DOM - Part 9

7.4K 224 13
                                    

🍂

Selama perjalanan Alode dan Liam sibuk tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Sesekali Liam memperhatikan dari kaca spion.
Dikursi belakang, terlihat Alodie nampak merebahkan kepalanya kesandaran seraya menutup matanya rapat-rapat.

Alodie menarik ponselnya dari tas tangan nya, menggeser-geser layar dan menekan nama "DAD❤️" pada layar.

"Dad.. " panggil Alodie pada deringan pertama.

"Hallo sunshine. Ada apa?"

"Kapan kau akan pulang?"

"Secepatnya. Ini bahkan belum 24 jam dari terakhir aku menelephone mu. Apakah kau sudah merindukanku?" Goda Alan di seberang sana.

"Ya.. sangat, tidak sabar untuk liburan kita, dad." Alodie menyunggingkan senyum simpulnya meskipun perasaan nya bergejolak.
"Dad... bisa kah kau ijin kan Lyne yang menjagaku?" Tambah Alodie.

"Me too, sunshine."balas Alan.
"Banning yang terbaik, nak. Meninggalkanmu pada nya membuat aku lebih tenang. Ada apa, Sweetheart?"

"Orang kepercayaanmu sudah membuat aku menderita, dad." Batin Alodie menjawab dalam hati.

"Tidak. Hanya saja, aku merindukan Lyne. Banning terlalu kaku dan tidak menyenangkan." Ucap Alodie cukup keras tanpa berniat mengecilkan suara nya.

Ya pria itu memang sangat kaku dan menyebalkan.

Mendengar perkataan Alodie yang terdengar cukup keras, membuat Liam melirik wajah kesal gadis itu.

Alodie tau ayahnya pasti menyunggingkan senyum diseberang sana, serta menghela napas pelan.
"Apakah karena Banning tidak menuruti keinginan mu untuk sekedar duduk-duduk di coffee shop atau mengantarkan mu bertemu teman mu itu?"

"Dad... kau benar-benar memata-mataiku? Ghh.. come on!"

"Memata-matai? Hey, kau mengatakan itu seolah-olah itu sebuah kejahatan. Percayalah, itu semua demi kebaikan mu sweetheart. Apakah kuatir pada putri semata wayang ku itu sebuah kejahatan?." Alan tertawa kecil diujung sana.
"Ayah harap kau segera menyelesaikan kuliahmu, jadi kau bisa segera membantu ayah di perusahaan. Percayalah, Hal itu akan lebih menyenangkan. I'm promise, Ok?" Tambah Alan kali ini dengan nada suara lebih serius.

"Yaa, Dad.. aku tau. Tolong, segeralah pulang. Aku benar-benar merindukan mu." Alodie menghela napas nya lagi tanpa berniat berdebat.

"Baiklah.. tentu. Miss you more, sunshine."
Alan menutup panggilan itu.

Setelah sampai dirumah, Alodie segera masuk kedalam kamar dan merebahkan tubuhnya keatas ranjang.

Pikiran nya masih dipenuhi dengan tatapan penuh makna Liam tadi saat melihat Ia berada dibawah tubuh Dylan tanpa busana.
Tatapan yang terlihat aneh.

Oh. Alodie. Berhenti lah! Dia sudah memintamu melupakannya! Suara dikepala Alodie mengingatkan.

Tidak mau tenggelam dalam pikirannya, Alodie memutuskan menghubungi seorang temannya.
Sempat terlintas di benaknya menghubungin Dylan.

Tapi Alodie mengurungkan niat nya, mengingat lamunan nya tentang Pria lain saat bersama Dylan membuat Alodie merasa bersalah.
Menghabiskan waktu bersama kenalan nya itu lebih baik.

"Nic..." sapa Alodie.

"Haii, princess.." sapa seseorang diseberang sana.

Nicole, teman kuliah Alodie. Bukan teman dekat. Tapi pernah mengobrol sesekali dan cukup akrab hingga bisa bertukar nomor ponsel.

DELICIOUS OLDMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang