Nih, baca baik-baik, pembacaku cintaku, lopeku, sayangku ter buny-buny ku, teronjoy-onjoyku, ter keter keterku, ter acikiwir, ter ho'a ho'e, ter semua ter deh pokoknya.
HAPPY
—READING—
..
.
Lapangan utama SMA Dharmawangsa basah akibat hujan semalam, bahkan pagi ini juga masih diiringi gerimis kecil yang membuat pagi terasa semakin dingin. Suasana dalam kelas 11 IPA 1 pagi itu sangat ramai, apalagi meja Aldo yang paling belakang. Ramai anak-anak cowok memandang-mandangi speaker yang baru mereka beli kemarin pakai uang iuran kelas, karena speaker yang sebelumnya sempat disita Pak Gelay gara-gara kepergok dugem waktu jam kosong.
Walau cinta kita sementara
Aku merasa bahagiaKalau kau kecup mesra di keningku
Ku rasa bagai di SurgaCinta satu malam
Oh indahnya
Cinta satu malam
Buatku melayang
Walau satu malam
Akan selalu ku kenang
Dalam hidupkuLagu Melinda; Cinta Satu Malam seketika menganuy-anduy dalam kelas, bersamaan dengan gerimis di luar sana menjadi hujan yang turun lebat. Panu lain lagi, cowok itu sedang menampilkan bakatnya menjadi Zombie sambil menakut-nakuti anak-anak cewek yang duduk di depan. Aquila menutup novelnya, karena imajinasinya menjadi tidak sempurna gara-gara mendengar lagu yang tidak mendukung adegan romance dalam novelnya.
"Aquila! Aquila! Aquila!" Ditambah Astrid yang menggebu-gebu menghampirinya, Aquila benar-benar menyimpan novelnya ke dalam laci.
"Lo ikut gak, nanti malam kita ke rumah Tessa. Ikut aja, ya? Ikut! Kita bakal happy-happy malam ini." Astrid masih menggebu-gebu. "Tenang aja, bakal gue jemput! Gimana?"
"Nggak ah, males, gue mau nonton nanti malam." Bukan nonton, melainkan ada kelas Ekonomi sialan lagi malam ini.
Astrid menyentikan jari. "Pas banget! Kita mau nonton juga."
"Nonton apa?"
"365 Days, di kamar Tessa pake proyektor," kata Astrid diakhiri dengan senyum garing. "Gue jemput!" Cewek itu mengedipkan sebelah mata.
Masih dengan lagu Cinta Satu Malam yang menganduy-anduy. Aquila jadi berfikir, kemarin-kemarin ia sudah bolos kelas Ekonomi, pasti Bu Meisya—guru lesnya itu akan melapor ke Papa, lalu Aquila dimarahi, lalu ganti guru les lagi, dan siklus itu terus terulang jika guru lesnya sudah muak dengan bertingkah dirinya.
Guru pertama, Bu Wardah, bukan krim wajah. Guru itu super duper bersih, steril, higienis, bersinar seperti namanya. Disetiap dia mengajar, Aquila berusaha membuatnya terus ilfil, dengan berbagai cara. Seperti; Ngupil lalu melemperkan upilnya ke buku paket, kamar yang berantakan, kaos kaki ditaroh di atas meja belajar, pokoknya Aquila melakukan segala cara agar guru itu tidak betah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair At Aquila
JugendliteraturSama seperti remaja pada umumnya, Altair juga mendambakan masa SMA yang indah dan penuh warna ... juga romansa SMA yang manis? Altair Shaquille Barat, bersama empat temannya yang bobrok ikut bergabung dalam ekskul seni musik. Di SMA Pramoedya terdap...