TYT-46

1.9K 268 18
                                    

"Mama gue simpenan konglomerat. Gue nggak mau tinggal sama mama karena gue malu."

Mahesa mendengarkan cerita itu dengan saksama. "Itu bukan salah lo."

"Orang yang nggak bersalah bakal kelihatan tetep salah. Kalau keluarganya ngelakuin kesalahan," jawab Valeria cepat.

"Ya. Lo bener."

Valeria mengambil gelas di depannya dan menegaknya pelan. "Lo pasti inget gue lebih sering main sama cowok."

"Ya. Bahkan inget banget."

"Sebenarnya gue sambil nilai mereka," cerita Valeria. "Gue pengen tahu karakter cowok kebanyakan kayak gimana. Gue nggak mau berakhir sama kayak nyokap yang ditinggal bokap gue gitu aja. Gue nggak mau kayak bokap tiri gue yang masih cari wanita lain padahal udah ada istri."

Mahesa beranjak dan berdiri di samping Valeria lalu menepuk lengannya menenangkan. "Kita makan buat seneng-seneng. Jangan sedih."

"Tiba-tiba aja kita bahas ini." Valeria menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes. Dia mendongak, menatap Mahesa yang tersenyum lembut itu. "Lo nggak gitu, kan?"

Tangan Mahesa menangkup pipi Valeria. Dia hanya tersenyum.

Valeria tersenyum kecil, yakin Mahesa belum tahu jawabannya. Dia menarik tangan Mahesa dari pipinya dan kembali menatap steak yang tertinggal setengah itu. "Kasihan banget daging mahal dianggurin."

Mahesa beranjak kembali ke tempatnya. Dia yakin pasti Valeria butuh mendengar jawabannya.

"Setelah ini kita ke mana?" tanya Valeria setelah beberapa saat hening.

"Lo maunya ke mana?"

"Emm...." Valeria terlihat berpikir. Dia sedang malas pulang ke apartemen. "Terserah. Gue ngikut."

"Gue besok kerja, Val." Mahesa masih bisa realistis. Besok dia bekerja dan malam ini tidak ingin keluyuran hingga pagi buta. "Ke apartemen gue?"

Tak....

Valeria menjatuhkan garpunya. "Ke apartemen lo?"

"Ya. Kebetulan apartemen gue kotor."

"Ish!" Valeria mendengus.

"Lo sendiri yang bilang lagi nganggur," jawab Mahesa. "Ya udah itu ada kerjaan."

Valeria mengambil minumannya dan menegaknya hingga tandas. Dia duduk bersandar kemudian menatap Mahesa yang masih makan dengan tenang itu. "Gue bukan pembantu lo, ya."

"Kalau nggak mau nggak apa-apa."

"Emang gue nggak mau."

"Hahaha...." Mahesa terbahak, puas menggoda Valeria. "Ya udah ikut ke apartemen. Tapi tidur di kamar tamu, ya."

Senyum Valeria mengembang. "Kenapa kalau di kamar lo?"

"Gue yakin nggak bisa tidur."

Valeria menunjuk Mahesa dengan senyum menggoda. Sedangkan Mahesa mengangkat bahu, tidak begitu memedulikan godaan itu.

***

Bip....

Wanita yang berada di apartemen segera berlari menuju pintu utama. Dia melihat sahabatnya berjalan masuk kemudian menutup pintu. "Valeria mana?"

Eriska menatap Rose yang mengenakan piama berwarna pink cerah. "Tadi keluar dulu."

Rose memperhatikan Eriska yang terkesan menghindari tatapannya itu. "Lo pasti tahu dia di mana." Dia mengikuti Eriska yang masih menghindar.

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang