TYT-1

9.2K 378 8
                                    

Bugh....

"Ahh. Enaknya!" Wanita itu berbaring terlentang, mengistirahatkan tubuhnya yang terasa pegal. Kakinya bergerak, melepaskan stiletto dua belas centi yang cukup menyiksanya. Setelah itu dia berbaring miring, mencari guling kesayangannya untuk dipeluk. Namun, setelah tangannya meraba-raba, dia tidak menemukan benda yang dicari.

"Ah! Siapa yang masuk kamar gue?" Valeria menggeram sebal. Dia menyugar rambutnya lantas mengerjab. Saat itulah dia mendapati wajah seseorang yang menunduk di hadapannya. Namun, dia tidak bisa melihat jelas wajah itu.

Valeria menggeleng, mengenyahkan pikiran itu. "Nggak ada yang berani masuk kamar gue, tanpa seizin gue!"

"Ini bukan kamar lo." Suara berat itu mulai terdengar.

"Ha? Ini kamar gue!" Valeria duduk tegak. Dia mengedarkan pandang, mendapati satu set sofa di sebelah ranjang. Di dekatnya ada dua pintu balkon yang tertutup lebar. Seingatnya, di kamarnya tidak ada balkon, hanya jendela besar yang selalu dia tutup.

"Udah sadar kalau ini bukan kamar lo?"

Pandangan Valeria kembali tertuju ke sosok lelaki itu. Dia memiringkan kepala sambil mengerjabkan mata. Lelaki itu tampak tidak asing, tapi Valeria tidak mampu mengingat. "Ngapain lo bawa gue ke sini?"

Lelaki itu tersenyum masam. Dia menunduk, mencengkeram dagu lancip wanita di depannya. "Lo yang minta ke sini."

"Nggak mungkin!" Valeria menyentak tangan dingin yang berada di dagunya itu. "Gue harus balik!" Dia beranjak, tapi tubuhnya langsung di dorong oleh lelaki itu.

"Lo yang merengek minta ditemenin, Val." Lelaki itu melepas kancing kemejanya dengan gerakan pelan. Sedangkan pandangannya tetap tertuju ke Valeria.

Valeria menelan ludah melihat apa yang ada di hadapannya. Dia mengerjabkan mata saat melihat dada bidang dan berotot itu. "Lo. Ma... ma...u... nga... ngapa...in?"

"Menurut lo?" Lelaki itu menunduk. Tangannya besarnya mulai menggenggam tangan wanita di depannya.

Glek.... Valeria menelan ludah. Dia melirik kedua tangannya yang berada di sisi kepala dan tengah bergandengan dengan tangan besar. Lantas dia menatap wajah di atasnya. Matanya terpejam, dia yakin lelaki itu memiliki mata yang dalam. Alisnya tampak tebal dan sedikit runcing di bagian ujung. Kemudian pandangan Valeria tertuju ke hidung mancung yang terlihat kokoh itu.

"Udah inget gue?" Lelaki itu lantas membuka mata. Dia tersenyum mendapati wajah di depannya itu diam tidak berkutik. "Mahesa."

"Ma... mahesa?" Valera terlihat begitu terkejut. Dia menggeleng, tidak mungkin lelaki di depannya adalah Mahesa. Dulu, seorang Mahesa tidak setampan itu. "Hah. Nama Mahesa banyak, kan?"

Satu alis Mahesa tertarik ke atas. "Menurut lo?"

Tubuh Valeria kian meremang. "Mahesa...."

"Ya!" Mahesa menatap Valeria yang memejamkan mata dengan napas memburu itu.

Mata Valeria seketika terbuka. Dia mendapati Mahesa yang tersenyum jail. "Jangan godain gue! Jangan main-main."

"Gue nggak ada niat main-main sama lo!" Mahesa mendekatkan wajah hingga keningnya menempel di kening Valeria.

Valeria hanya mengangguk. Sungguh, tubuhnya sekarang terasa lemas. Dia ingin menarik kepala Mahesa dan mencium lelaki itu. Sayangnya, kedua tangannya dikunci oleh tangan Mahesa. "Sialan! Jangan kayak gini."

"Gue suka mulut pedas lo." Mahesa terkekeh pelan. Setelah itu dia menempelkan bibirnya di bibir Valeria.

Saat bibir dingin itu terasa di bibir Valeria, dia tidak bisa lagi menahan. Dia mencium bibir itu lebih dulu. Sayangnya, bibir itu hanya diam. Valeria langsung membuka mata. "Lo nggak bisa ciuman atau gimana?"

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang