TYT-14

2.1K 187 3
                                    

Brum....

Perhatian Eriska teralih saat mendengar suara deru mobil yang berhenti di depan butik. Dia melongok sambil berharap itu pengunjung yang hendak membeli pakaiannya. Namun, saat melihat sosok yang tidak asing itu, Eriska mengernyit.

"Thanks...." Valeria menunduk, menatap Mahesa yang duduk di balik kemudi. Dia mengernyit kala Mahesa hanya menatap ke depan. Valeria refleks menoleh ke butiknya. Dia melihat Eriska yang duduk di balik meja kasir. "Lo mau ketemu Eriska?"

Barulah Mahesa menoleh. Tanpa menjawab, dia turun dari mobil kemudian masuk menuju butik. Valeria yang melihat itu segera mengejar.

"Hai, Hes...." Eriska menyapa teman lamanya itu.

Mahesa hanya menggerakkan tangan. Dia mengedarkan pandang, melihat deretan baju wanita. Kemudian pandangannya tertuju ke beberapa rak yang tampak lenggang. "Emang sesepi itu, ya?"

Valeria mengedarkan pandang. Butiknya masih sepi, seperti biasanya. "Nggak usah ngejek," ujarnya sambil mendekati Mahesa. "Lo mau borong?"

"Buat apa?" Mahesa berbalik kemudian mendekati Eriska. "Mau gue bantu?"

Eriska mengerjab. Dia melirik Valeria meminta bantuan.

"Enggak!" Valeria segera menjawab. Dia mendekati Mahesa kemudian menggeleng tegas. "Jangan mau, Er. Pasti dia minta balasan dan jelas itu bukan duit."

Mahesa menatap Valeria yang selalu berpikiran buruk itu. "Emang gue seburuk itu?"

"Val...." Eriska menggeleng, meminta Valeria agar tidak membuat Mahesa marah. Setelah itu dia menatap Mahesa. "Makasih, Hes."

Pandangan Mahesa kembali tertuju ke Eriska. "Gue beneran," ujarnya. "Biar anak buah gue nemuin lo. Gue butuh stok baju buat beberapa acara."

Wajah Eriska tampak semringah. Dia menatap Valeria, tapi wanita itu tetap menggeleng tegas. Kemudian dia menatap Mahesa yang menunggu jawabannya. "Emm.... Gue harus diskusi dulu sama Valeria."

"Gue nggak mau!" putus Valeria cepat. "Ikut gue!" Dia menarik Mahesa keluar.

Mahesa mengikuti Valeria. Dia terdiam, saat Valeria menatapnya penuh selidik. "Nggak mau gue bantu?" tanyanya. "Gimana lo bisa bayar utang kalau butik lo sepi?"

Valeria mengangkat dagu. "Gue bakal usaha."

"Val. Bisnis itu nggak harus bener-bener sendiri." Mahesa menepuk pundak Valeria.

"Iya gue ngerti," ujar Valeria. "Tapi gue nggak bisa tenang kalau lo yang bantu."

"Kenapa?" Mahesa tampak menahan tawa.

Valeria menghela napas kemudian membuang muka. "Pasti lo minta balasan, pasti ada hubungannya sama Rose."

Mahesa berdiri tegak. "Pikirin aja dulu." Dia menepuk pundak Valeria kemudian berjalan menuju mobil. "Kalau udah sepakat, lo tahu kan harus ke mana?"

"Hmm...." Valeria menatap Mahesa yang masuk mobil itu. Dia masih berdiri di posisinya sampai mobil Mahesa menjauh dari area ruko.

"Val!" Eriska berteriak dari dalam.

Valeria berbalik dan mendekati sahabatnya. "Lo nggak berpikiran kerja sama sama Mahesa, kan?" selidiknya. "Dia itu bahaya. Bisa-bisa dia nyiksa kita."

Eriska mengangguk, tahu apa yang ditakutkan Valeria. "Tapi kita bisa bikin kontrak. Kalau dia minta bayaran lain, kita bisa tolak."

"Lo bakal percaya Mahesa gitu aja?" tanya Valeria tidak habis pikir.

"Gini, Val...." Eriska mendekati Valeria kemudian membantu sahabatnya itu duduk. "Lo tahu kondisi butik gimana. Kalau kita kerja sama sama pertelevisian, gue yakin bisa naikin pendapatan. Apalagi Mahesa yang ngajuin diri."

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang