AAA 7| Sepatu dan Bola Melayang

7.8K 1.8K 991
                                    

Wahai Tata squad ku yang budiman dan rupawan, kalo ketawa jangan ditahan-tahan biar BAB nya lancar. Oke, langsung baca aja, ramein kuyy pake komentar klean!!

H A P P Y
—R E A D I N G

.

.

.

"And so Sally can waiiittt!!"

"She knows it's too lateee!!"

"As we're walking on byyy!!"

"Hahahahaha!!"

Kelima cowok berseragam putih abu di dalam mobil Jeep itu menyanyi serempak, sesekali tertawa terbahak walaupun tidak ada lelucon yang dilempar. Hanya melihat ekspresi wajah Kiano saat menyanyi saja kadang Altair dan teman-temannya bisa tertawa. Karena acara potong tumpeng atas lahirannya Marko-kucing Kiano yang beranak lima kemarin jadi Altair dan teman-temannya menginap di rumah Kiano tadi malam dan berangkat ke sekolah bersama hari ini. Jadi, kalian tau jumlah anak kucing Kiano sekarang? Benar sekali, 15!

"Her soul slides awayy!!

"But don't look back in angerr!!

"I heard you sayy!!

"Hahahaha!!"

Altair membenarkan letak kaca mata hitam yang bertender di hidung mancungnya, cowok itu menikmati lagu Oasis sampai-sampai seruan dari Gilang membuat mereka berhenti menyanyi dan membiarkan lagu itu mengalir tanpa iringan mereka.

"Coyy!! Aquilaa!! Iya gak, sih?!!" Gilang yang duduk di sebelah Altair menyeru heboh saat melihat dari kejauhan kalau gadis itu baru keluar dari mobil dan terlihat hendak menyeberangi jalan.

"Eaaa!!" seru mereka serempak dengan pandangan ke arah Altair yang penuh isyarat. 

Ide jahil melintas dipikiran Altair. Saat Aquila melihat kiri kanan hendak menyeberang jalan, Altair sengaja membunyikan klakson mobil jeep-nya tak berkesudahan sampai Aquila di sana terlihat menutup telinga dan tidak jadi menyeberang jalan.

Saat hendak berbelok ke area sekolah, Altair sengaja memberhentikan mobilnya di sebelah Aquila berdiri. "Turunin jendela, Gun," kata Altair yang seketika membuat lagu Oasis mereka menembus keluar. Altair menangkap ekspersi dongkol ikan tongkol, marah, kesal Aquila sampai wajah gadis itu memerah dan dada yang turun naik emosi. Justru Aquila yang seperti itu membuat Altair tertawa.

Altair kembali membunyikan klakson mobilnya sebanyak mungkin sambil tertawa terbahak-bahak diikuti dengan teman-temannya. "Hallo anak baru, butuh tumpangan buat nyebrang gak?" Altair menurunkan kaca matanya ke pangkal tengah hidung seraya memainkan alis.

"Eaaaa!!" Kompak teman-teman Altair menyahut heboh. 

"Apakah gue harus pindah ke belakang?" Gilang menoleh ke tiga temannya di belakang. "Sumpek sih kalo bertiga, tapi gak papa."

"Geseran Jae, siapa tau Aquila mau naik," celetuk Kiano. "Aquila lo masih ingat gue gak?"

"Jer, gue boleh pangkuan sama lo gak?" tanya Jaeden yang duduk di tengah.

Jeremy tidak menyahut, melainkan menunjukan bogemannya yang membuat Jaeden nyengir.

Aquila tak menjawab, napasnya semakin menderu sampai Gilang yang melihat itu merasa ngeri. "Alarm bahaya nih!" ujarnya memperingati Altair.

"Dugong! Part terserunyaaa! Are you ready??" seru Altair.

Aquila yakin kalau mereka semua adalah orang setres. Ayolah, Aquila merasa tidak berbuat sesuatu yang buruk tapi kenapa sudah diberi ujian di pagi hari begini? Aquila rasa mimpinya semalam juga  tidak terlalu buruk, tapi entah kenapa pagi harinya diawali dengan keburukan yang sangat buruk. 

Altair At Aquila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang