"Jadi, Valeria semalem nginep di apartemen?"
"Ya!"
Di dapur lain, Rose dan Diraz sibuk membuat roti. Berbeda dengan Valeria dan Mahesa, dua orang itu terlihat cekatan membuat adonan. Sambil terus berbicara.
"Mahesa ngebolehin? Kan, dia agak posesif," ujar Diraz.
"Bolehin. Tapi paginya langsung dijemput, sih!" Rose mengangkat wajah, melihat Diraz yang memakai penutup kepala. "Diraz!"
Diraz melirik sekilas. "Apa?"
Rose memajukan wajah, tapi meja yang terlampau besar menghalanginya. Diraz yang tahu tindakan Rose segera berpindah posisi. Dia menunduk dan mendekatkan pipinya. Kemudian, kecupan lembut mendarat di sana.
"Nggak masalah, kan, kalau hari libur kita di dapur?" tanya Diraz sambil membentuk adonan tepung itu menjadi bulat.
"Nggak masalah. Kan, belajar masak."
Diraz meminta Rose untuk mengajarinya memasak. Kali ini, dia ingin membuat roti dan Rose dengan senang hati membantu. Padahal, hari akhir pekan adalah waktu ideal untuk jalan-jalan bersama pasangan. Namun, mereka justru berada di dapur.
"Gue ngerasa, hidup Valeria sekarang lebih lepas," ujar Rose mendorong adonan hingga membentuk tali panjang. Setelah itu dia meletakkan di samping dan membuat ukuran yang sama. "Dulu, dia kelihatan nyembunyiin semuanya."
"Dia curhat?"
"Ya. Sampe gue nggak bisa tidur. Nih lihat mata gue!" Rose mendongak sambil memejamkan mata.
"Item!" Diraz melihat bagian bawah mata Rose yang menghitam. Dia mendekat dan mencium kelopak mata itu. "Biar nggak ngantuk!"
Rose mendorong lengan Diraz. "Itu namanya modus."
"Ngasih perhatian," jawab Diraz. "Terus ngapain lagi?" Dia melihat adonan roti yang siap dimasukkan oven. Kemudian melirik Rose yang membuat roti kepang.
"Gue lagi bikin roti bentuk hati. Buat lo!" Rose mengedipkan mata.
"Itu yang namanya modus."
"Perhatian!"
"Hahaha...." Diraz mendekap Rose dan menyandarkan dagunya di pundak wanita itu.
***
Dua orang yang duduk berharapan itu terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Mereka menyeruput minumannya sambil mencuri pandang. Saat pandangannya bertemu, mereka segera mengalihkan perhatian.
"Gue kenyang lama-lama minum." Erzio mendorong es cokelatnya lalu duduk bersandar. "Jalan ke mana lagi, nih?"
Eriska mengangkat bahu. Dia melihat pengunjung mal yang lebih ramai dari beberapa menit yang lalu. Memang hari libur pusat perbelanjaan lebih ramai. Entah mereka ingin berbelanja atau hanya jalan-jalan saja. Di saat seperti ini Eriska berharap tidak bertemu dengan Valeria yang sering menghabiskan waktu di mal.
"Lo nggak suka gue ajak jalan?" Dari tadi Erzio melihat Eriska yang tampak terbebani. "Atau nggak suka jalin hubungan sama gue?"
"Bukan gitu." Eriska menatap Erzio, bingung harus menjelaskan bagaimana. "Gue belum ngasih tahu sahabat-sahabat gue."
"Nggak langsung ngasih tahu?"
"Ya mereka udah tidur."
Erzio menggaruk pelipis. Eriska memang pendiam dan cenderung susah mengungkapkan. "Butuh bantuan gue buat ngasih tahu?"
"Caranya?" Eriska menatap penuh selidik.
"Gini...." Erzio pindah posisi duduk di samping Eriska. Dia mengeluarkan ponsel dan berfoto. Setelah itu dia mengirim hasilnya. "Kirim ke temen lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Your Time
Romance[TAKE SERIES 1] Valeria tidak menyangka akan terjebak di antara Rose mantan sahabatnya dan Mahesa mantan Rose. Valeria yakin, Mahesa mendekatinya karena ingin balas dendam ke Rose. Awalnya Valeria tidak mau berurusan dengan Rose atau Mahesa lagi. Na...