Epilouge

2.1K 87 16
                                    

"Maaf, Harry. Tapi, aku tidak bisa," ujarku lalu pergi meninggalkan Harry.

*

Ya, lebih baik aku melepaskannya bukan? Lagi pula kasihan Jessye, ia mencintai Harry. Bila aku menerimanya, berarti aku egois. Biarlah aku sakit hati, nanti juga perasaan sakit itu hilang sendiri. Anggaplah aku bodoh, tapi aku memang pantas mendapatkan ini.

Tidak terasa hari ini adalah hari kelulusan, dan aku masih mencintainya. Aku memang bodoh bukan? Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi. Upacara kelulusan sudah selesai, aku berjalan keluar dari sekolah ini. Sekolah yang menyimpan banyak kenangan. Aku tertawa sedih, tidak terasa air mata keluar dari mataku. Oh, aku pasti menangis karena terharu.

"Hey," sapa seseorang yang berada di sebelahku.

Aku menoleh, dan mendapati Harry sedang tersenyum lembut. Aku menghapus air ataku, "Hey," sapaku balik, sialan mengapa suaraku harus serak sih?

"Kenapa harus menangis? Bukankah kau yang bodoh malah melepaskanku?" tanya Harry. Sialan, itu petanyaan atau sindiran sih?

"Aku menangis karena bahagia, bodoh!" jawabku, dan air mata mulai mengalir lagi dari mataku. Mengapa harus menangis sih?

Harry menghapus air mataku dengan lembut, "Hey, apa kau yakin dengan jawabanmu waktu itu?" tanya Harry pelan.

Aku mulai menangis, "Kau kenapa selalu mengungkit kejadian itu sih?" tanyaku kesal.

Harry menghela nafas, "Karena aku tidak bisa melepaskanmu, Felicia."

Aku tersenyum kecut, "Jangan bodoh, kau kan punya Jessye."

"Sudah berapa kali aku bilang bahwa aku dengan Jessye tidak menjalin hubungan! Dia bukan kekasihku," ujar Harry kesal.

"Tapi, apa kau masih mencintainya?" tanyaku pelan.

Harry menatapku dengan lembut, "Aku hanya mencintaimu seorang," jawabnya.

Sialan, aku jadi ingin menangis lagi. "A-aku ..." aku membiarkan air mata mulai membasahi pipiku lagi, "Aku juga, tapi aku tidak tau," aku menunduk.

"Tidak tau apa, Fel?" tanya Harry.

"Aku juga tidak mengerti, Harry! Ini semua terasa rumit, besok aku harus berangkat ke New York, ka-"

"Apa katamu? New York?" tanya Harry kaget. Aku mengangguk pelan, "Ya, aku akan kuliah di sana."

Harry mengusap wajahnya dengan frustasi, "Mengapa kau baru bilang sekarang?" tanya nya dengan sedih.

"Aku ingin melupakanmu," jawabku dengan pelan. Aku menangis, aku tidak mau menyakitinya. Namun, ini yang terbaik. Bagiku, dan baginya.

"Mengapa kau tega menyakitiku, Fel?" tanya nya dengan nada tinggi.

"Kau pikir kau siapa? Siapa yang membuatku mengambil keputusan ini? Kau Harry! Kau yang duluan menyakitiku, dan aku sudah lelah untuk disakiti lagi," bentakku. Oh sialan, ini sungguh dramatis.

Harry memelukku dengan erat, "Maafkan aku, Fel. Maafkan aku," bisik Harry dengan penuh penyesalan.

"Lepaskan aku!" ucapku sambil menangis kencang. Mengapa aku menjadi cengeng begini?

"Maafkan aku, Fel. Aku menyakitimu lagi," bisik Harry, ia melepaskan pelukannya dan berjalan pergi meninggalkanku. Dia benar-benar brengsek!

Aku mengejarnya, lalu memegang lengannya, ia menoleh, "Kau brengsek!" betakku.

Harry tersenyum, "Ya, dan aku mencintaimu. Ku harap kita bisa mengulang semuanya dari awal," ujarnya, ia mencium bibirku sekilas, lalu pergi meninggalkanku.

Fall // h.s {ON EDITING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang