DOM - Part 6

10.5K 298 21
                                    

🍂

Setelah kegiatan panas itu, Liam keluar dari mobil nya.
Dari dalam Alodie memperhatikan pria berumur sekitar 45 tahunan itu nampak kesal.

Liam bergerak mondar mandir di sekitar mobil sambil menggosok tengkuk leher belakang nya dengan kasar.

Beberapa kali Alodie mendengar Liam Banning mengumpat dan mengeram penuh kemarahan.

Jika dalam posisi sadar, Alodie akan sangat malu dan sedih sekarang.
Apa yang akan dia lakukan setelah semua ini.
Ini bukan hal yang pernah terlintas dibenak Alodie selama 19 tahun dia hidup.

Beberapa saat setelah puas mengeluarkan kekesalan nya, Liam kembali kedalam mobil.
Tidak satu pun dari mereka bersuara.

Alodie memperhatikan wajah Liam yang terlihat kacau.
Bukan kacau secara harfiah, Tapi kacau karena kekesalan dan kemarahan yang tidak tersalurkan.

Alodie membawa jarinya menyentuh pipi Liam yang ditumbuhi bulu-bulu kasar yang seperti nya baru saja di cukur beberapa hari terakhir.

"Tolong. Hentikan, Nn. Wade." Kata Liam, suaranya terdengar rendah.

"Aku tidak bisa." Jawab Alodie masih dengan suara bergetar.

Liam menangkap tangan Alodie pelan, tapi tegas.
Menepis sentuhan nya.

Tidak lagi. Tolong jangan lagi Alodie.
Atau aku akan benar-benar kehilangan kendali. Batin Liam.

Sudah 8 tahun ini Liam hidup seorang diri. Kematian istrinya karena tumor otak, membuat hati Liam ikut menghilang bersama kepergian wanita yang dicintainya itu.

Liam bahkan tidak pernah berkencan atau hanya sekedar melepaskan dinginnya malam dengan wanita mana pun.

Liam lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kerja, menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan yang memicu adrenalin.

Alodie mengedarkan pandangan nya meneliti mata bermanik biru milik Liam, hidung nya yang tegas, bibirnya yang penuh, rahangnya yang tumbuhi bulu-bulu kecil, leher Liam yang masih terbungkus rapi dibalik kemeja bersematkan dasi, sampai ujung kemeja putih Liam yang ada sedikit bercak darah milik Alodie.

Alodie menarik pergelangan tangannya dari tangan Liam.
Dan Liam menekan tombol start button disamping roda kemudi.

"Jangan!" Bentak Alodie, tangan Alodie menahan pergerakan tangan Liam.

"Kita harus segera kembali, Nn. Wade. Ayahmu akan sangat kuatir."

"Tidak. Kumohon. Tidak dalam keadaan seperti ini." Kata Alodie seraya melemparkan tatapan nya pada tubuhnya yang masih bergetar dan gelisah.

Sial. Efek obat itu masih kental dalam tubuh Alodie. Berapa banyak yang dia minum. Batin Liam.

"Kalau begitu aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit. Atau kau akan menderita, Nn." Liam menatap irish amber Alodie.

"Tidak! Jika kau membawaku kerumah sakit, ayahku akan tau ada sesuatu yang salah padaku."

"Dia harus tau, Nn. Wade."

"Bahkan yang barusan terjadi diantara kita?" Tanya Alodie meneliti wajah bersalah Liam yang tidak bisa dia sembunyikan sejak tadi.

"Ya. Jika harus." Liam menghela napas panjang.

Ya tentu, dia tidak bisa menyembunyikan hal itu.
Walau Alan Wade mungkin akan membunuh Liam, tapi Liam akan menerima nya.
Karena ini salah satu kesalahan dan kelalaian nya.

"Ayahku akan membunuhmu, Tn. Banning. Kau tau itu."

"Lebih baik kita hilangkan cairan terkutuk itu dulu dari tubuhmu, Nn. Wade. Tentang ayahmu biarkan itu menjadi urusanku."

DELICIOUS OLDMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang