Drap!
Drap!
Drap!
Suara lari dari beberapa pasang kaki menderap di atas rerumputan pada tepian danau. Gemerisik daun yang ditiup sang angin, serta bunyi kecipak dari riak air yang dilempari batu ikut mengiringi suara larian tersebut.
Hingga seorang remaja nampak berdiri di hadapan dua pria muda, untuk mengadukan sesuatu pada salah satunya. "Winnie! Winnie! Si Achel, tuh!"
"Loh? Achel kenapa emang, Chik?" Lain Weynie yang menjawab, itu justru Brian yang menyahuti.
"Chiko 'kan tadi mau gelembung, terus diambil sama Achel!" adunya sambil bersidekap; menunjukan gestur tengah marah.
"Bukan gitu." Mendadak Ara datang mendekat sambil menggandeng lengan Marcel. "Tadi Achel main gelembung sabun sama Ara, terus Chiko dateng-dateng malah langsung ngerebut, tapi sama Achel gak boleh, abis itu mereka berantem bikin air gelembungnya tumpah semua ke tanah gara-gara ditarik Chiko," papar Ara, berusaha meluruskan apa yang terjadi.
Tapi bukannya membenarkan, Marcel yang digandeng itu malah bersembunyi di balik punggung si gadis; takut karena Chiko memandang marah padanya.
"Kok Achel malah ngumpet?" tanya si kakak.
"Uung ... A-Achel mu Kikko cu-cuwa waw," cicit Marcel, entah apa artinya. Tapi setelah itu ia keluar dari balik punggung Ara dan merlari ke arah Brian, bersembunyi di balik tubuh yang dewasa sembari menunjukkan tangan kepada Chiko. "Jeuwet!" katanya.
"Achel tu ngomong apa?" tanya Brian sambil membalikkan tubuh menghadap si adik.
Tapi alih-alih menjawab, Marcel justru memekik kencang pada Chiko. "KI-KIKKO JEUWEETT!"
Jelas saja teriakkannya barusan mengundang emosi dari satu remaja lainnya, hingga suara jeritan serupa pun segera menyusul memekakkan telinga. "ACHEL YANG JELEK! KITA KEMUSNAHAN!"
"Eh? Kok malah jadi berantem gini," sergah Weynie lantaran Chiko hendak maju memukul Marcel.
"Eh ...."
"Aaaaackk! KIKKO JE-JEUWET!"
Untung saja berhasil dicegah karena saat itu juga Ara justru berkata, "beli gelembung baru, yuk! Yuk! Beli, yuk!" Yang sukses membuat Chiko diam tak lagi memberontak.
Tapi tentu saja tidak dengan suara teriakan yang kembali terdengar. "CHIKO MAU BELI GELEMBUNG! MAU BELI GELEMBUNG!" katanya sembari menghentak-hentakan kaki ke tanah. "ACHEL GAK BOLEH DIBAGI!" tambah Chiko lagi kali ini disertai lidah yang menjulur, hendak meledek.
Mendengar teriakan itu, bibir mungil nan ranum Marcel pun melengkung lucu ke bawah. Matanya yang bulat nampak berkaca-kaca mana kala ia mulai merengek pada kakaknya. "Uuhh ... By-Byan...." Lalu menangislah Marcel setelahnya.
***
Di luar nampak mendung, kelabunya awan semakin lama semakin terlihat pekat. Angin pun bertiup dengan kencang dan dari kejauhan bunyi gemuruh petir mulai terdengar.
Marcel sedang menyusun balok jenga saat Brian datang membawa segelas susu hangat dan duduk di depannya. Lelaki dewasa itu tersenyum tipis melihat si adik yang asyik bermain sendiri di tepian ruang tamu. Kepergian Weynie, Chiko dan Ara ke supermarket membuat keduanya harus rela menunggu untuk beberapa waktu.
"Achel mau susu?" tanyanya kemudian.
"Hng?" seperti biasanya, si adik pasti akan merespon dengan suara gumaman saja.
"Susu," jawab si kakak, "Achel mau susu?" ulanginya lagi.
"Cu-cucu?" cicit si bungsu, dan saat kepala kakaknya itu mengangguk dirinya pun segera merangkak mendekat sebelum kembali mencicit kecil. "M-mau cucu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Brother [END]
FanfictionSEGERA TERBIT Bagi Brian Canavaro Warren, Leander Marcelino adalah saudara paling sempurna yang Tuhan berikan untuknya meski mereka tak dilahirkan dari rahim yang sama. Achel panggilannya, penderita autism spectrum disorder (ASD) yang dianggap sebag...