Hehehe siap berpetualang? Selamat datang di dunia imajinasi Kanan!!
HAPPY
—READING—
.
.
.
A/A/A
Semua pemeran ramai berfoto dengan orangtua mereka di belakang layar, bahkan terlihat menyemangati anak mereka yang akan tampil sebentar lagi. Mereka padahal bukan pemeran utama, tapi orangtua mereka antusias semangat sekali untuk hadir dan mendukung jagoan mereka. Sedangkan Aquila, yang merupakan pemeran utama, bukannya Mama Papa yang hadir, tapi Buna yang hadir untuk menonton.
Athala juga bohong, laki-laki itu melanggar janji. Dia pergi, Aquila melihat Mama menggendongnya sampai ke mobil, lalu meminta Buna untuk mengurus dirinya untuk pertunjukan hari ini. Athala punya sakit, dan sering sekali ke rumah sakit untuk berobat. Tadi pagi, Buna bilang Athala harus segera diobati, jadi tidak bisa ikut menonton. Agar Athala cepat sembuh, Aquila harus terus berdoa pada Tuhan, biar Athala nggak sering ke rumah sakit lagi.
Aquila melihat Bobi yang disuapi Mamanya makan. Cowok berisi itu berperan sebagai Jafar yang jahat. Abi yang berperan jadi Raja pun tengah sibuk berfoto dengan mamanya. Ega juga sibuk dengan kostum monyetnya bersama ayahnya. Peran pembantu yang lainnya juga pada sibuk, Aquila duduk sendiri sambil menjuntai kaki di dekat cermin rias sambil melihat semua temannya dengan orang tua merka. Kalau Buna, wanita itu sekarang pasti lagi duduk di bangku penonton menunggu penampilan dirinya.
"Ququ?"
Aquila menoleh saat ada wanita memanggil namanya.
"Bunda, jangan panggil dia Ququ. Aku aja yang boleh panggil itu." Altair dengan eskrim di kedua tangannya itu menggerutu.
"Eh? Iyaa Tataa sayang.. Aqui? Sendirian aja? Nggak sama Mama?" tanya Utara.
Aquila menggeleng. "Nggak datang, Tante."
Wajah Utara jadi tak enak saat melihat raut wajah gadis kecil di hadapannya yang berbubah sedih. "Emmm, gimana kalau kita foto bertinga? Yuk!" ajaknya.
"Iihh! Foto sama Qudel—Ququ cadel? Gak mau, Bunda!" sahut Altair menggeleng.
"Tandek—Tata pendek! Siapa juga yang mau!" Aquila memeletkan lidah. Lalu kedua bocah itu saling membuang muka.
Saat itu mereka mempunyai nama ejekan tersendiri. Aquila waktu itu belum bisa menyebut R, dan Altair yang tingginya kalah oleh Aquila. Bebeda dengan saat mereka remaja, nama ejekan itu tidak lagi digunakan karena Aquila sudah bisa menyebut huruf R, dan Altair yang jauh lebih tinggi dari Aquila.
"Kalian gak boleh gitu, kan bentar lagi mau tampil sebagai pasangan." Utara membungkuk, merangkul keduanya. "Kita foto bertiga, nanti fotonya kita taroh di mading, oke?"
"Nggak mau Bunda." Altair berusaha melepas rangkulan Utara.
"Nggak mau Tante." Aquila melakukan hal serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair At Aquila
Teen FictionSama seperti remaja pada umumnya, Altair juga mendambakan masa SMA yang indah dan penuh warna ... juga romansa SMA yang manis? Altair Shaquille Barat, bersama empat temannya yang bobrok ikut bergabung dalam ekskul seni musik. Di SMA Pramoedya terdap...