Malam hari
Rafa dan kedua sahabatnya, Gevin dan Leon sedang nongkrong bersama disebuah cafe. Mereka hanya bertiga karna Langit sedang ada urusan.
Rafa dan Gevin asik bermain game, sedangkan Leon asik dengan makanannya.
"Raf," panggil Leon.
"Hm," sahut Rafa.
"Lihat itu deh." Tunjuk Leon dengan dagunya.
"Ck, jangan ganggu gua," ucap Rafa tanpa mengalihkan pandangannya dari HP, ia terlalu asik dengan game-nya bahkan ia tak melihat pesan yang dikirimkan Febi.
"Lihat dulu goblok," ucap Leon kesal tapi tetap diabaikan oleh Rafa.
Karna sudah terlanjur kesal akhirnya Leon menarik telinga Rafa.
"Kampret, paan dah?" Rafa menepis kasar tangan Leon kemudian menatap Leon dengan tajam.
"Itu lihat goblok!" Leon menunjuk dengan dagunya. Rafa mengikuti arah yang ditunjuk Leon, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal kuat, tak lupa dengan tatapannya yang menajam ketika melihat gadisnya bersama pria lain. Emosinya semakim memuncak ketika pria tersebut mencium puncak kepala gadisnya kemudian berlalu pergi.
"Bangsat!" Rafa memasukan HP-nya kesaku celana jean-nya.
"Febi!" Rafa menarik kasar tangan Febi membuat Febi terkejut.
"Rey ...."
"Ikut aku." Rafa menggenggam kuat pergelangan tangan Febi membuat Febi meringis kesakitan.
"Sakit, Rey." Febi berusaha menahan rasa sakit di tanganya namun ia tak sanggup.
Rafa tak mempedulikan rintihan Febi, ia menarik kasar Febi menuju mobilnya.
"Sakit, Rey ...." Tangis Febi pecah ketika Rafa semakin menguatkan pegangannya bahkan rasanya tangannya sudah remuk.
"Diam, jangan nangis!" bentak Rafa.
"Kamu kenapa?"
Rafa memandang sinis ke arah Febi.
"Jangan pura-pura bodoh, Febi!" Rafa mendorong kuat tubuh Febi agar masuk ke mobilnya.Laki-laki itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Febi semakin ketakutan.
"Rafa, pelan-pelan!"
"Diam!" bentak Rafa. Bukannya memelankanya Rafa semakin menambah kecepatannya membuat Febi memejamkan mata.
"Malam ini aku akan buat kamu jadi milik aku selamanya sayang, kamu semakin dilembuti semakin ngelunjak." Rafa menarik Febi keluar dari mobilnya saat mobil itu telah sampai di gedung apartemennya.
"Aku salah apa, Rey?" Febi tak mengerti akan kesalahannya.
"Kamu tanya kamu salah apa? Salah kamu karna udah berani jalan sama pria lain!" Rafa kembali membentak Febi.
"Dia kakak aku, Rey," kata Febi memberitahu.
"Bullshit." Rafa menarik Febi menuju apartemennya.
"Aku nggak bohong, Rey."
Rafa tak memperdulikan Febi, ia membawa Febi menuju kamarnya.
Febi berjalan mundur, Rafa mengunci pintu kamarnya kemudian membuang kuncinya kesembarang arah.
"Kamu mau apa Raf?" Febi semakin ketakutan ketika Rafa telah membuka bajunya hingga memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak dan dadanya yang bidang.
Rafa semakin mendekati Febi, membuat Febi semakin ketakutan.
"Berhenti! Atau kamu mau aku mati?" Rafa membelalakan matanya ketika melihat Febi mengarahkan gunting pada nadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [On Going]
Teen Fiction"Kesalahan terbesar elo adalah udah berani ikut campur dalam urusan gua dan apa lo tau? Karna hal itu lo masuk dalam kehidupan gua dan lo nggak akan bisa keluar dari kehidupan gua apapun caranya." Reyrafa Aditama Aflastar