PART DUA PULUH SATU

9.8K 924 268
                                    


Semenjak mata terbuka, tatapan mata Rafa tak lepas dari wajah cantiknya Febi kini masih tidur di dalam dekapannya. Akh, ia ingin merasakan ini terus, ia ingin Febi lah orang yang akan selalu menemaninya tidur, ia ingin hanya Febi-lah yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya nanti. Ia ingin Febi menjadi miliknya untuk selamanya.

Rafa berjanji pada dirinya sendiri. Ia tak akan pernah melepaskan Febi. Febi akan menjadikan fantasinya selama ini terwujud secara nyata.

Febi miliknya, hanya miliknya. Tidak akan ada yang bisa memiliki gadis itu, karena Febi adalah miliknya. Ya, miliknya ....

Gadis itu lah yang akan menemani hidupnya sampai tua nanti. Gadis itu lah yang akan membesarkan anaknya. Gadis itu lah yang akan menyambutnya setiap kali pulang kerja. Gadis itu yang akan menghangatkan ranjangnya agar tak sedingin saat ia tidur sendiri.

Senyum yang sejak tadi terbit kini tak jua luntur. Perkataan Febi semalam membuat rasa bahagia yang tak bisa ia jabarkan. Ia memang tak peduli jika Febi tak mencintainya, tapi saat cintanya dibalas, tentu saja ia akan sangat bahagia.

Sangking bahagianya, ia tak bisa menahan hasrat untuk tak mengecup pipi Febi hingga membuat sang empu terusik dari tidurnya.

"Aku mencintaimu, Febiana Fransiska Putri," bisiknya dengan senyum yang masih tercetak jelas.

Febi yang baru saja mendengar bisikan setan mengerjakan matanya. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih berceceran. Hingga saat kesadarannya telah kembali penuh dan pandangannya sudah jelas, wajah Rafa adalah hal pertama yang ia lihat.

'Pagi-pagi udah senyum aja ni anak, mau buat gua diabetes kalik ya,' omel Febi dalam hati. Namun, tak bisa dipungkiri oleh Febi jika ia suka melihat senyum itu.

"Morning, Sayang," sapa Rafa dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

"Pagi," jawab Febi pelan. "Jam berapa Rey?"

"Jam lima. Kenapa?"

"Aku mau pulang, Rey."

"Nggak," jawab Rafa ketus kemudian mengalihkan pandangannya ke arah langit-langit kamarnya. Ia masih sangat tidak ingin berpisah dengan Febi.

"Please, nanti kalo kakak aku udah pulang gimana?" mohon Febi. Orangtuanya mungkin akan mengerti, tapi kakaknya apa juga akan bisa mengerti sifat Rafa?

Rafa menghembuskan napas kasar. "Emang kakak kamu kemana?"

"Pacar kakak aku kecelakaan, jadi tadi malam dia pergi ke rumah sakit."

"Ok, aku antar pulang," putus Rafa dengan suara ketus membuat Febi tahu, laki-laki itu tak suka dengan permintaannya. Namun Rafa terpaksa.

***

06.30AM

Rafa kini tengah menunggu Febi, mereka akan berangkat sekolah pagi ini. Tatapan Rafa yang semula tenang kini berubah menjadi tajam saat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Febi.

Tampak seorang pria tampan turun dari mobil, jika dilihat usianya kira-kira sekitar dua puluh lima tahun.

"Siapa, Lu?" tanya Rafa tak ingin berbasa-basi.

"Harusnya gua yang nanyak, Lu siapa?" Bukannya menjawab pria tersebut malah balik bertanya.

"Gua pacarnya, Lu siapa?" tanya Rafa dengan menatap nyalang pria tersebut. Ia melirik tubuh Febi sekilas yang terlihat dari kaca jendela.

'Jadi ini pacarnya Febi. Posesif bat dah,' fikir pria tersebut dengan bergedik ngeri, tapi sepertinya akan sangat menyenangkan jika sedikit bermain-main.

YOU ARE MINE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang