TYT-28

2.4K 189 2
                                    

Sejak kapan lo jadi marah karena sebuah pesan, Val?

Pertanyaan Mahesa masih terngiang di kepala Valeria. Dia menatap kursi kosong di depannya. Mahesa meninggalkan tempat itu sekitar dua menit yang lalu. Setelah menunggu jawaban Valeria yang tidak kunjung keluar.

"Ck!" Valeria seketika berdiri sambil menyampirkan tasnya. Dia mempercepat langkah keluar dari restoran.

Valeria mengedarkan pandang, mencari sosok Mahesa. Dia berlari menuju zebra cross, yakin Mahesa masih di sana. Namun, sebelum sampai tujuan, Valeria melihat seorang lelaki yang berjalan di trotoar seberang.

Refleks Valeria berbalik. Dia memandang ke arah seberang. Kali ini posisi mereka tertukar. Namun, keadaannya masih sama. Valeria yang mengikuti langkah Mahesa.

Sejak kapan saling menghubungi menjadi penting?

Pertanyaan Mahesa kembali terngiang di pikiran Valeria. Wanita itu cukup kaget mendengar pertanyaan itu. Seolah memberi arti bahwa Mahesa terusik dengan pesannya.

"Lo nggak mau hubungi gue lagi, ya?" gumam Valeria sambil terus menatap Mahesa.

Valeria tersenyum karena Mahesa memakai kemeja pilihannya. Bahkan style lelaki itu mengikuti sarannya. Sayangnya, pembicaraan tadi membuat keadaan menjadi buruk.

"Aah!" Valeria mengacak rambut. Dia bingung kenapa akhirnya seperti ini? Padahal, kedatangannya untuk mencari tahu apa yang terjadi antara Mahesa dan Rose. Alasan kedua karena Valeria ingin melihat wajah Mahesa.

Sepertinya Valeria tidak bisa berbohong lagi. Dia ingin bertemu Mahesa, wajah yang selama beberapa hari ini terus ngiang di kepalanya. Terlebih saat dia memeluk Mahesa di saat sakit. Valeria merasa seperti mendapat penopang baru. Meski dia sendiri tidak yakin lelaki itu mau menopangnya.

"Apa gue mulai tertarik sama lo?" Valeria refleks menghentikan langkah. Perhatiannya masih tertuju ke Mahesa yang berjalan dengan kedua tangan di masukkan ke saku itu.

Valeria tersenyum. Tanpa sadar dia terbayang awal pertemuannya dengan Mahesa. Saat itu Mahesa terlihat polos dengan rambut yang sangat tipis. Lelaki itulah yang menolongnya dari loteng. Lelaki itulah yang meminjamkan pahanya untuk kepala Valeria. Di saat beberapa jam sebelumnya Valeria merasa kehilangan.

"Gue beneran suka sama lo?" gumam Valeria.

Mata Valeria mulai berkaca-kaca. Dia bingung kenapa harus merasakan hal itu sekarang. Hatinya hampir membeku lagi setelah dikecewakan Jehan. Namun, mengapa sekarang menjadi leleh karena Mahesa? Valeria pernah menolak lelaki itu. Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali.

"Apa ini karma?"

Mungkin memang karma. Orang yang paling dibenci bisa berubah menjadi orang yang dicintai. Orang yang pernah ditolak, bisa jadi orang yang ingin dikejar. Hidup terkadang dengan mudah membalikkan keadaan.

Valeria menengadah saat merasakan air matanya hampir turun. Dia mengusap bagian bawah mata kemudian kembali mengikuti Mahesa. Langkahnya terhenti saat Mahesa berbelok ke arah gedung. Meski begitu Valeria tidak kunjung berajak dan terus memperhatikan.

"Apa secepat itu gue tertarik sama lo?" Valeria menggumam dengan air mata yang mulai menetes. Dia mendongak sambil berusaha menghapus air matanya. "Cih! Kenapa semuanya jadi rumit gini?"

Valeria menghapus air matanya dengan kasar. Dia menatap Mahesa yang sudah tidak terlihat lagi. Seketika dia berjalan menjauh sambil berusaha menahan air mata.

***

Lelaki yang berdiri di balik pos satpam itu perlahan keluar dari persembunyiannya. Dia berjinjit melihat wanita bercardigan krem yang berjalan menjauh. Dia lega, karena wanita itu akhirnya pergi.

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang