HAPPY
—READING—.
.
.
"Ququ, mau diapain tepung terigu sebanyak itu?"
Aquila menoleh dari ember yang berisikan tepung terigu—menatap Buna. Aquila nyengir, membuka rak atas lemari masak, mengambil satu bungkus tepung terigu lalu menuangkannya ke dalam ember.
"Ada deh, Bun, ini buat misi rahasa." Aquila membuang bungkusnya ke tempat sampah.
"Misi rahasia?" Aquila mengangguk.
"Buna mau ngapain?" tanya Aquila melihat wanita itu mengambil apron.
"Buna mau buat kue sama masak, kan guru les kamu bentar lagi datang buat ngajar."
Kali ini misi Aquila adalah mandi tepung untuk Bu Meisya. Aquila meminta mamang menyiapkan semuanya; agar saat pintu dibuka dari luar, ember yang berisikan tepung itu langsung menumpahi Bu Meisya.
Astrid mengirimkan pesan kalau dia sudah berangkat untuk menjemputnya. Seperti yang cewek itu katakan saat di sekolah tadi, dia akan menjemput Aquila untuk ke rumah Tessa.
"Buna, aku ke atas dulu ya."
"Iya, Ququ belajar yang bener biar papa gak marah lagi."
Aquila mengibaskan tangan di udara. "Aman buna.." Setelah itu ia naik ke kamarnya.
Aquila juga sudah siap, bukan siap belajar. Bahkan sekarang dirinya sudah ambil posisi. Cewek itu berdiri di atas atap samping jendela tempat dimana biasanya ia duduk menikmati sore, atau duduk sambil berbincang dengan Astra. Sebentar lagi Bu Meisya akan masuk, mobil wanita itu juga sudah terparkir di halaman depan.
Aquila berdecak-decak tak sabar, kakinya sudah keringat gemetaran untuk cepat-cepat melompat kabur.
Tok! Tok! Tok!
Nah, target sudah masuk perangkap.
"Aquila..."
"Aquila buka pintunya..."
Suara ketukan pintu itu kembali terdengar bersamaan dengan Bu Meisya yang memanggil-manggil namanya.
"I'm sorry I can't hear you..." Aquila tertawa, sampai kakinya terpeleset dan dirinya nyaris jatuh. Untung saja tangannya sigap memegang jendela. "Selamat..." Ia mengelus dada sambil menghembuskan napas lega.
"Aquila saya tau kamu ada di dalam, cepat buka pintunya. Malam ini ada kelas, jangan bolos seperti hari itu lagi kalau kamu tidak mau saya laporkan ke Papa kamu."
Aquila memenye-menyekan mulutnya mengejek.
"Aquila buka pintunya cepat."
Aquila semakain menahan tawa. "Yaelah bu, biasnaya juga nyelonong masuk!" serunya
"Saya hitung sampai tiga, kalau kamu masih nggak mau buka pintunya, saya terpaksa harus menjewer telinga kamu. Satu... dua... tig—"
Brakkk!
Pintunya dibuka dari luar. Ember yang berisikan tepung itu langsung menumpahi kepala guru itu. Pakaian formalnya yang serba hitam seketika putih dilumuri tepung terigu, lantai kamar juga jadi kotor. Aquila sontak saja tertawa sekeras mungkin, apalagi melihat ember hitam itu measuk ke kepala Bu Meisya, misinya berhasil! Sangat berhasil!!
"AAAA!!" Bu Meisya berteriak cempreng.
"Hahahaha! Ibu sih! Pake ngelapor Papa segala, jadi sekalian aja saya jahilinnya biar dilapor habis-habisan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair At Aquila
Teen FictionSama seperti remaja pada umumnya, Altair juga mendambakan masa SMA yang indah dan penuh warna ... juga romansa SMA yang manis? Altair Shaquille Barat, bersama empat temannya yang bobrok ikut bergabung dalam ekskul seni musik. Di SMA Pramoedya terdap...