Jangan lupa ramein! 😎
H A P P Y
—R E A D I N G—.
.
.
"Kenapa? Lo takut?" tanya Aquila memperhatikan mimik wajah Altair.
Tentu saja disaat seperti ini gengsi Altair semakin tinggi. Cowok itu menggeleng. "Siapa takut?" Altair menggaet tangan Aquila menghampiri badut penjaga tiket. "Dua," kata Altair dengan wajah sok berani.
Alih-alih menjawab atau memberikan tiket untuk keduanya, badut itu malah memberikan sebuah kubus terbuat dari kaca yang berisikan gulungan-gulungan kertas hitam dan putih. Altair menaikan sebelah alis seolah bertanya apa? Sedangkan badut itu, entah bisu, sariawan, atau malas berbicara, dia hanya mengode dengan jari yang dilapisi sarung tangan merah agar Altair mengambil satu gulungan kertas di dalamnya.
"Ambil, nih?" tanya Altair memastikan. Badut itu mengangguk.
Altair mengacak isi kubus itu, kemudian menoleh ke kanan kiri. Apakah ini hanya perasaan Altair saja, atau apa, blok trowongan hantu ini terlihat sepi.
"Berpasangan, lalu borgol, lolos, dan temukan hadiahnya," ucap Altair membaca gulungan kertas di tangannya. Aquila berjinjit, ikut mengintip dan membaca kertas yang barusan Altair ambil.
"Maksudnya?" tanya Altair pada badut itu.
Tidak menjawab, badut itu malah mengambil borgol dari kotak hitam yang berada di mejanya, kemudian mendekat pada Altair.
"Eh? Mau ngapain?" tanya Altair selidik.
Badut itu meraih tangannya. Jujur, Altair merinding bukan main saat tangan badut itu menyentuhnya. Rasanya ia ingin menendang kepala badut itu jika tidak mengingat kalau badut menyeramkan itu hanyalah cosplay, bukan hantu beneran.
"Loh, kok gue juga?" tanya Aquila heran. Pergelangan kanannya diborgol, juga dengan pergelangan kiri Altair.
"Itu tantangannya." Demi formula tuan Crab yang ingin dicuri Plankton, badut itu cewek? Suaranya cewek? Altair melongo, bisa-bisanya suara selembut itu menjadi badut menyeramkan.
"Selamat bersenang-senang," Badut itu melambaikan tangan, mempersilahkan Altair dan Aquila masuk ke dalam trowongan hantu.
"Ck, aduh." Altair yang lebih tinggi dari Aquila membuat cewek itu merasa kesusahan. Aquila meringis, kemudian mengangkat sedikit tangan kanannya agar setara dengan Altair.
Altair berdecak, memalingkan wajah dan memegang pergelangan tangan Aquila, membuat borgol itu tidak merenggang, dan Aquila tidak lagi meringis mengaduh karena tergeret.
Saat berjalan beberapa menit, tiba-tiba terdengar suara auman serigala yang membuat keduanya terpenjat. Altair menelan ludah, bulu kuduknya meremang. Masih tetap mencoba santai, Altair dan Aquila masih berjalan beriringan. Tapi, helat dari auman serigala tadi, asap-asap mulai menghampiri, bersamaan dengan aroma dupa yang menyeruak. Altair mengeratkan pegangannya di pergelangan kanan Aquila.
"Santai, gue sering nangkap tuyul. Yang begini-begini mah udah biasa," kata Altair mencairkan suasana dengan nada bicara yang meremehkan.
Aquila tidak yakin kalau tidak melihat dengan mata sendiri kalau Altair bisa nangkap tuyul. Saat Altair mencoba mencairkan suasana, Aquila merasa ada sesuatu yang mengikuti di belakang mereka. Aquila berhenti berjalan, membuat Altair ikut berhenti. "Ssst, lo denger gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair At Aquila
Roman pour AdolescentsSama seperti remaja pada umumnya, Altair juga mendambakan masa SMA yang indah dan penuh warna ... juga romansa SMA yang manis? Altair Shaquille Barat, bersama empat temannya yang bobrok ikut bergabung dalam ekskul seni musik. Di SMA Pramoedya terdap...