Jikaaaaa kau bertemuuu akuuu begiii~
ramein tiap paragraff yaaa sobattthhh Tatong
H A P P Y
—R E A D I N G—.
.
.
Pagi-pagi sekali Aquila lebih memilih tidur sambil menempelkan pipi di atas tangan yang melipat di meja. Semalam ia begadang hanya untuk menamatkan seri Stranger Things season 4 yang baru saja rilis. Suara kelas yang mulanya sepi, perlahan ramai karena murid-muridnya mulai berdatangan. Karena kantuk yang begitu kuat, suara-suara berisik itu akhirnya kalah dan pelan-pelan meredam, Aquila berhasil terjun bebas untuk berlayar di pulau kapuk.
Altair baru saja datang dengan mulut yang memakan permen kaki. Fenomena terbaru yang ia lihat saat hendak meletakan tas di bangku adalah Aquila yang tengah asyik tidur sampai tangannya basah dilemperi iler. Altair cekikikan melihat itu, tidak mungkin momen seperti ini tidak diabadikan.
"Ssstt, jangan ribut." Altair meminta teman-temannya agar mengecilkan suara. Cowok itu kemudian mengambil spidol papan tulis lalu kemudian mencemongkan wajah Aquila pelan-pelan.
"Kumis, terus apa lagi yaa." Altair membuat kumis pak raden lalu garis tiga di pipi Aquila seperti kucing. "Oiyaa, hidung." Ia membuat tompel hitam di hidung Aquila. Cewek itu sudah terlihat sepertii kucing yang sedang tidur sampe ileran sekarang.
Altair merogoh saku celana, mengambil ponsel. "Dijadiin poster gak sih." Ia tertawa kecil.
"Anjir." Altair tidak mengira kalau flash light-nya menyala saat mengambil foto. Aquila terlihat sedikit merengkuh, matanya pelan-pelan terbuka.
"Aoin o?" tanya Aquila sambil menguap dengan tangan mengucek mata, ngapain lo?
"Aqui!" pekik Astrid yang baru datang, cewek itu menahan tawa nelihat Aquila. "Muka lo." Ekspresi Aquila terlihat bingung dengan wajah yang masih setengah sadar.
"Ke sekolah tuh buat belajar, bukan buat tidur. Sampe ileran lagi." Altair bergidik geli, membuat Aquila langsung menegakan duduknya dengan wajah yang sedikit memerah malu.
"Apasi pagi-pagi banyak bacot, gue ngantuk!" Aquila mengusap sudut bibirnya kasar.
"Iiiii ngeces," ujar Altair bermimik geli.
"Aqui liat!" Astrid mengeluarkan cermin ajaibnya, mengarahkan ke arah Aquila. Cewek itu langsung melotot terkejut saat melihat wajahnya.
"Gila!" Aquila mengusap-ngusap wajahnya yang banyak coretan, bukannya hilang coretan itu malah memudar menciptakan warna hitam di pipinya. Matanya langsung mencicing ke arah Altair yang tengah berdiri di samping mejanya. Tanpa ditanya, Aquila sudah tahu pasti siapa pembuatnya.
Tidak mungkin salah dan tidak mungkin bukan dia orangnya.
"Hehehe." Altair memberikan cengiran dengan dua jari peace-nya.
Dan benar saja, perang baru saja dimulai. Aquila menggeplak meja seraya berdiri, detik itu juga Altair lari ngacir.
"Sini gak lo!" Aquila mengejar Altair di dalam kelas yang dengan gesit meloncat dari satu bangku ke bangku yang lain.
"Tata Tai!!"
Altair tertawa. "Qu, liat deh muka lo kayak buto item." Altair menggeser tubuh Aldo yang baru datang, lalu menjatuhkan bangku Leo untuk menghalang Aquila menggapainya. "Gak kena." Altair menyempatkan diri memeletkan lidah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair At Aquila
Roman pour AdolescentsSama seperti remaja pada umumnya, Altair juga mendambakan masa SMA yang indah dan penuh warna ... juga romansa SMA yang manis? Altair Shaquille Barat, bersama empat temannya yang bobrok ikut bergabung dalam ekskul seni musik. Di SMA Pramoedya terdap...