Pembaca gue uta ata, mari kita bernostalgia di bab ini.. buat yang gak baca uta ata gpp, trobosss ajaaa
HAPPY
—READING—.
.
.
Ritual yang dimaksud adalah menggotong Kiano, lalu menceburkannya ke kolam renang karena hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-17. Jeremy yang paling tua di antara mereka pun sama, saat merayakan ulang tahunnya juga diceburkan ke kolam renang, lalu setelahnya ulang tahun Jaeden, Gilang dan sekarang Kiano.
Kiano mengusap wajah dan menyugar rambutnya yang basah. "Sialan lo pada, gue lagi enakan tidur juga." Rasanya sungguh Kiano hendak melempar teman-temannya pakai bola api. Kembang tidur sorenya jadi terputus karena perlakuan mereka yang sungguh menyebalkan. Memang benar kata orang, tidak baik tidur sore selepas ashar.
"Kelamaan nunggu Tata, bonyok lo pada udah otw ke sini," sahut Jaeden.
Aquila menatap Altair dengan ekspresi tanda tanya. Kalau ada rencana bersama teman-teman, kenapa menyuruhnya datang hari ini untuk kerja kelompok? Kan bisa besok! Aquila menutup bibir rapat-rapat, geram, ia malas terjebak di momen seperti ini, apalagi bersama teman-temannya Altair.
"Ciee, Ono udah 17 tahun. Ntar foto KTP nya kayak buronan!" teriak Gilang memendung mulut menggunakan tangan.
"Selamat kurang umur, No! Moga kedepannya berani bilang cinta ke Aster!" ucap Jaeden setengah berteriak. "Biar gak join club jones bahula aselole."
"Moga hutang sama Mbok Iyem cepet lunas, kolor gue cepet dibalikin," Jeremy ikutan.
"Kalo gue sih, moga Ono gak lemot, pekaan, romantis, and as always pantatnya tetap mulus," kata Altair.
"Hoy! Gue romantis ya orangnya," Kiano menyipratkan air ke Altair.
Altair menghalau cipratan air. "Pantat lo romantis! Ceweknya nangis, bukannya dipeluk kek, disemangatin kek, malah ikutan nangis." Altair membuka salah satu aibnya, membuat Kiano melempar Altair pakai sendalnya yang mengapung.
"Tau si Ono, Aster sakit malah dibawain buku." Jaeden ikutan.
"Hooh, Aster sakit bukannya disuapin pas makan, malah cuman dikasih mangkuk bubur." Gilang juga.
"Kalo kangen malah mencak-mencak di grup, gak berani bilang langsung." Jeremy juga.
"Biar romantis dibawain mawar, kalo Ono malah dibawain bunga trompet," kata Altair.
"Kalo bisa bunga bangkai, Ono bawa tuh bunga," sahut Gilang.
"Kok lo pada malah mengungkit-ungkit, seolah gue cowok tergak peka di alam semesta," sungut Kiano kesal.
"Kan faktanya lo emang suka ngebug kalo lagi berduaan sama cewek yang lo suka." Jaeden menepuk-nepuk pantatnya mengejek.
"Lola," sahut Jeremy.
"Gak pekaan, ewh," Gilang menambahkan.
"Temen kek taik lo semua!" Kiano berenang mendekat ke arah tiga temannya, lalu menyipratkan air ke arah mereka.
"Awh, nanti akuh jadi mermaid kalo kena air." Jaeden mundur sambil berjinjit centil.
"Mimi peri tolong angkat Jaeden jadi pengikut mu." Gilang mendengus geli.
Jaeden memanyunkan bibir manja. "Lang, lo bau dosa." Jaeden mendorong Gilang, cowok berbaju navy itu pun langsung oleng ke depan dan terjatuh ke air.
Tak lupa juga. "Lo juga Jer." Jaeden mendorong Jeremy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair At Aquila
Ficção AdolescenteSama seperti remaja pada umumnya, Altair juga mendambakan masa SMA yang indah dan penuh warna ... juga romansa SMA yang manis? Altair Shaquille Barat, bersama empat temannya yang bobrok ikut bergabung dalam ekskul seni musik. Di SMA Pramoedya terdap...