TYT-54

1.9K 233 12
                                    

Rose menarik bibirnya ke dalam. Reaksi tubuhnya mulai berlebihan. "Gue...."

Perhatian Diraz teeus tertuju ke Rose, menunggu jawaban. Sedangkan Rose semakin sulit untuk mengatakan apa yang berada di ujung lidahnya.

"Gue minum kopinya," ujar Rose kemudian. Dia segera mengambil secangkir kopi dan menyeruputnya pelan. Setelah itu dia membuang muka, menghindari tatapan Diraz.

Diraz tersenyum kecut mendapat jawaban seperti itu. Padahal, dia sudah sangat menanti. "Ya udah. Nikmati." Setelah mengucapkan itu Diraz beranjak. Lebih baik dia menjauh daripada suasana menjadi canggung.

Rose perlahan menatap ke Diraz. Dia mengembuskan napas, lega karena terbabas dari suasana canggung. Sungguh, dia tidak ada maksud seperti barusan. Dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

"Lo bakal terus sakit kalau deket gue, Raz." Rose meletakkan cangkirnya kemudian beranjak. Dia memilih pergi, tanpa berpamitan dengan lelaki yang sudah menemaninya.

Sedangkan di dekat pintu dapur, Diraz memperhatikan Rose yang beranjak pergi. Ada rasa sesak yang menggerogoti dan ingin dia luapkan di hadapan Rose. Namun, dia sadar tindakan itu akan menyakiti wanita yang dia cintai.

***

"Tante. Aku berangkat ke butik dulu, ya!" Eriska berteriak di depan kamar Valeria. "Tante! Aku berangkat."

Ceklek....

Mama Valeria membuka pintu. Dia memperhatikan wanita dengan jaket hijau lumut sambil mengenakan topi berwarna putih itu. "Makasih, ya, udah izinin Tante tinggal di sini."

Eriska menghembuskan napas pelan. "Tan. Udah berapa kali ngomong kayak gitu?"

"Omongan Tante nggak akan sebanding dengan kebaikan kamu."

"Tan. Nggak usah dipikirin, ya!" Eriska mendekat dan memeluk wanita di depannya itu. Dia yakin, pikiran Mama Valeria masih belum bisa tenang. "Tante jangan keluar-keluar dulu, ya. Bentar lagi Valeria juga balik." Dia melepas pelukan dan tersenyum.

Mama Valeria mengangguk pelan. "Hati-hati, Er."

"Iya, Tan. Aku berangkat." Setelah mengucapkan itu Eriska berjalan keluar. Dia lega, karena semuanya hampir kembali seperti dulu.

Valeria dan Rose telah benar-benar berbaikan. Eriska berharap selamanya akan seperti itu. Dia tersenyum lebar kemudian mempercepat langkah.

Bugh....

"Aw...." Tubuh Eriska terdorong ke belakang. Dia menyentuh pundaknya kemudian mengangkat wajah.

"Ups. Sorry...." Seorang lelaki dengan dua koper berdiri di hadapan Eriska. Dia melanjutkan langkah tanpa menatap lawan bicaranya itu.

Di posisinya, Eriska memperhatikan lelaki itu dengan saksama. Dia merasa asing. Lelaki yang diperhatikan Eriska kemudian menoleh sebelum akhirnya masuk ke salah satu unit.

"Ah! Tetangga baru. Tapi kelihatan songong." Eriska berbalik sambil mengusap pundaknya yang terasa nyeri.

Setelah tiga langkah, Eriska kembali berbalik. Lelaki tadi sudah tidak ada di posisinya. "Semoga aja dia bukan tetangga baru!"

***

Tidak ada yang spesial saat Valeria menemani Mahesa bekerja. Dia hanya duduk sambil menonton televisi dengan volume kecil. Sedangkan Mahesa sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Lelaki itu benar-benar terserap oleh dunianya sendiri.

"Ehmm...." Valeria berdeham agak keras.

Tidak ada respons dari Mahesa. Pandangannya masih tertuju ke layar laptop di depannya. Sedangkan Valeria mulai bertolak pinggang.

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang