Pagi ini Febi sedang menunggu Rafa di halaman rumahnya dengan menggendong kucing yang pernah diberikan Rafa.
Rafa membunyikan kelakson mobilnya setelah sampai di depan rumah Febi, kemudian ia turun dari mobilnya dan menghampiri Febi yang masih sibuk dengan kucingnya.
"Pagi," ucap Rafa kemudian mengecup pipi Febi.
Febi diam, ia mengabaikan Rafa, ia masih asik dengan kucingnya.
"Ck, nyesel gua beliin kucing." Rafa bergumam pelan, ia kesal, tapi mengingat Febi masih sedikit demam, ia mati-matian berusaha sabar.
"Sayang ...."
"Febi."
"Febiana Fransiska Putri!"
Masih diabaikan. Entah sengaja atau pura-pura, Rafa tidak tahu.
Rafa yang sudah kehabisan kesabaran sontak mengumpat kesal. "Shit!" Laki-laki mengambil kasar kucing yang di gendong Febi.
"Rey?!" Febi terkejut ketika tiba-tiba Rafa mengambil kucing yang digendongnya dengan kasar.
"Bik Inah," panggil Rafa pada Bi Inah yang sedang menyapu halaman depan rumah Febi.
"Iya, Den. Ada apa?" tanya Bi Inah.
"Ini bawa kucingnya ke dalam," perintah Rafa dingin, tatapan tajam ia layangkan pada pembantu itu membuat sang empu jadi ketar-ketir.
"Baik, Den." Bi Inah mengambil kucing tersebut kemudian membawa kucing tersebut ke dalam dengan terburu-buru.
"Aku nggak suka diabaikan." Rafa menatap tajam Febi. Ia menarik tubuh Febi untuk semakin dekat dengan tubuhnya. Tatapannya yang tajam seolah menusuk mata. Febi tak sanggup jika harus menatap mata itu terlalu lama.
"Maaf, habis kucingnya imut ...," lirih Febi dengan menunduk.
"Besok aku kasih yang lebih imut."
"Apa?" tanya Febi dengan menatap Rafa bingung saat laki-laki sudah berkata tak lagi dengan nada dinginnya.
"Dedek bayi," jawab Rafa dengan mengedipkan sebelah matanya kemudian tersenyum miring membuat Febi sontak berteriak.
"Rafa!" Ia mencubit pinggang Rafa dengan wajah yang memerah karena malu pada diri sendiri, bisa-bisanya pikirannya sudah berada di atas kasur sekarang.
"Aw, ampunz Sayang." Rafa menyingkirkan tangan Febi dari pinggangnya kemudian memeluk Febi erat.
"Kamu nggak usah sekolah ya?" Rafa mencoba meminta dengan nada lembut tanpa paksaan, dan tanpa kekerasan.
"Aku nanti ada ulangan Rey, aku udah sehat kok."
"Dasar keras kepala, ya udah ayo berangkat nanti kamu telat, kalo aku mah telat udah biasa." Rafa menggengdong Febi menuju mobilnya.
"Turunin Raf!"
"Udah diem!" Rafa meniup wajah Febi membuat Febi menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Rafa. Bukan apa-apa, takut saja jika tiba-tiba Rafa berubah pikiran tak hanya meniup wajahnya, tapi juga menganu bibirnya, kan bahaya.
***
SMA MERAH PUTIH"Kita upacara nih, Raf?" tanya Gevin membuat Rafa berdehem pelan sebagai jawaban.
"Tapi lu 'kan kaga bawa topi," ucap Langit yang diangguki oleh Gevin dan Leon. Mana pernah sejarahnya kutu kupret ini bawa topi.
"Ya udah si, yang penting gua bisa lihat Febi."
"Ya udah kuy," ajak Leon pada ketiga sahabatnya.
"Kalian pake topi?" tanya Rafa ketika melihat sahabat membawa topi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [On Going]
Teen Fiction"Kesalahan terbesar elo adalah udah berani ikut campur dalam urusan gua dan apa lo tau? Karna hal itu lo masuk dalam kehidupan gua dan lo nggak akan bisa keluar dari kehidupan gua apapun caranya." Reyrafa Aditama Aflastar