Air mata itu kembali jatuh saat tangan Rafa yang kekar kembali mencengkram tanganya. Tulangnya terasa akan hancur. Rafa marah untuk kesekian kalinya.
Dengan amarah yang masih membelenggu, Rafa membanting tubuh Febi kuat pada pagar sekolah itu. Tangis Febi semakin kencang merasa punggung yang terasa sangat sakit. Ia hanya ingin pulang terlebih dahulu tadi, apa itu salah. Toh, rumahnya dan SMA Cakrawala tidak terlalu jauh.
Rasa sakit kian bertambah kala Rafa menjambak rambutnya kuat. Febi pasrah saat Rafa mulai menciumnya secara bruntal. Gevin dan Leon asik memakan keripik yang tadi mereka beli di warung dengan menonton Rafa.
"Minum, Vin." Leon merebut botol air mineral dari tangan Gevin.
"Raf!" peringat Gevin saat Rafa menyusupkan tangan ke dalam baju Febi.
Rafa segera menjauhkan tubuhnya dan mengusap wajah kasar. Wajah Febi sembab akibat tangis yang tak kunjung reda padahal ia sudah memberi penawaran untuk sakit yang telah ia buat.
"Masih kurang?" tanyanya dengan terseyum miring. Rafa kembali menarik mendekatkan wajahnya dan menangis mencium Febi lagi. Hati Febi terasa remuk diperlakukan serendah ini oleh Rafa.
Dengan tapas terengah. Febi mendorong tubuh Rafa sekuat tenaga. Ia berlari setelah itu mengucapkan banyak umpatan. Sementara Rafa hanya tertawa sembari mengusap bibirnya yang basah. Kedua sahabatnya menggelengkan kepala secara kompak.
"Gila!" Keduanya sontak memakan keripik dengan tempo cepat saat Rafa melayangkan tatapan tajam.
Leon berdzikir di dalam hati. Rafa seakan ingin memakannya hidup-hidup. Ya Allah, tolong! Di sini ada setan!
Rafa menatap punggung Febi yang semakin menjauh dengan tersenyum miring. Sejauh apapun Febi berlari, tidak akan bisa lepas darinya. Rafa hendak berlari mengejar Febi tapi bunyi notifikasi dari ponselnya membuatnya terhenti.
Papa
[Pulang ke rumah kakek, papa tunggu]Rafa memasukan ponselnya ke dalam saku. Ia menatap kedua sahabatnya yang kini tengah berebut keripik yang tinggal sedikit.
"Lo tau, Vin? Menurut Febi, pasti lebih baik dikejar sama anjing dari pada jelmaan iblis. Ye nggak?"
"Iya," jawab Gevin seadanya.
"Kalau lo setuju, berati keripik ini buat gua!"
"Lah kok bisa, gua ciumin muka lo ke janda baru tau."
"Kalian mau ikut gua atau mau gua buang ke Amazon?"
"Ke hati mantan aja, Raf," sahut Leon membuat Rafa memutar bola mata malas.
"Punya mantan lu?" sinisnya mendapat gelak tawa dari Gevin.
"Nggak usah ditanya, Raf. Lo tau sendiri, kita bertiga ini nggak punya MANTAN punyanya UANG!" Leon berujar sombong.
"Banyak uang kok masih sering minta hotspot!"
***
Dengan wajah datarnya, Rafa berjalan memasuki rumah besar itu tanpa memperdulikan tatapan tajam dari ayahnya yang sedari tadi terasa begitu menegangkan untuk seorang pria tua yang kini tengah duduk di bangku teras.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [On Going]
Teen Fiction"Kesalahan terbesar elo adalah udah berani ikut campur dalam urusan gua dan apa lo tau? Karna hal itu lo masuk dalam kehidupan gua dan lo nggak akan bisa keluar dari kehidupan gua apapun caranya." Reyrafa Aditama Aflastar