mungil yang dulu mereka tempati bersama tak lagi buat untuk ditiduri berdua.

"Do-Doyi," cicit Marcel sembari mengusap bulu seekor kucing belang hitam-putih bernama Dory yang ada digendongannya. Mengulang lagi memanggilnya, "Doyi, Doyi, Doyi." Membawanya dalam gendongan.

Dory, adalah kucing yang ditemukan Marcel sewaktu kelas satu. Kucing jalanan yang sempat menjadi sebab Brian mendapat hukuman dari pihak sekolah akibat adu pukul dengan salah satu teman kelasnya—Roni. Bukan tanpa sebab, semua berawal dari Roni yang mengatakan bahwa Brian merupakan babu dari Marcel, hingga masuk ke ranah perundungan terhadap Marcel membuat amarahnya meluap.

Memang, apa salahnya kalau Marcel merupakan bagian dari salah satu penderita ASD? Toh, itu bukan pilihannya. Mereka yang mencerca dari sebagian kekurangan seseorang adalah sesungguh-sungguhnya pemilik keterbatasan. Otak dangkal, bebal, minim empati, miskin simpati, hey, apa dia manusia? Mereka tidak pernah tahu, seberapa menderita orang-orang dengan keterbatasan tersebut, tidak bisa memahami seberapa keras Marcel berjuang sampai di titik ini. Jelas saja, Marcel tidak akan mengerti perundungan yang dilakukan oleh Roni.  Namun, Brian, yang jelas paham bahwa bocah tersebut sedang bertindak kurang ajar, maka Brian tidak akan tinggal diam.

Di hari yang sama, seusai pemukulan yang Brian lakukan terhadap Roni, ia pun menekankan, siapa pun yang berani menghina, merundung, melukai adiknya—Marcel—akan berakhir mengenaskan seperti Roni. Hari yang cukup melelahkan, sebab seusai di hukum, Brian masih harus menjalani skorsing serta, hukuman dari Deana; yaitu, mencabuti rumput halaman.

Kala itu juga Deana sempat mengkonsultasikan kepada dokter yang menangani kondisi Marcel; apakah jika anak berkebutuhan khusus sepertinya diperbolehkan memelihara hewan?

Dan ternyata dokter yang menangani Marcel setuju dengannya. Karena menurut dokter, itu bisa membantu Marcel dalam meningkatkan ekspresi wajah juga cara bicaranya.

Hasilnya juga bagus, Marcel jadi lebih lepas dalam berekspresi, ia jadi lebih sering terlihat senyum, tertawa atau sekedar berceloteh. Meskipun dalam susunan kata yang masih kurang benar penempatannya.

Tapi, bukankah ini adalah sebuah pencapaian?

Jadi dengan kehadiran Dory, si kucing belang di rumah mereka, otomatis juga memberikan pengaruh baik pada pemiliknya, Marcel sendiri.

Kucing yang usianya sudah masuk masa remaja itu pun nampak setia pada si majikan. Kemanapun Marcel pergi ia akan selalu ikut mengekori. Seperti saat ini, di hari libur dengan langit yang nampak cerah, Marcel, Brian serta Deana terlihat asyik duduk-duduk santai di atas hamparan rumput yang berada di taman komplek. Di depan mereka ada sehelai kain yang dijadikan tikar, beberapa cemilan, buah, juga minuman yang diletakan di bagian tengah.

Ah, sebenarnya tidak hanya makanan serta minuman saja yang ada di atas karpet itu. Tapi, juga buku gambar dan beberapa batang crayon kepunyaan Marcel yang tercecer begitu saja setelah digunakannya.

Mereka tenggelam kegiatan masing-masing. Si bungsu bersama kucingnya yang nyaman dalam pelukannya, sedang sulung tak henti menggulir layar ponsel yang menampilkan video-video yang muncul di beranda sosial media hingga berakhir keluar dan memilih salah satu ikon game. Deana sendiri kian asik dengan buku tebal serta buah anggur yang tak berhenti dimasukkan kedalam mulut—bahkan di dalam sana masih penuh.

He's My Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang