9. Should i?

1.7K 105 2
                                    

HARRY POV

Tampaknya sudah seminggu aku mengabaikannya, dan dia sepertinya juga mengabaikanku.

Baguslah, jika dia membeciku, lebih baik dia benci terhadapku daripada tersakiti nantinya.

Sudah jam 3.00 a.m, sebaiknya aku tidur daripada terlambat nanti.

****

Hari ini pelajaran biologi. Sial, aku belom mengerjakan tugas karena semalam memikirkan, Nasha.

Dengan rasa malas, aku pergi ke luar kelas bersama Natia yang juga tidak mengerjakan tugas.

"Kau kenapa berisik sih tadi dikelas?" tanyaku kesal. Sudah seminggu mood ku jelek, sekarang tambah lagi deh.

"Terserah aku dong." jawabnya santai. "Kau menyebalkan." gerutuku sambil mengerjakan tugas.

"Felicia!" teriak Natia. Aku segera melihat ke arah kelas Felicia, dan melihat dia yang sedang menghampiri kami.

Dia melihatku sebentar, lalu mengahlikan pandangannya ke arah Natia. "Ada apa?" tanyanya. "Punya pensil tidak?" tanya Natia. Dasar gak modal.

Felicia mengangguk dua kali, lalu berjalan ke arah kelasnya. Dia menghampiri kami lagi, dan memberikan pensilnya ke Natia.

"Thanks! " kata Natia. Aku lebih baik sibuk mengerjakan tugas sajalah. "Apa yang sedang kalian lakukan?" tanyanya.

"Masa kita disuruh keluar dari kelas untuk buat tugas biologi, karena kita gak ngerjain. Ngapain sih Miss.Emma nyuruh kita keluar segala?" gerutu Natia.

"Kau juga berisik sih, jadi kita disuruh keluar!" kataku sambil mengerjakan tugasnya tanpa melihat ke arah Felicia sekalipun.

Aku dapat merasakan bahwa Felicia sedang melihat ke arahku, "Harry, aku ma-" "Felicia! Mr.Eko sudah datang! Ayo masuk ke kelas" teriak teman sekelasnya.

"Iyaa" katanya sambil berlari kecil ke arah kelasnya. Untung saja teman sekelasnya memotong dia berbicara, karena aku tau apa yang dia ingin katakan.

****

"Harry!" kata Natia sambil menghampiriku di kelas. "Apa?" tanyaku.

"Tolong kasih ini ke Feliciamu itu ya! Bye! " kata Natia sambil menaruh pensil Felicia di tanganku lalu meninggalkanku.

"Hey, maksudmu apasih? Seenaknya saja! Lagi pula dia bukan Feliciaku!" kataku kesal.

Aku berjalan ke luar kelasku lalu menghampirinya yang sedang berada di depan kelasnya.

"Fel, ini pensil yang kau pinjamkan ke, Natia." kataku, aku dapat melihatnya kaget karena melihatku. "Thanks " katanya pelan.

"Kenapa sih kau meminjamkan pensil ke dia? Kan, gara-gara itu aku jadinya yang disuruh mengembalikannya padamu." gerutuku. Aku memang kesal gara-gara Natia, aku harus berbicara dengannya.

Dia menatap wajahku, "Harry, maaf ak-" "Sudahlah tak usah minta maaf, sudahnya aku mau pergi ke kelas masih banyak urusan, bye! " potongku lalu meninggalkannya sendiri.

Aku tau dia bukan minta maaf karena hal tadi, tapi hal lain. Jadi, aku harus memotong ucapannya.

****

Aku sedang berdiri sendiri di depan gerbang, sambil bermain iphone ku. Aku sedang menunggu teman-temanku.

"Harry!" kata seseorang sambil berlari ke arahnya. Aku melihat ke arahnya, itu Felicia, "Ada apa?" tanyaku.

Kumohon jangan minta maaf.

"Aku, ingin minta ma-" "Harry! Ayo kita pergi!" kata teman-temanku yang sedang berjalan ke arahku dan Felicia.

"Maaf, Felicia. Mungkin kau bisa berbicara lain kali, bye." kataku sambil berjalan ke arah teman-temanku.

Untung teman-temanku datang. "Bye." katanya pelan dengan nada kecewa.

****

Aku sudah sampai dirumah, aku masih berpikir tentang Felicia yang berusah minta maaf denganku.

"Apa yang harus kulakukan?" tanyaku ke diriku sendiri, sambil berguling-guling di tempat tidurku

Aku melihat iphone ku yang bergetar. Ada dm yang masuk. Aku segera membukannya.

Felicia Nasha: Harry...

Aku bingung, apa sebaiknya ku jawab atau tidak? Should i answer her? Or maybe no? Otakku berkata tidak, tapi hatiku berkata iya. Sudah berapa lama aku mengabaikan dm itu, akhirnya aku menghianati otakku sendiri dan membalasnya.

Harry Styles: Ada apa?

Bodoh kau, Harry. Kau sudah tau dia ingin minta maaf, tapi bilang 'Ada apa?'. Sebaiknya aku berpura-pura tidak tau sajalah.

To be Continue...

a.n

Ini chapter bercerita dari sisi pandangnya Harry. Emang ngulang chapter delapan sih, tapi bedanya make Harry POV aja. Tapi kalian jadi tau kan kalo Harry masih peduli sama Felicia? Sampe lupa bikin tugas karena mikirin Felicia mulu lol.

Well, ini baru pertama kali gue bikin chapter dari sisi pandang cowok, soalnya gue selalu pake sisi pandang cewe. Jadi, maaf kalo hancur lol.

Gue ganyangka ada niat buat chapter ini. Padahal, niat gue buat chapter nya minggu depan. Tapi gue pikir-pikir minggu depan gue sibuk belajar (ceilah najis lu ci) buat UAS. Jadi sekarang deh buatnya.

Jangan lupa vomments yaw!

bye xx

Fall // h.s {ON EDITING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang