DOM - Epilogue

10.4K 284 39
                                    

🍂

Kaki Alodie tertahan, Tubuh nya seketika mematung.
Matanya mendapati wajah seseorang yang selalu hadir dalam pikiran nya.

Wajah yang begitu dia rindukan, wajah yang selalu saja hadir dalam
Pikiran nya di malam saat dia hendak menutup mata dan pagi hari nya saat dia membuka mata.

"Babe.. apa ada sesuatu?" Tanya Dylan memperhatikan langkah kaki Alodie yang terhenti disamping nya.

Setelah 1 bulan dari kejadian di Cold Spring, hari ini akhirnya Alan mengijinkan Alodie kembali berkuliah dan tanpa seorang pun pengawal.

Entah apa alasan Alan, Alodie tidak menanyakan nya.
Tapi paling tidak hal itu yang Alodie butuh kan sekarang demi mengobati luka pada hati nya.

Dylan memperhatikan kearah mata Alodie membeku, tapi tidak melihat siapapun disekitar mereka.

Malam itu..

"Leo. Kirim kan helicopter kemari, segera! Banning terluka!" Perintah Alan pada saluran telp.

Membuat Alodie menoleh, menatap Alan tidak percaya.

"Baik Sir, aku akan tiba 7 menit lagi."

"3 menit. Aku butuh semua perlengkapan apapun untuk Banning! Jangan buat aku menunggu!" Lagi Alan memberi perintah tegas.

"B-baiklah. Sir." Jawab Leo menyanggupi diujung panggilan itu.

"Dad..." panggil Alodie lemah.

Meskipun Alodie bisa melihat kekecewaan dan kemarahan dalam mata Alan, dia tidak menyangka Alan mau menolong Liam.

"Dia akan baik-baik saja, nak.. Banning yang terbaik, dia akan bertahan. Aku yakin itu." Alan coba menenangkan Alodie yang terlihat begitu kalut.

Meskipun Alan sangat ingin Liam mati karena sudah menjadi dalang dari semua kesakitan dalam kehidupan nya, tapi melihat tangis pilu dan perasaan Alodie pada pria itu membuat Alan mengalah.

Berkat ketepatan waktu dan penanganan yang baik, akhirnya Liam bisa diselamatkan.

Butuh waktu 2 minggu bagi Liam sampai akhirnya dia bisa melewati masa kritis nya.

Dan selama 2 minggu itu juga Alodie menemani nya setiap hari.
Pagi dan malam, berharap pria itu akan membuka mata nya.

Itu sudah cukup bagi Alodie, meskipun dia tidak akan pernah bisa memaafkan apa yang telah Liam lakukan pada keluarga nya.

....
"Babe?" Lagi panggil Dylan, menarik Alodie dari lamunan nya.

"Ha?" Balas Alodie.

"Hey. Apa kau menangis? Ada apa sayang?" Tanya Dylan terkejut melihat tumpukan genangan airmata pada sudut mata Alodie.

"Oh. Tidak. Ti-tidak ada apa-apa, Dy.. aku, umm. Hanya.. aku hanya sedikit lapar." Ucap Alodie susah payah.

Menahan gemuruh pada dada nya sambil mengusap genangan airmata nya.

"Kau yakin? Seperti nya kau sedang memperhatikan sesuatu, Al.."

"Ya.. i'm sure, Dy.. aku hanya melihat sesuatu tadi, tapi seperti nya aku salah lihat." Jawab Alodie seraya
memaksa kan tersenyum.

Alodie yakin.
Diujung sana, Alodie melihat Liam.

Ini bukan pertama kali nya, karena beberapa malam lalu Alodie yakin melihat Liam diantara jendela kamar sedang Memperhatikan nya tertidur, Meskipun setelah Alodie berjalan mendekati jendela, Liam pergi menghilang.

Perjanjian yang diberikan Alan malam disaat Liam sadar dari kritisnya mengharuskan Liam menjauhi Alodie, atau Alan tidak akan melepaskan Liam.

Meskipun Alodie tidak yakin dengan Ancaman ayahnya itu karena di luar semua kemarahan dan kekecewaan Alan, Alodie tau Alan begitu menyayangi Liam dan menganggap Liam seperti saudara nya sendiri.

Tanpa disangka Liam menyanggupi permintaan Alan tanpa bantahan dan hanya mengajukan 1 permintaan terakhirnya pada Alan.

"Aku tidak akan pernah mendekati nya, hanya saja pastikan anak laki-laki itu membuat nya bahagia."

"Tanpa kau minta, kebahagian Alodie akan menjadi prioritas ku." Jawab Alan sinis.

"Dia pantas untuk itu." Ucap Liam memaksa kan senyum pahit.

"Apakah kau sadar, kau terlalu berani meminta sesuatu pada ku, Banning!" Endus Alan ketus.

"Terimakasih, Alan." Balas Liam seraya tersenyum simpul meskipun hati nya pilu.

-DOM-

-TH-

DELICIOUS OLDMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang