Deana benar-benar tidak bisa menolak kemauan Brian. Dia tidak tega melihat putranya menjerit, meminta bayi mungil itu pulang bersama mereka. Melihat hal demikian, David pun tidak keberatan sama sekali, hanya saja dia berpesan kepada Brian untuk bisa bersikap lebih dewasa karena sekarang ia adalah seorang kakak. Mengingat tingkahnya yang penurut, serta berempati tinggi sejak kecil, seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai hal itu. Namun, tidak salah juga memperingati sang anak, supaya terhindar dari rasa cemburu apabila mamanya menjadi lebih dekat dengan sang adik-sebab pasti bayi butuh perhatian khusus.
Brian melonjak girang mendapat persetujuan dari orang tuanya. Deana juga David tidak menunda banyak waktu untuk mengurus berkas-berkas adopsi. Sedikit banyak mereka terkejut-tidak menduga jika ternyata proses mengadopsi bayi tidaklah mudah. Terutama, bayi yang mereka adopsi merupakan bayi yang ditelantarkan.
Mereka harus mengirimkan surat permohonan adopsi anak ke Dinas Sosial. Apabila permohonan pengangkatan anak diterima Dinsos dan Kemensos, maka akan dibentuk Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak yang mana akan mengirim Tim Pekerja Sosial (Peksos) ke rumah calon orang tua angkat. Tim Peksos ini akan mengadakan dialog dengan calon orang tua angkat mengenai kelayakan secara psikologi, sosial, ekonomi dan melihat segala aspek kelayakan untuk bisa mendapatkan hak asuh.
Tidak berhenti disitu, Deana serta David harus bersedia di awasi oleh Tim Peksos selama 2 kali dalam masa 6 bulan. Namun sebelumnya Deana dan David akan di rekomendasikan oleh tim Peksos ke tim Tippa yang mana masih akan dimintai surat-surat keterangan berupa, surat menikah, surat kesehatan, dan SKCK, juga surat penghasilan demi mengetahui kelayakan hak asuh terhadap anak. Apabila selama pengawasan tidak terdapat hal-hal janggal, hak asuh penuh akan diberikan kepada mereka secara sah oleh pengadilan.
Mereka begitu sibuk mengurus banyak hal, merawat Brian juga Achel yang semakin hari terlihat semakin dekat. Ah, Achel adalah panggilan sayang Brian terhadap adik manisnya yang di beri nama Leander Marcelino Warren. Mereka melewati bulan pertama hingga kedua begitu mudah, Marcel tumbuh dengan sangat baik. Tak jarang Deana tersenyum geli melihat tingkah Brian yang begitu usil merebut mainan Marcel. Namun lebih lucu lagi, Brian yang justru merasa bersalah karena ulahnya sementara Marcel tidak beraksi apa-apa.
Marcel adalah bayi yang manis dan tidak rewel, jarang sekali menangis keluali sedang lapar atau mengantuk. Apabila dua hal ini telah menghampirinya, maka jangan tanya lagi bagaimana reaksinya. Tentu saja, Marcel akan menangis kencang dan susah didiamkan. Butuh waktu beberapa jam untuk menenangkannya-minimal satu jam. Tak jarang kejadian seperti ini membuat Brian ikut menangis yang justru membuat Deana semakin kelabakan.
Kunjungan pertamanya berjalan mulus di usia Marcel yang memasuki 3 bulan. Hingga menginjak bulan ke-empat mereka merasa ada suatu yang janggal pada diri Marcel. Putra kecilnya tidak bereaksi terhadap benda yang bergerak di depannya, hal tersebut jauh berbeda dengan Brian dimana seusia itu gerak matanya bisa mengikuti arah benda. Marcel terlihat begitu kosong, seperti melamun. Marcel juga cenderung pasif. Bukankah, bayi 4 bulan sudah bisa melakukan gerak, minimal menggenggam, atau miring-tapi Marcel tidak, motoriknya lambat.
"Ma, Achel kok gak mau pegang mainannya, sih!" Brian mendengkus kesal karena reaksi Marcel. Kejadian ini tidak hanya satu atau dua kali terjadi. Jika dulu Marcel mau memegang tanpa memainkan, sekarang lebih sering apatis, atau sekedar memperhatikan gerak Brian yang terlihat seperti cacing kepanasan.
Deana selalu menekankan kepada Brian bahwa, tidak apa-apa jika Marcel tidak meresponnya karena dia masih bayi. Jadi Marcel tidak bisa membedakan mana yang harus dipegang, atau bagaimana cara memegang yang benar. Brian hanya harus bersabar, mengajari Marcel memegang sesuatu dan mengajaknya bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Brother [END]
FanficSEGERA TERBIT Bagi Brian Canavaro Warren, Leander Marcelino adalah saudara paling sempurna yang Tuhan berikan untuknya meski mereka tak dilahirkan dari rahim yang sama. Achel panggilannya, penderita autism spectrum disorder (ASD) yang dianggap sebag...