18. Upset

1.4K 90 9
                                    

"Harry!" panggil Felicia yang terkesan berteriak, walau Felicia masih agak gengsi memanggil Harry, tapi dia harus memanggilnya.

Harry yang sedang mengobrol dengan seorang gadis menoleh ke arah Felicia. Felicia memperjelas penglihatannya, ternyata gadis yang sedang bersama Harry adalah Jessye.

Felicia menghampiri Harry, "Ada apa?" tanya Harry yang terkesan dingin dan tajam.

"Nanti saat pulang sekolah, boleh ke toko buku sebentar? Ada buku yang harus kubeli untuk pelajaran Kimia." jelas Felicia.

"Oh, yasudah." kata Harry singkat, lalu pergi meninggalkan Felicia, sambil menggandeng tangan Jessye.

Oh, sudah kuduga. Kata-katanya dua hari yang lalu, hanyalah sebuah dusta. Untung aku tak mempercainya, aku hanya hampir mempercainya waktu itu. Tapi aku sudah langsung sadar, walaupun begitu, rasa sakitnya tetap terasa ya? pikir Felicia yang menatap Harry dan Jessye pergi menjauh sambil bergandengan tangan, Felicia hanya tersenyum miris.

*

Saat sekolah telah usai, Felicia mencari Harry. Ia menghampiri kelas Harry, tapi tampaknya Harry sudah keluar kelas dari tadi. Karena, Harry tak ada di sana. Saat Felicia sibuk mencari Harry, ia melihat Harry sedang bermain basket dengan seseorang. Oh, dengan Jessye ternyata.

Jessye mengambil bola dari Harry, Harry mengejarnya. Lalu, Harry berusaha mengambil bola dengan cara memeluk Jessye dari belakang. Hati Felicia terasa sakit, ingin sekali ia menampar Jessye. Tapi ia ingat, ia bukan siapa-siapa Harry. Felicia menghampiri Harry dan Jessye.

"Harry, katanya kau mau mengantarkanku ke toko buku." kata Felicia sambil berusaha tersenyum. Harry melepaskan pelukannya dari Jessye, lalu menatap Felicia datar. "Maaf aku sedang sibuk," kata Harry tajam.

Oh sedang sibuk bermesraan dengan Jessye, pikir Felicia. "Tapi, kau sudah janji, Harry!" kata Felicia.

"Kau punya mata dan otak kan? Kau bisa melihat aku sedang bermain basket bersama Jessye. Harusnya kau gunakan otakmu untuk berpikir kalau kau lebih baik minta orang lain mengantarkanmu ke toko buku!" bentak Harry, Felicia kaget dengan kata-kata Harry barusan. Jessye pun juga begitu, karena kata Emma, Felicia adalah sahabat Harry.

Rasa sakit yang ada di hati Felicia pun kembali lagi, ia mencoba tersenyum. "Kalau begitu aku pergi duluan ya! Maaf sudah mengganggu kalian, bye!" kata Felicia dengan nada bersemangat lalu pergi meninggalkan Harry dan Jessye.

Kurasa Felicia sudah dapat menyembunyikan rasa sakitnya sekarang.

*

Felicia berjalan menuju toko buku, ia memikirkan kata-kata Harry tadi. Ia tak menyangka, jika Harry akan membentaknya.

"Kau kenapa, Fel?" tanya seseorang. Felicia menoleh ke samping, dan mendapati Niall yang sedang menyetir mobilnya, jendela mobilnya ia turunkan agar bisa bertanya ke Felicia.

Felicia tersenyum, "Aku tak apa-apa." jawabnya.

"Butuh tumpangan?" tanya Niall lagi, ia tak mau memaksa Felicia untuk bercerita apa yang terjadi. Karena ia bisa lihat dari wajah Felicia, bahwa ia sedang kacau. Felicia mengangguk, "Antar aku ke rumah ya, Niall." kata Felicia, ia sudah tak ada semangat lagi untuk pergi ke toko buku.

*

Sesampai dirumah, Felicia segera masuk ke kamar dan mengunci pintu. Ia tak peduli dengan Gemma yang meneriaki namanya sedari tadi. Ia menangis dan berfikir, untuk apa ia marah? Untuk apa ia sedih? Untuk apa ia menangis? Untuk apa ia cemburu? Ia tak punya hak untuk marah, sedih, menangis, dan cemburu. Karena ia bukan kekasih Harry, sahabat saja sudah bukan. Ia bukan siapa-siapa Harry lagi sekarang, dan tak akan pernah menjadi siapa-siapa Harry, lagi.

Tapi hanya ada satu perasaan yang sangat Felicia rasakan, Felicia akui bahwa ia kecewa dengan sikap Harry. Ia sangatlah kecewa.

**

a.n

Astaga this chapter sangatlah nyesek<//3 Kasihan sekali Felicia:"( Gue peringatin aja ya, chapter selanjutnya bakalan menye-menye kayak gini:)

Btw, gue sedih, ternyata selama ini kebanyakan adegan romantis gajelasnya:( jadi udah sampe chapter 18, padahal konfliknya baru mulai sekarang. Gue pengen hapus cerita ini deh... Tapi tanggung:( aduh sedih banget, labil parah. Tapi waktu ngeliat temen gue si Nina teriak-teriak baca cerita ini krn adegan so sweetnya jadi gak tega:(( Jadi mending di lanjut atau gak ya? makasih xx.

Fall // h.s {ON EDITING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang