TYT-35

1.9K 238 16
                                    

Mahesa mengulurkan secangkir teh hangat. Setelah itu dia duduk di samping Valeria. Mahesa terdiam, melihat air mata yang terus turun tanpa henti. Sampai-sampai kelopak mata Valeria membengkak. "Diminum."

Valeria melirik cangkir berisi teh hangat yang dia pegang. Dia menyeruput teh itu lalu menatap Mahesa. "Hes...."

Mahesa menggeleng pelan, meminta Valeria agar tetap diam. Dia tahu, Valeria belum siap bercerita. Meski penasaran, dia tidak ingin memaksa bercerita. "Tenangin diri lo dulu." Tangan Mahesa terangkat menyelipkan anak rambut Valeria ke belakang telinga.

"Ya...." Valeria kembali menyeruput tehnya. Dia merasa sedikit tenang. Meski ada rasa sakit yang masih tertinggal.

Perhatian Mahesa masih tertuju ke Valeria. Tangannya bergerak ke bawah dagu wanita itu dan menggerakkan ke arahnya. Mahesa tersenyum saat Valeria menatapnya. "Setelah ini istirahat, ya," ujarnya sambil mengusap pipi Valeria dengan ibu jari. "Lo bisa pakai kamar gue. Biar gue di kamar tamu."

Valeria tersentuh dengan perhatian itu. Bisa dibilang dia baru mengenal Mahesa, tapi dia lebih sering merepotkan. Tidak hanya itu, Mahesa juga sering menjadi penopangnya. Valeria meletakkan cangkir di atas meja kemudian kedua tangannya menggenggam tangan Mahesa. Sungguh, dia tidak ingin kehilangan sosok yang perhatian kepadanya.

Mahesa menarik satu tangannya dari genggaman. Kemudian tangan itu berada di atas tangan Valeria. "Gue nggak akan ke mana-mana," ujarnya. "Mau istirahat sekarang?"

"Enggak." Valeria menggeleng pelan. Dia merasa jika sendirian akan terus kepikiran. Meski dia tidak bisa memungkiri jika tubuhnya sangat lelah.

"Ayo!" Mahesa membantu Valeria agar bangkit kemudian masuk ke kamar. "Lo bisa pakai semuanya. Apapun biar lo tenang."

Valeria melangkah menuju pintu kamar mandi yang setengah terbuka itu. "Thanks, Hes."

Mahesa melihat Valeria yang berjalan pelan menuju kamar mandi. Dari postur belakang saja sudah terlihat jika Valeria tampak menanggung beban berat. Mahesa mengembuskan napas panjang kemudian memutuskan keluar.

Sedangkan di kamar mandi, Valeria menatap wajahnya yang tampak berantakan. Matanya bengkak dan memerah. Serta keseluruhan wajahnya memerah dan mengkilat. Valeria menunduk, membasuh wajahnya dengan air dingin. Setelah itu dia masuk ke bilik shower. Tubuhnya butuh air hangat untuk menghilangkan rasa pegal.

Satu jam kemudian, Valeria duduk di ranjang masih dengan pakaian yang sama. Dia menyatukan kedua tangan, sesekali ibu jarinya bergerak gelisah. Air matanya tidak lagi turun, tapi hal itu semakin membuat tenggorokannya tercekat.

Tok... Tok... Tok....

"Val. Gue boleh masuk?" tanya Mahesa dari balik pintu.

Valeria mengangkat wajah dan menatap ke arah pintu. "Ya," jawabnya dengan serak. "Ehem...." Valeria berdeham lalu mengembuskan napas panjang.

Mahesa membuka pintu dan melihat Valeria yang masih mengenakan pakaian tadi pagi. Dia mendekat sambil mengulurkan kantong pakaian berwarna pink. "Buat lo."

"Lo nggak perlu beliin gue baju," jawab Valeria.

"Nggak masalah." Mahesa meletakkan kantong belanjaan itu di atas ranjang. Perhatiannya tertuju ke rambut Valeria yang basah. Bahkan tetesan air itu menetes ke kemejanya. "Val...."

Valeria mengambil kantong belanjaan itu kemudian masuk ke kamar mandi. Sedangkan Mahesa terlihat lega karena Valeria masih menurut.

Beberapa menit kemudian, Valeria telah memakai piama biru muda. Dia kembali duduk di pinggir ranjang dengan kepala tertunduk.

Take Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang