"Nih minum!"
Valeria menatap cangkir krem yang berada di depannya. Dia hanya mengangkat bahu kemudian membuang muka. Pandangannya terarah jendela ruang tengah yang memperlihatkan gedung bertingkat dengan lampu yang menyala. Pemandangan di depannya memang indah, tapi dia bersama orang yang salah.
"Nggak mau minum?" Mahesa menyeruput kopinya sambil menatap Valeria. "Ya udah," ujarnya sambil membawa kembali cangkir berisi teh untuk Valeria.
Diam-diam Valeria melirik. Dia mendengus mendapati Mahesa yang mengambil kembali minuman yang disajikan. "Jadi, buat apa lo ngajak gue ke mari?"
Mahesa tersenyum kecil mendengar suara Valeria. Sejak dari restoran hingga apartemen, wanita itu hanya diam. Wajah Valeria juga tampak marah, bedanya wanita itu tidak meluapkan kemarahannya.
Di ruang tengah, Valeria menunggu jawaban Mahesa. Dia mendengar ada suara dari dapur, tapi Mahesa tetap diam. "Oke gue pulang!" Valeria beranjak dari posisinya.
"Lo udah bikin gue marah."
Kalimat Mahesa membuat langkah Valeria terhenti. Dia berbalik, tapi tidak mendapati sosok Mahesa. "Marah ke gue?" tanyanya dengan senyum meremehkan. "Yakin nggak marah ke Rose? Mantan pacar tercinta lo."
Mahesa memegang cangkir yang baru saja dia cuci dengan erat. Dia meletakkan cangkir itu begitu saja kemudian memutuskan keluar. Pandangannya seketika tertuju ke Valeria yang berdiri di dekat pintu utama. "Lo nggak usah ikut campur."
"Gue bantu lo!" ujar Valeria. Dia membuang muka kemudian tersenyum samar. "Ah, gue tahu lo nggak mau terlihat lemah, kan?"
"Nggak ada lelaki yang mau terlihat lemah," jawab Mahesa seraya berjalan menuju ruang tengah. Dia duduk di sofa panjang kemudian merogoh ponsel.
Satu alis Valeria tertarik ke atas. Sungguh, dia bingung dengan tingkah Mahesa. Lelaki itu memaksanya ikut, tapi sekarang mendiamkannya. "Cuma gini doang, Hes?"
Perhatian Mahesa teralih. "Lo mau ngulang malem kemarin?"
"Enggak!" Valeria bergerak mundur. Dia memperhatikan Mahesa, tidak ingin lelaki itu tiba-tiba bangkit kemudian menyeretnya. Ah, gue nggak mau nyerah kayak kemarin. Dia membatin sambil menggeleng tegas.
"Bayangin semalem?"
Tubuh Valeria sontak menegang. Dia menatap Mahesa dengan mata memicing. Lelaki itu benar-benar mengusiknya. "Jangan bikin marah, Hes!"
"Gue nggak bikin lo marah," jawab Mahesa. "Nggak capek berdiri di situ terus? Sini duduk." Mahesa menepuk sisi sofa sebelahnya tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponsel.
Valeria mendengus. Mana mungkin dia duduk di samping Mahesa. "Gue mau balik," ujarnya sambil berbalik menuju pintu.
Saat memegang gagang pintu, benda itu tidak kunjung terbuka. Valeria kembali menghadap Mahesa. "Bukain pintunya."
"Gue sibuk," jawab Mahesa tanpa repot-repot menatap Valeria.
"Hes...." Valeria setengah membujuk.
Tet.... Tiba-tiba terdengar suara bel.
Valeria tersenyum senang, dia bermaksud memanfaatkan keadaan. "Hes, ada tamu."
Mahesa tersenyum samar. Dia memasukkan ponsel ke saku kemudian beranjak. Saat melewati Valeria, tangannya melingkar ke pinggang wanita itu.
"Hes...." Bola mata Valeria membesar karena tindakan Mahesa. Dia berusaha menjauhkan, tapi lengan itu semakin menariknya mendekat.
"Diem," bisik Mahesa terdengar seperti godaan. Setelah melihat Valeria tidak berkutik barulah dia membuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Your Time
Romansa[TAKE SERIES 1] Valeria tidak menyangka akan terjebak di antara Rose mantan sahabatnya dan Mahesa mantan Rose. Valeria yakin, Mahesa mendekatinya karena ingin balas dendam ke Rose. Awalnya Valeria tidak mau berurusan dengan Rose atau Mahesa lagi. Na...