Kita persingkat saja oke, biar nanti bisa lancar updetnya
.
.
.Sudah enam bulan lamanya hidup Febi di bawah kendali Rafa, tidak boleh berteman dengan laki-laki, kontak fisik, mengobrol, duduk berdekatan, chatingan, dan masih banyak lagi. Tidak ada yang berani mendekati Febi, kalaupun ada pasti mereka akan langsung dibuat babak belur oleh Rafa.
Kini Rafa dan Febi berada di depan rumah Febi, mereka baru pulang sekolah. Sudah menjadi keharusan bagi Febi jika pulang sekolah ia harus pulang bersama Rafa, jika tidak siap-siap saja pipi yang mulus berubah menjadi kemerahan atau tangannya terluka karna terkena kuku Rafa yang panjang.
"Aku pulang," ucap Rafa kepada Febi yang sudah turun dari motornya.
"Iya," jawab Febi tanpa menatap Rafa.
Rafa mencengkram dagu Febi, membuat Febi mau tak mau menatap iblis yang menjelma menjadi manusia itu.
"Udah berapa kali aku bilang, kalo ngomong tatap mata aku," ucap Rafa dengan menatap tajam Febi.
"Maaf."
Rafa menghela nafas kemudian melepaskan cengkramannya.
Cup.
Rafa mengecup pipi Febi, kemudian menyuruh Febi masuk.
"Masuk!" perintahnya dingin.
Febi masuk ke dalam rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Rafa mengepalkan tangannya, apa Febi tak akan pernah bisa menerimanya menjadi pacar? Pertanyaan itu yang terus berputar di otaknya.
Ia melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, sementara Febi yang sedari tadi mengintip Rafa dari balik jendela menghela nafas kasar.
Ia memasuki kamarnya yang berada di lantai atas, merebahkan tubuhnya pada kasur kesayangannya.
"Gua harus bisa lepas dari Rafa!"
"Tapi gimana caranya?"
"Kalo gua selingkuh, gua bisa lepas kali ya?"
Jari Febi berselancar di atas benda pipihnya, ia mencari nama Bara pada ponselnya.
Bara adalah anak tekondow di sekolahnya, ia pandai bertarung, tidak tau masih pandai siapa antara Rafa dan Bara. Febi mendapatkannya dari Karin yang nge-fans sama Bara.
Begitu sambungan telepon itu tersambung, Febi langsung menyapa Bara. "Halo."
"Iya, ada apa?"
***
Pagi ini Febi menjalani sekolah seperti biasa, tidak ada yang berani mengganggunya baik perempuan atau laki-laki. Tatapan sinis selalu ia dapat dari banyak perempuan di sekolahnya, ia menghela nafas ketika melihat layar ponselnya.
150 pesan dari Rafa
270 panggilang tak terjawabIa memang berangkat lebih dulu dari Rafa, kabur lebih tepatnya.
Febi mendudukan dirinya di samping Karin.
"Lha tumben lu sendiri? Mana Rafa?" tanya Karin ketika melihat Febi hanya sendiri, biasanya Rafa akan mengantarkan Febi sampai di kelas.
"Gua kabur," jawab Febi.
"Lha goblok! Nggak takut lu?"
Febi hanya mengangkat bahunya acuh, walau di dalam sana hatinya ketar-ketir.
Brak!
Pintu kelas terbuka dengan kasar, memperlihatkan wajah Rafa yang memerah menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE [On Going]
Teen Fiction"Kesalahan terbesar elo adalah udah berani ikut campur dalam urusan gua dan apa lo tau? Karna hal itu lo masuk dalam kehidupan gua dan lo nggak akan bisa keluar dari kehidupan gua apapun caranya." Reyrafa Aditama Aflastar