AAA 11| Malam Minggu

8.3K 1.8K 1.8K
                                    

Buat yang belum tau, cerita ini dipublish pertama kali 2021, dua kali aku unpub karena kurang pede sama komentar netijen yang sebenarnya gak perlu digubris. Tapi, aku gak bisa ngelak kalo komen itu buat semangat nulis down dan diriku sakit hati sekaligus kagak pede, dan akhirnya aku ga minat buat lanjutin cerita ini. But, 2023 HAHAHA! Setelah rehat cukup lama dan berusaha kembali bangkitin kepedean nulis, aku bertekat menamatkan ini dalam waktu cepat.

Mohon maaf jika kalian merasa kurang nyaman karena aku peranh unpub, kali ini aku akan menamatkan untuk kalian, pembacaku yang masih setia. Cieelahhh lopyu hahay anjay mabar!

Maka dari itu, kalau kurang suka sama alur ceritaku, atau gaya bahasaku, kalian bisa pergi. Kagak usah sok nyama-nyamin cerita, perbanyak noh bacaan biar kagak monoton. Cieelahh lu pada kagak tau aja woi bangkitin mood nulis tuh susah 👎

Buat pembaca lamaku, alur ini masih segaris besar sama kayak cerita sebelumnya yang udah setengah jalan, cuma di Tata nya aja yang aku ganti konfliknya jadi lebih ringan dan gak ada yang meninggoy anjay mabar!

Siap menemani Tata sampe epilog?! ANjay mabar lesgo ramein acikiwirr

07 Juli 2023

__________

Good readers, good people. Click votes below! 🏋️ + Ramein woi!

H A P P Y
—R E A D I N G

.

.

.

Latihan basket di lapangan indoor semakin ramai karena ada anak-anak cheers yang sedang ikut latihan di tepian lapangan. Sebenarnya ini bukan kali pertama Aquila melihat penampilan anak-anak cheers, di sekolahnya dulu juga sering ada anak cheers saat class meeting apalagi saat pertandingan basket. Astrid yang menjadi flayer dilempar, lalu disambut lagi. Cewek-cewek lainnya memainkan menjadi penyangga dan memainkan pom-pom.

Aquila memakan kacangnya, malah lebih asyik melihat anak-anak basket yang lagi latihan ketimbang cheers. Padahal, Astrid merengek memintanya jangan pulang hanya untuk melihat penampilan anak-anak cheers dengan alasan; siapa tau Aquila tertarik untuk bergabung. Sudah sejam dari jam pulang Aquila duduk menonton.

"Aqui!!" Astrid ikutan duduk di sebelah Aquila diikuti dengan Tessa dan Febby.

"Gimana penampilan kita tadi?" tanya Astrid penuh antusias setelah menandas minumnya.

"Keren, kan?" Febby ikutan.

"Keren dong!" Tessa menjawab.

Aquila mengunyah kacangnya. "Keren, keren," komentarnya asyik melihat pertandingan basket.

"Jadi, lo mau ikut gabung?!" Astrid masih antusias.

"Nggak," jawab Aquila menggugurkan ekspresi antusias Astrid.

"Kok nggak sih, Aquiii." Tessa ikutan cemberut. "Padahal asyik tau, terus bakal jadi pusat perhatian cowok-cowok pas tampil, terus anak-anaknya juga pada cantik, lo juga kan cantik."

Aquila berdiri, membersihkan tangannya bekas kacang. "Gue gak tau ikut apa, dan gak tertarik buat ikut apa-apa."

"Tapi kan, wajib." Feby menyahut.

"Apa ekskul yang paling gak aktif?" tanya Aquila menghadap mereka yang duduk.

"Aktif semua bunda," sahut Astrid. "Lo tau aja kan ini SMA bergengsi, makanya wajib punya satu ekskul."

Altair At Aquila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang