TYT-56

1.9K 245 10
                                    

Nanti dia pasti ngajak nonton.

Ah enggak! Pasti dinner romantis.

Tapi Mahesa nggak romantis.

Sepanjang perjalanan, Valeria terus memikirkan apa yang akan terjadi nanti malam.

Tiba-tiba Mahesa memintanya untuk mempersiapkan diri. Pasti lelaki itu sudah merencanakan sesuatu. Tidak sulit bagi Mahesa untuk mewujudkan keinginannya. Duit bisa berbicara.

"Ah! Gue harus siapin diri. Secantik mungkin!" Valeria tersenyum samar sambil mempercepat langkah menuju unit apartemennya.

Valeria ingin tampil cantik hingga membuat Mahesa melongo. Dia ingin merawat tubuh, ingat tubuhnya sudah lama tidak mendapatkan treatment. Belum lagi rambutnya yang mulai terlihat kaku.

"Hiks...."

Saat membuka pintu, Valeria dikejutkan dengan seseorang yang sedang menangis. Dia berjalan menuju ruang tengah dan mendapati layar televisi sedang menyala. Setelah itu pandangannya tertuju ke Rose yang sesenggukan. "Ngapain lo nangis?"

Rose menoleh, mendapati Valeria yang menatapnya heran. "Gue lagi nonton drakor."

"Yaelah. Gue kira apaan."

"Ya gimana? Gue pengangguran, mending nonton aja cari hiburan."

Valeria mengembuskan napas pelan. "Udah nggak ada pesenan?"

Rose menggeleng. "Akhir-akhir ini agak sepi."

"Kenapa nggak bantuin Eriska ke butik?" Valeria mendekat dan duduk di samping Rose. "Lo bisa bantu-bantu di sana."

Wajah Rose terlihat sendu. Dia ingat kejadian beberapa tahun lalu saat mengecewakan dua sahabatnya. "Gue rasa udah nggak ada hak buat ikut urusan butik."

"Kalau bantuin nggak masalah. Daripada lo di sini."

"Ah. Kapan-kapanlah!" Rose mendekap bantal sofa dan kembali menonton.

Diam-diam Valeria memperhatikan. Dulu, dia iri dengan kehidupan Rose yang perlahan mulai membaik. Namun sekarang, Rose menjadi pengangguran. Bisa dibilang, hidupnya sekarang berantakan.

"Ngapain ngelihatin gue?" tanya Rose tanpa menatap lawan bicaranya.

Valeria menggeleng. "Terus apa rencana lo?"

"Nyari cowok tajir biar hidup gue enak." Rose menghadap Valeria dan sahabatnya itu menatapnya penuh selidik. "Hahaha.... Bercanda, kali."

Penjelasan Rose sama sekali tidak membuat Valeria lega. "Lo perlu ngomong sesuatu sama Mahesa?"

"Ha?" Rose cukup kaget karena nama Mahesa disebut. "Gue butuh waktu berdua sama dia. Ada beberapa hal yang pengen gue omongin."

"Lo beneran masih cinta ke Mahesa?"

Rose mengernyit. Dia melihat wajah Valeria agak sendu. "Kenapa? Lo nggak bisa lepasin Mahesa buat gue?"

"Enggak!" jawab Valeria mantap. "Gue cinta sama Mahesa."

Hati Rose teriris mendengar pengakuan itu. Sebenarnya dia tahu jika sahabatnya menyukai Mahesa. Namun, mendengar pengakuan langsung Valeria tetap saja membuat hati Rose sakit. "Lo yakin sama perasaan lo?"

Valeria menarik napas panjang kemudian mengangguk. "Mahesa dateng, di saat gue butuh berlindung. Emang awal pertemuan banyak kejadian buruk, tapi semakin ke sini gue yakin kalau Mahesa lelaki yang tepat buat gue."

"Gimana kalau gue belum bisa lupain Mahesa?" tanya Rose dengan senyum samar. "Apa lo bakal terima?"

"Gue nggak punya kendali atas perasaan lo, Rose!" Valeria menatap sahabatnya dengan senyum singkat. "Gue nggak bisa maksa biar lo nggak jatuh cinta ke Mahesa."

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang