AAA 28| Kelahi

2.7K 581 331
                                    

Hooo, sobat Tata Squad, ramein lah 🫂

HAPPY
—READING—

.

.

.

Hari ini latihan kembali dilaksanakan. Altair, Gilang, Jeremy, dan Aquila sudah ada di ruang musik. Sedangkan Kiano, dia lagi memanggil Jaeden ke kelasnya karena piket kelamaan.   

"Boleh," kata Jeremy mengundang atensi yang lain.

"Marsmelo ngomong apa, Jer?" tanya Gilang mendekati ke sudut ruangan dekat lemari piala.

"Marsmelo katanya mau ikut nonton festival musik nanti, terus katanya kapan-kapan ajak dia ke markas," kata Jeremy membuat Altair bereaksi.

"Markas? No! Itu area rumah gue. Ntar kalo Marsmelo betah di situ gimana? Gue nggak mau." Altair besedekap, mengangkat dagu.

"Nah lo, Ta, Marsmelo nggambek. Ditempelin lo," sahut Jeremy.

"Bukan gitu woi! Maksud gue, Ayah suka mutar murotal pagi siang malam, nanti Marsmelo kepanasan loh, jadi lebih baik dia di sini aja," koreksi Altair atas kalimatnya tadi.

"WOOOIII!!" Pintu ruang tiba-tiba dibuka kasar oleh Kiano dari luar. Semua yang ada dalam ruangan jadi terkejut, sampai mengumpat ke Kiano. 

"Kenapa lo?" tanya Altair melihat Kiano ngos-ngosan kayak ngejar maling komplek.

"Belakang sekolah! Buruan!!" seru Kiano.

"Kenapa anjir?" sahut Gilang.

"Aquila lo gak usah ikut! Jaeden dikeroyok babi hutan! Buruaaan!!!" setelah mengucapkan itu, Kiano langsung berlari. 

"Babi hutan!!" Paham dengan istilah "Babi hutan", Gilang langsung menyusul Kiano sambil membawa gitar rusak tak layak pakai. Jeremy juga ikut menyusul.

"Lo tunggu di sini, jangan ke mana-mana." Altair menyuruh Aquila untuk tetap di ruangan.

"Gue juga gak minat kok, tenang aja." Aquila duduk, mengibaskan tangan menyuruh Altair pergi.

"Good!"

"Woi! Tungguin gue!" seru Altair ikut menyusul yang lainnya.

A/A/A

Pertemanan Jaeden bersama Altair, Gilang, Kiano dan Jeremy bermula saat tidak sengaja melihat Jaeden lagi dipalak, dibully oleh enam pentolan sekolah yang tidak lain adalah orang yang sama saat upacara senin waktu itu. Demi membantu orang yang ditindas, Altair dan temannya menolong Jaeden, kelahi melawan pentolan sekolah sampai besoknya dipanggil ke ruang BK. Dan fakta lucunya lagi, Kiano sampai pergi ke tukang pijat malam harinya karena paling banyak bonyok.

Jaeden itu receh, tapi tipe yang tidak percaya diri. Bahkan ia pernah ditolak cewek dengan alasan si cewek suka cowok yang jago main gitar listrik. Agaknya, setelah perkelahian di belakang sekolah waktu itu membuat Jaeden jadi kenal dengan Altair dan teman yang lainnya. Dan mereka menjadi semakin dekat saat kelas 10 dimana Jaeden memilih ikut bergabung di ekskul musik. Mereka semakin akrab, hingga akhirnya Jaeden resmi menjadi sahabat Altair.

Jaeden juga bertekad, Jania akan menyesal karena menolaknya dulu.

"Ngaku gak lo!" Alex, cowok dengan rambut jabrik kayak ekor ayam jago, kalung rantai, baju keluaran, anting hitam di telinga, alis cepakan itu menarik kerah belakang baju Jaeden.

"Ngaku woi! Lo, kan, yang udah ngelapor kita ke kepala sekolah?!" Madan yang merupakan salah satu dari mereka itu mendorong Jaeden hingga cowok itu terjatuh ke belakang dengan pantat yang membentur tanah.

Altair At Aquila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang