AAA 29| Jadi Vegetarian

1.8K 546 315
                                    

Sobat Tata tercinta terlope tersayang terbunny terakiciwir teronjoy-onjoy tersharangeo, ramein dong tiap paragrafnya kayak orang2 🫂

hehe udah lama gak update, makasih yaa buat sobat tatong yang masih setia nungguin cerita ini

HAPPY
—READING—

.

.

.

"Habis dari mana kamu?"

"Astagfirullah!" Aquila terkejut, setelah menutup pagar mendapati papa dengan ekspresi tegasnya tengah menatap ke arahnya. "Loh, papa udah pulang? Jam segini? Tumben."

"Habis dari mana?" Papa membenarkan letak kaca matanya. Pakaiannya masih rapi dengan kemeja yang dimasukan ke celana.

"Belajar," jawab Aquila singkat, cuek saja ia melewati papa.

"Besok ikut papa sama mama ke acara perusahaan." Kalimat papa membuat langkah Aquila berhenti.

Kan, sudah Aquila duga tentu ada maunya kalau papa pulang cepat. "Ya," jawabnya tanpa berbalik arah.

"Jangan bolos bimbel lagi, papa gak mau dengar kamu ganti-ganti guru lagi. Jangan nakal sama guru kamu. Ingat, kamu pewaris satu-satunya kel—"

"I know," potong Aquila cepat. "Aku tau, pa. Gak perlu dijelaskan lagi, Aquila udah muak denger kalimat itu." Setelah mengucapkan kalimat itu, Aquila buru-buru masuk ke dalam rumah dengan amarah yang mulai meningkat.

Selalu aja! 

A/A/A

Berita perkelahian hari itu terdengar sampai ke telinga Pak Sarman. Tentu saja pembina ekskul mereka itu cemas saat mendengar kalau anak-anak bimbingannya yang akan mewakili nama sekolah berkelahi. Bukannya apa, Pak Sarman cemas kalau misalnya ada yang patah tulang, geger otak, kehilangan pita suara atau lainnya, ya berlebihan memang. Selain itu, kemarin sore Kiano tidak sengaja kepergok Pak Sarman lagi beli gorengan di pinggir jalan, bagaimana kalau mereka makan bersama dan mengganggu suara Altair? Lalu Gilang yang lagi minum es degan di pinggiran jalan. Pak Sarman semakin cemas, dan menilai mereka sulit di atur untuk makanan. Jujur saja, pak Sarman adalah salah satu mahluk overthinking paling horor.

Demi menjaga pita suara, fit tubuh, Pak Sarman meminta Aquila untuk memantau makanan mereka selama kelima cowok itu saat berada di kantin. Sebenarnya, Gilang, Kiano, Jaeden dan Jeremy mengeluh pada Pak Sarman. Padahal mereka bukan vokalis, tapi kenapa harus diatur juga. Dan kalian tau apa kata Pak Sarman? Demi menjaga solidaritas bersama Altair dan Aquila yang merupakan vokalis. Pak Sarman kalau sudah masalah seperti ini, orangnya sangat protektif.

 "Oke? Sekarang, buka tutup bekalnya." Aquila berdiri di bagian lebar meja sambil tersenyum mempersilahkan. Sedangkan wajah Altair, Gilang, Kiano, Jaeden dan Jeremy datar tanpa ekspersi. Kelima cowok itu membuka kotak bekal mereka tanpa minat.

Nasi putih, sayuran, telur rebus, mentimun. Tanpa sambal, tanpa gorengan, tak ada mie ayam, batagor. Dan minum yang biasanya es teh, es degan, harus berganti dengan air mineral.

"Aqui, lo niat nyiksa kita, ya?" Gilang buka suara dengan nada protes.

Aquila tersenyum sambil menggeleng. "Ini sesuai amanah Pak Sarman, menjaga pola makan."

"Tapi nggak harus gini juga, Aqui," sahut Jaeden tidak terima. Cowok itu menengkulupkan wajah di meja sambil mengetuk sendok di meja.

"Gue nggak sanggup dua minggu harus kayak gini," sahut Kiano nelangsa melihat kotak bekalnya. Kiano pengen nangis brutal berguling-guling di hadapan Aquila, tapi sayangnya ia hanya bisa menengkulupkan kepala di atas meja seperti Jaeden.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Altair At Aquila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang