TYT-15

2.2K 198 3
                                    

Mahesa memajukan tubuh. Dia tersenyum misterius.

Valeria menatap penuh selidik. Dia mulai memasang kuda-kuda jika Mahesa menjawab lelaki itu meminta balasan lain.

"Ya soal kerjaan," ujar Mahesa sambil tersenyum. "Nggak usah setakut itu."

"Huh...." Valeria mengembuskan napas lega. Dia mengambil secangkir caffe latte-nya dan menyeruputnya pelan. "Lo jangan bikin gue takut!"

Mahesa menahan tawa. "Emang seorang Valeria bisa takut? Gue baru tahu."

Valeria terdiam. Bukannya rasa takut itu wajar? Semua manusia pasti merasakan takut. Meski mereka mencoba untuk terlihat pemberani, pasti ada satu atau dua hal yang membuat mereka tidak bisa menahan rasa takutnya. "Gue juga punya ketakutan, Hes."

"Apa?" tanya Mahesa penasaran.

Drrrtt.... Ponsel Valeria tiba-tiba bergetar. Dia merogoh saku celana dan mendapati pesan masuk dari Eriska.

Eriska: Lo bisa ke sini? Ada Rose. Dia dateng setelah lo pergi dan nggak balik-balik.

Wajah Valeria berubah sebal. Dia mengantongi ponselnya kemudian berdiri. "Gue harus pergi sekarang, Hes."

"Udah gitu doang?" tanya Mahesa.

Valeria mengangguk. "Ada mantan pacar lo di butik," jawabanya. "Secepatnya gue kirim proposal. Makasih bantuannya." Setelah mengucapkan itu Valeria berjalan keluar.

Mahesa masih duduk di posisinya. Dia menyeruput kopinya sambil berpikir. Hingga akhirnya dia memutuskan berdiri dan mengikuti Valeria. "Bareng gue aja, Val!"

Valeria menoleh, melihat Mahesa yang menggerakkan tangan memintanya mendekat. Lelaki itu kemudian masuk mobil dan mengemudi mendekati Valeria.

"Ayo gue anter!" ujar Mahesa dari dalam mobil.

"Pengen ketemu mantan, ya?" Valeria membuka pintu sambil tersenyum mengejek. Dia menatap Mahesa yang tidak menjawab pertanyaannya itu. "Hes, harusnya lo pakai baju yang udah gue pilihin. Biar dia tahu perubahan lo."

Mahesa melirik Valeria sekilas. Harusnya memang seperti itu. Namun, dia saja belum membuka barang-barang yang sudah dibeli. "Ya udah menurut lo gue harus gimana?"

"Serahin ke gue!" Valeria mendekat ke Mahesa kemudian menarik dasi yang terlihat mencekik leher itu. Kemudian dia membuka kancing teratas. "Gini kayaknya."

"Menurut lo bagus, nggak?"

Valeria terdiam sejenak. Dia menggeleng, menilai penampilan Mahesa masih terlihat kaku. Dia membuka kancing kemeja Mahesa lagi. Setelah itu tangannya bergerak ke bawah.

"Ngapain?" Mahesa menarik tangan Valeria yang sekarang berada di perutnya.

Sudut bibir Valeria tertarik ke atas. "Mau gue buka jas lo," ujarnya sambil menahan tawa. "Haha. Lo ketakutan?"

"Ehmm...." Mahesa berdeham. Dia menegakkan tubuh dan membiarkan Valeria membuka kancing kemejanya. "Cepetan!" ujarnya saat mobil mulai berbelok ke butik.

"Sini lepas!" Valeria menarik jas Mahesa. Setelah itu dia menarik kepala Mahesa agar menghadapnya. "Rambut lo terlalu rapi."

"Val..," geram Mahesa karena Valeria mengacak-acak rambutnya.

"Hahaha...." Valeria tampak puas. Dia membenarkan letak rambut Mahesa kemudian mengangkat dagu lelaki itu. "Sini gue lihat!"

Mahesa diam saja saat tangan Valeria menggerakkan dagunya ke kiri dan ke kanan. Matanya terbuka lebih lebar, saat Valeria mencondongkan tubuh ke arahnya. Kemudian dia merasakan jemari Valeria menyentuh keningnya.

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang